2.8 × Patahan

103 28 9
                                    

Wajah yang lebih sumringah daripada seminggu lalu adalah bukti konkret bahwa ada yang baru saja selesai ujian akhir semester

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajah yang lebih sumringah daripada seminggu lalu adalah bukti konkret bahwa ada yang baru saja selesai ujian akhir semester. Bukan hal besar sih, mengingat masih ada ujian praktik yang menanti kurang dari beberapa bulan lagi—tapi, hei, siapa peduli? Yang penting adalah hari ini jadi hari terakhir ujian semester dan itu artinya bisa leha-leha sampai nanti libur panjang. Haha, surga banget!

"Saos dong, Bay," pinta Chelsea, menengadahkan tangan. "Yang masih segel, dih. Enak aja bekas bibir dikasih ke gue."

"Isinya sama aja padahal." Banyu mengulurkan kemasan saos.

"Bedalah, yang bener aja lo."

"Slice terakhir buat gue, ya?"

"Nggak! Lo udah makan tiga, ya ampun. Kalo laper mending makan nasi."

Di tengah gaduh masalah siapa yang berhak melahap potongan pizza terakhir, pintu rumah Banyu tiba-tiba terbuka. Seseorang berjalan masuk dan berhenti di tempat saat melihat keadaan rumah yang—yah, lumayan parah berantakannya.

"Sore, Kak." Yumna yang pertama menyapa, diikuti Yuda dan Chelsea hampir bersamaan.

Jawara membalas pakai senyum kecil, kemudian mengarahkan tungkainya ke ujung tangga yang mengarah ke lantai atas. Namun, sebelum dia betulan melangkah, kakinya berhenti. Tiba-tiba saja penasaran. "Yang namanya Chelsea yang mana?" tanyanya santai.

Banyu gelagapan di tempat. Apa-apaan coba?

"Gue, Kak." Chelsea ragu-ragu mengangkat tangan yang masih memegang saos. Jawara melirik ke posisi Banyu duduk memberi kode lewat mata supaya lekas pergi.

"Oh, belum ya?" tanya Jawara ambigu. Wah, parah. Banyu harus bertindak, nih!

"Udahlah, Bang, jangan aneh-aneh."

Jawara sebatas mengamati tampang memohon milik Banyu, sebelum akhirnya berbalik untuk selanjutnya menaiki anak tangga dan hilang ke balik pintu cokelat paling ujung. Banyu menarik napas lega tanpa sepengetahuan siapapun. Huh, aman.

"Lo mau satu kampus sama abang lo, Bay?"

Menoleh ke arah Yumna berada, Banyu menyahut, "Belum jelas. Males banget aslinya kalo harus sekampus."

"Lo sendiri gimana, Yum?" Chelsea menempelkan pipinya pada tepi meja setinggi dada, menghadap Yumna yang duduknya bersebelahan dengan Yuda.

"Kampus tempat Kak Jawara kuliah tuh bagus," jawab Yumna. "Gue pengin ke sana."

Chelsea mengangguk-angguk paham. Kalau soal itu, Chelsea setuju.

"Lo, Chel? Jadi ke Sweden?"

"Uhuk!" Chelsea spontan menutup mulut saat nggak sengaja tersedak air salivanya sendiri. Ah, pertanyaan yang coba Chelsea hindari akhirnya mencuat juga. "Rencananya, tapi batal."

"Loh, kenapa?"

"Tuh, tanyain sama dia." Nada bicara Chelsea berubah ketus. Sensinya masih saja menggelembung kapanpun bersinggungan dengan Yuda.

"Nainai dari ayah mau ngambil hak asuh gue dari mama, tapi nggak bisa. Sebagai gantinya, gue diminta tinggal sama Nanai seenggaknya sampai gue lulus kuliah," papar Yuda. "Mama nggak mau kalo gue sendirian di Beijing, makanya ngajak Chelsea."

"Berarti lo berdua mau lanjut ke Beijing?" Banyu melotot nggak percaya begitu Yuda mengangguk. "Wah, nggak ajak-ajak!"

"Lo aja yang ke Beijing sama Yuda gimana, Bay?" Chelsea seperti putus asa. "Nyusahin banget hidup sama dia. Dikira nggak canggung apa tiba-tiba serumah sama orang yang nggak punya hubungan darah."

"Nanai nggak bakal jahat sama lo kali, Chel."

"Emang siapa yang bilang Nanai bakal jahatin gue?" balas Chelsea nggak kalah pedas dari sebelumnya. "Elo kok yang gue maksud."

"Di Beijing nanti, lo pasti nggak bakal kangen Banyu, deh, Chel. Yuda lama-lama bisa lo ajak adu mulut." Yumna tersenyum sambil membereskan bekas wadah pizza yang telah kosong. Isi terakhirnya sudah dimakan sama Banyu beberapa menit lalu.

"Siapa bilang gue bakal kangen sama Banyu?"

Banyu nggak terima. "Siapa juga yang mau dikangenin sama lo?"

Hah, Yumna salah bicara kayaknya.

"Iya, iya. Gue yang bakal kangen, bukan lo apalagi Banyu." Dia melerai. "Gue bakal kangen banget sama lo." Yumna memeluk Chelsea secara sepihak, matanya menatap lurus Yuda, "dan juga bakal kangen banget dijajanin martabak malem-malem."

•••

Yumna melambai sampai mobil yang membawa pergi Chelsea dan Yuda nggak lagi tampak mata. Semasa berbalik, ditemukannya Banyu bertepatan keluar dari dalam rumah dengan kaus hitam dan celana khaki selutut. Di tangan kirinya, tergenggam sebuah kunci yang tampak lain dari yang biasa dia bawa.

"Nggak bawa motor aja, Bay?" Yumna bertanya ketika melihat Banyu memanasi mobil.

"Motornya mau dipake Bang Jawara. Nggak papa, kan?"

Nggak banyak yang diceritakan selama perjalanan singkat sepuluh kilometer. Banyu hanya sesekali mengomentari beberapa plakat menggelitik yang terpajang di bahu jalan dan disusul tawa renyah Yumna sehabis itu. Benar-benar cuma itu. Makanya, hanya perasaan Banyu atau sungguhan jarak rumah Yumna tiba-tiba jadi dekat banget?

"Thanks ya, Bay." Yumna bersiap melepas sabuk pengaman, tapi mendadak ditahan Banyu. "Kenapa?"

"Soal omongan lo tadi," Banyu membasahi bibir, "gue mau kok, Yum, jadi tukang anter martabak kapanpun lo mau."

Sudut bibir Yumna berkedut menahan buncah tawa. Lucu saja.

"Gue juga mau jadi orang pertama yang lo hubungi kapanpun perlu seseorang. Gue mungkin nggak bisa ganti peran Yuda, dan sejujurnya emang nggak ada niat buat jadi penggantinya dia di hidup lo, tapi gue bener-bener pengin jadi orang yang lebih berharga di hidup lo." Serius, deh. Kalau kamu pegang tangan Banyu sekarang, rasanya pasti dingin. "Gue mau jadi orang baru yang punya kisah sendiri buat hidup lo, Yum. Yang jadi tempat lo susah, jadi tempat lo ketawa, bahkan tempat lo nangis."

Yumna mematung, nggak bergerak bahkan ketika Banyu mulai berpaling dan cuma memperlihatkan telinga yang sudah semerah tomat matang.

"Boleh sih, Bay." Yumna menyambung, "tapi ayah gue galak."

"Nggak masalah," kata Banyu cepat. "Dalam seminggu, gue jamin ayah lo bakal suka sama gue."

Aduh, pedenya.

Yumna kalah. Senyum gelinya lepas karena melihat Banyu keringat dingin.

"Tunggu sebentar lagi ya, Bay. Batas jomblo gue sampai lulus dari Bayanaka."













...

gimana kalo langsung lanjut aja? soalnya gue double update hari ini ;D

Lalu, TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang