2.3 × Sebab

100 31 3
                                    

Apa indikasi paling mudah untuk tahu suasana hati Chelsea sedang buruk? Gampang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa indikasi paling mudah untuk tahu suasana hati Chelsea sedang buruk? Gampang. Perhatikan tingkahnya. Makin diam, berarti makin nggak karuhan.

Di antara banyaknya orang di kelas, Yuda jadi satu-satunya yang sadar. Apalagi, saat siaran radio mulai terdengar, tapi hanya ada suara familiar Banyu; sibuk basa-basi menyapa pendengar. Jelas ada yang nggak beres.

"Gimana?" Yuda menoleh, melihat Yumna menunjuk poni depannya yang disisir jatuh mengenai alis. Ekspresinya kusut, pertanda nggak senang dengan penampilan barunya sendiri. "Jangan ketawa." Yumna menggerutu.

Kalau bukan karena berusaha menutupi plester luka di kening hasil jatuh dari motor, Yumna juga nggak mau begini.

"Sangar, kayak yang suka dijewer Bu Yanti."

Makin masamlah ekspresi Yumna.

"Banyu kayaknya siaran sendiri."

Celetukan itu—nggak bisa dibantah—sukses besar menyita perhatian Yumna. Namun belum lagi bereaksi, dagu Yuda sudah bergerak kecil menuding presensi kurus yang kini menyumpal telinga dengan pelantang dan menggulir layar ponsel di bangkunya.

"Tapi kan...."

Yumna nggak melanjutkan, sengaja. Yuda sama-sama nggak tahu, jadi sebatas mengangkat pundak sekilas.

"Mending lo bantuin Banyu."

Kemarin Yumna baru saja siaran, tapi melihat Yuda seolah nggak ambil pusing, dia bergegas berdiri dan meninggalkan kursinya.

Gerakan mendadak itu rupanya sepintas menarik perhatian si Karisma. Ujung matanya sempat mengamati bayangan Yumna yang berlalu hilang keluar pintu kelas, lalu fokus lagi ke layar persegi di tangan. Satu pesan masuk membuat sepasang bulu di atas matanya menggelombang. Bukan reaksi yang baik, maniknya menatap tajam Yuda yang baru saja melintas keluar.

‹ Yuda ›
di perpustakaan, kalo butuh




...





Siaran selesai. Berita bagusnya, semua berjalan lancar. Terima kasih Kavalina Yumna.

"Untung bulan depan udah giliran kelas dua yang ngisi." Sementara tangannya mengemasi peralatan siaran ke tempat semula, Banyu menyeletuk. Sekadar membunuh sunyi.

Yumna, di balik punggung Banyu, menatap hampir nggak beralih. Yang diperhatikan kontan berbalik, mengernyit. Lebih ke arah bingung daripada merasa nggak nyaman.

"Kenapa?" tanya Banyu.

"Lagi ada apa sama Chelsea?"

Banyu melihat Yumna, lalu ke meja rendah di depan sofa kulit, dan Yumna lagi. Dua kali. Dia melakukannya sebanyak itu. Lantas, "Apaan?"

Yumna bergeming.

"Enggak, Yumna. Nggak ada masalah," ulang Banyu, lebih serius dari yang tadi karena mendapati Yumna nggak kunjung mengalihkan perhatian darinya. "Tapi nggak tau kalo Chelsea yang marah sama gue," tambahnya lirih.

"Alasannya?"

Kepala Banyu mengarah sejurus ke arah jam dinding.

"Anaknya tiba-tiba marah."

"Ada sebabnya, dong, pastinya."

Ada.

Tapi Banyu malas cerita.

"Minta maaf bukan berarti salah loh, Bay."

"Dan kenapa gue harus minta maaf sama Chelsea? Kan dia yang galak sama ngomel-ngomel nggak jelas." Sedetik kemudian, Banyu sadar dia baru saja keceplosan. Ck, mulut boros. "Maksudnya, kalo misal gue emang lagi marahan. Misalnya aja, bukan berarti beneran marahan."

Banyu berusaha meluruskan, walau pada dasarnya nggak perlu. Yumna sudah tahu situasi macam apa yang sedang dia hadapi. Amat ganjil mendengar Banyu tiba-tiba menawari Sandi tukar jadwal siaran, kemudian nggak lama Chelsea kembali ke kelas dengan ekspresi kusut. Awalnya sebatas dugaan, tapi setelah Banyu bilang begitu—nggak ada sanggahan lagi.

"Chelsea emang lebih sensitif belakangan ini," ujar Yumna. "Lo juga pastinya tau kenapa."

Banyu nggak menanggapi selain bungkam, memusatkan pandang pada ujung sepatu.

"Gue belum tau apa masalah lo sama Chelsea, tapi kalo itu karena Chelsea yang belum bilang sama lo soal pernikahan papanya sama Tante Anne..." Tenggorokan Yumna tercekat. Rasanya seperti baru saja mengucap hal paling nggak pantas. "Singkatnya sih, Bay. Gue harap lo jangan ungkit-ungkit dulu masalah itu sama Chelsea."

"Telat," balas Banyu, baru berani memandang Yumna. "Itu alasan dia marah."










...

jahat banget hampir sebulan gak keliatan.
sorry!

Lalu, TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang