1.7 × Risakan Risau

121 31 6
                                    

Banyu hampir nggak bisa merasakan tempurung lututnya sendiri karena terus-menerus dihantam angin malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Banyu hampir nggak bisa merasakan tempurung lututnya sendiri karena terus-menerus dihantam angin malam. Ada sebuah penyesalan kecil di mana ia sebelumnya secara sengaja mengabaikan imbauan Bang Jo—rekan sparring—buat tukar celana panjang sebelum pulang.

Terang-terangan tangan Banyu mengatur letak spion supaya bisa mengintip Chelsea di balik punggung. Rambut cewek itu disisipkan ke belakang telinga, memudahkan Banyu mengawasi sudut yang sepatutnya memang bisa diperhatikan. Menolehkan kepalanya ke kanan, bayang lampu jalan silih berganti memantul pada retina pekat si Karisma.

Sedari menemukan Chelsea bersimbah air mata dan memutuskan membawanya pergi dari minimarket, Banyu nggak pernah sekalipun membuka mulut. Bukan nggak mau, tapi sengaja menunda. Chelsea tampak lebih kacau dari yang bisa Banyu bayangkan. Artinya, apa yang sedang perempuan itu alami lebih berat dari biasanya.

Nggak tahu pukul berapa sekarang. Yang pasti, larut makin menjadi. Jelas, karena penjaja pinggir jalan yang biasa buka hingga fajar mulai mendirikan tenda.

"Pulang ya, Chel." Banyu merasa suaranya serak tanpa alasan. Mungkin karena kelamaan bisu, dia berdeham.

Chelsea mengembuskan napas panjang, Banyu mendengarnya. Namun, nggak ada sahutan.

"Atau lo mau ke mana, gue anter."

"Ke mana aja," ungkap Chelsea lirih, "asal jangan pulang."

Seumur-umur, ini pengalaman kedua Banyu membawa Chelsea dalam keadaan melankolis. Dulu, pernah saat masih kelas sepuluh. Chelsea nangis nggak berhenti karena cowoknya ketahuan selingkuh. Cuma Banyu—yang kebetulan kembali ke kelas karena kameranya tertinggal, menemukan Chelsea sesenggukan sendirian di depan kelas Pariwisata.

Kalau ditanya bagaimana Banyu memandang Chelsea, jawabannya tentu kawan. Sama seperti Banyu bersikap pada Yuda, Sandi, maupun—uhm, Yumna. Hanya, Chelsea punya tempat lebih karena sudah mulai kenal sejak menengah pertama.

Rangkaian pertikaian mereka selama ini hanya sebatas tameng dari keadaan sebenarnya bahwa mereka dekat. Secara personal Banyu sadari kalau dia lebih bisa memahami Chelsea daripada dia bisa tahu apa yang sedang ada di pikiran Yumna. Istilah mudahnya, sih, sering bertengkar justru bisa membawa kedekatan emosional secara nggak langsung. Banyu mengalaminya, dan itu dengan Chelsea.

Lahir dari keluarga yang lebih dari sekadar mampu membuat Chelsea terbilang sukar menemukan teman. Satu tahun masa sekolah dasarnya dulu berbaur bersama anak negeri. Masa itu, Chelsea benar-benar diasingkan karena berbeda. Lantas, dia memutuskan home schooling guna menyelesaikan sisa sekolah dasar.

Menginjak menengah pertama, Chelsea mencoba kembali ke sekolah konvensional dan bertemu Banyu serta Yuda. Saat itu, Banyu merasa sikap arogan Chelsea sudah lebih dari cukup untuk jadi alasan dia dijauhi orang-orang. Seenggaknya, sebelum Banyu tahu kalau Chelsea memang sengaja begitu. Maka alih-alih berbaik hati, Banyu justru secara terbuka mengajak Chelsea saling serang kapanpun ada kesempatan.

Memasuki dunia yang lebih dewasa, Chelsea diam-diam penasaran ke mana Banyu pergi setelah nggak lagi pakai seragam putih biru. Tahu bahwa Banyu dan Yuda berencana ke Bayanaka, Chelsea nggak perlu berpikir dua kali untuk mencabut berkas pendaftarannya di SMA Internasional dan memindahnya ke SMK yang—bahkan, nggak pernah sedetik pun terlintas di pikiran Chelsea.

Satu jurusan, satu kelas. Chelsea nggak bisa lebih bersyukur daripada ini. Di Broadcasting, dia masih bisa bertemu Banyu, masih ada Yuda, dan berjumpa dengan Yumna. Menyenangkan saat tahu kini dia mulai dikelilingi orang-orang baik. Perlahan, sepenuhnya Chelsea sadari, Banyu membawa perubahan dalam hidupnya.

Mata Chelsea perih karena terlalu banyak membuang air mata. Akan tetapi, pandangannya masih amat jelas untuk sekadar tahu kalau Banyu membawanya ke rumah Yumna. Belum juga motor Banyu berhenti, pagar rendah rumah biru muda itu terbuka dan Yumna muncul dengan wajah kelewat khawatir.

Chelsea turun, kemudian memeluk Yumna yang segera memberinya tepukan pengertian di punggung.

"Makasih, Bay." Yumna berbicara, "pulangnya hati-hati."















...

—ini jumat, pada april 2021, karisma chelsea pernah menyapa

Lalu, TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang