Part 15

1K 85 1
                                    

+++++++

Setelah Jimin pergi, berbagai ancaman di dapat oleh Rose. Mulai dengan segerombolan orang yang hendak munculiknya tapi di gagalkan oleh Jennie dan Taehyung dan yang terakhir saat Rose hampir saja keracunan kalau saja susu yang hendak di minumnya itu mendadak jatuh saat ia tak sengaja menabrak seorang pelayan. Dengan berbagai kejadian yang terjadi, membuat Jennie dan Taehyung sangat siaga. Dengan menempatkan orang orangnya di dalam rumah Park untuk membantu mereka mengawasi setiap gerak gerik penghuni rumah.
Untuk Jimin sendiri sampai saat ini belum ada kabarnya. ROSE terakhir berbicara via telfon dengan Jimin kemarin. Dan saat ini Rose tengah berusaha menghubungi Jimin tapi tetap saja nomornya tidak bisa di hubungi.
"Tenanglah nyonya" ujar Jennie yang saat ini tengah bersamanya.
"Aku tidak bisa tenang sebelum mengetahui kabarnya"
Jennie mengangguk. Kemudian ia mengirim pesan pada Taehyung  untuk mencari tahu keberadaan Jimin.
"Aku sudah meminta Taehyung untuk mencari keberadaan tuan Jimin. Sebaiknya anda tenang"
"Jennie aku sangat khawatir"
"Kalau anda khawatir, kenapa anda tidak berdoa saja pada Tuhan untuk keselamatan tuan?"
Rose terdiam. Dan  memejamkan mata lalu berdoa dalam hati untuk keselamatan Jimin Yang berada sembrang sanah
"Lindungi Jimin di manapun dia berada . Kali ini aku memohon padamu. Jangan biarkan apapun terjadi padanya"
Rose membuka matanya. "Aku mohon"
"Bagaimana perasaan anda sekarang?"
"Hatiku sedikit tenang sekarang. Tapi tetap saja rasa khawatirku yang mendominasi"
"Aku mengerti, saat ini tuan Jimin tengah melakukan hal berbahaya. Sebagai seorang istri anda tentu sangat khawatir"
"Tapi anda jangan terlalu khawatir nyonya. Itu akan membuat anda lengah. Bagaimana kalau kejadian kemarin terulang?"
"Kau benar" Rose memijat pelipisnya. "Anda tidak perlu khawatir, suamiku saat ini sedang berusaha mencari keberadaan tuan Jimin"
"Terima kasih Jennie. Kalau bukan karna kau dan Taehyung mungkin aku sudah tiada"
"Itu sudah tugas kami untuk melindungimu. Sebaiknya anda istirahat. Saya akan membawakan susu untuk anda"
"Tidak perlu Jennie. Kau istirahatlah. Hari ini kau pasti lelah"
"Baiklah, selamat malam nyonya" Jennie pamit pada Rose untuk ke kamarnya.
Sepeninggalan Jennie, Rose juga segera kekamarnya dan kembali mencoba menghubungi Jimin.

++++

Hari ini hari ketiga Jimin pergi dan itu sudah lewat dari hari yang di janjikan Jimin untuk kembali pulang. Dan itu semakin membuat Rose sangat khawatir mengingat Taehyung juga tidak bisa mendapatkan informasi keberadaan Jimin.
"Ini sudah tiga hari dia pergi dan kenapa dia belum kembali" gelisah Rose.
Jennie dan Taehyung juga sangat gelisa saat ini.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Jennie pada dirinya sendiri.
"Atau saat ini mungkin Jimin belum menyelasaikan misinya?"
"Kau sedang apa?" Tanya Taehyung yang baru memasuki kamar.
"Apa kau tidak mendapatkan kabar apa pun mengenai Jimin?"
"Belum. Aku sudah menyebarkan banyak orang untuk mencari tahu keberadaannya"
"Apa sesuatu terjadi padanya?"
"Entahlah, sebaiknya kau ke kamar Rose. Dia saat ini mungkin sangat khawatir. Kau tenangkan dia. Aku akan mencoba terus mencari keberadaan Jimin"
Jennie mengangguk kemudian keluar dari kamar.
.
.
.
.
.
.
Sementara itu Jimin dan Devan serta beberapa anak buah Devan tengah berada di hutan. Saat ini mereka tengah mengintai sebuah gubuk yang mereka yakini sebagai tempat persembunyian pelaku pembunuh Angga.
"Kita maju sekarang" ujar Devan dan menyuruh anak buahnya untuk mengepung gubuk itu.
Dengan perlahan mereka maju. Di tangan mereka juga sudah ada pistol. Devan kemudian menyuruh salah satu anak buahnya untuk membuka gubuk itu.
Braakk
Orang yang ada di dalam gubuk itu terperanjat kaget.
"Akhirnya aku mendapatkanmu" ujar Jimin yang menghampiri orang itu yag saat ini tengah mengangkat tangannya karena anak buah Devan menodongkan pistol padanya.
"Siapa kalian?" Tanya pria itu
"Malapetakamu" ujar Jimin yang hendak memukul pria itu tapi di hentikan oleh Devan.
"Sebaiknya kita pergi sebelum anak buah Alfin datang" ujar Devan
"Bawa dia" perintah Devan pada anak buahnya.
Dor dor dor
Suara letusan pistol terdengar saat mereka keluar dari gubuk. Beberapa anak buah Devan terkena tembakan begitu juga dengan pria yang mereka tangkap.
"Sial" umpat Devan. "Kita kalah cepat" Devan menatap pria itu yang kini sudah tewas.
Jimin mengepalkan kedua tangannya dengan rahang yang mengeras. Marah. Jimin saat itu benar benar marah. Usahanya mencari pelaku pembunuh Angga sia sia.
Dor dor dor
Letusan pistol kembali terdengar membuat Jimin dan Devan serta yang lainnya berlindung dan mencoba membalas tembakan mereka.
Dor dor
"Akh" ringis Jimin saat lengannya terkena tembakan. Devan yang melihatnya segera menghampiri Jimin.
"Kau baik baik saja"
Jimin mengangguk. "Sebaiknya kita pergi dari sini"
Jimin dan Devan pergi dari sana. Dan segera mencari jalan untuk keluar dari hutan.
Setelah keluar dari hutan. Mereka langsung menuju mobil yang mereka telah sembunyikan dan segera meninggalkan tempat itu.
"Kita sudah jauh jauh datang kemari dan semuanya sia sia" ujar Jimin yang saat ini tengah mengingat lengannya dengan kain. Untuk menghentikan darahnya keluar.
"Lajukan mobilnya lebih cepat" perintah Devan saat melihat luka tembakan Jimin  terus saja mengeluarkan darah.
.
.
.
.
"Jimin" gumam Rose yang kemudian berlari keluar kamar dan menuruni tangga dan menuju pintu utama rumah. Rose membukanya dan tak ada Jimin atau siapa pun.
Rose menghela nafasnya kemudian berbalik.
"Kau menungguku?"
Langkah Rose berhenti dan langsung berbalik. Saat ini Rose bisa melihat Jimin tengah berdiri di ambang pintu dengan senyum yang terlukis di bibirnya.
Rose kemudian berlari memeluk Jimin yang sudah di tunggunya.
"Maaf membuatmu khawatir" ujar Jimin
Di dalam pelukan Rose, Rose menangis. Menangis karena Jimin pulang dengan selamat.
"Kau baik baik saja kan?"
Jimin mengangguk kemudian melepaskan pelukan Rose. Tangan Jimin kemudian terangkat untuk menghampus air mata Rose.
"Sudah jangan menangis" ujar Jimin. "Aku ingin istirahat. Aku sangat lelah"
Rose mengangguk kemudian menarik lengan Jimin.
"Aouhh" keluh Jimin saat Rose menyentuh luka tembaknya.
"Jimin kau terluka?"
"Tidak ini ha--
"Buka jaketmu"
Rose membuka jaket Jimin saat Jimin sama sekali tak mau membukanya.
"Luka apa ini?" Tanya Rose seraya melepas kain yang tadi Jimin ikat.
"Luka tembak" gumam Rose yang kemudian menatap Jimin.
"Tidak apa apa Rose, ini hanya luka kecil"
"Luka kecil katamu?"
Jimin mengangguk. Dan membuat Rose kesal.
"Duduk, aku akan menelfon dokter"
"Tidak perlu. Lagian ini sudah larut malam"
"Kalau begitu kita kerumah sakit"
"Tidak"
Rose memandang Jimin sebal.
"Ada apa ini?"
Jirose menoleh kearah sumber suara di mana Jennie tengah memandang mereka.
"Anda sudah kembali tuan Jimin ?" Jimin mengangguk.
"Dan dia terluka"
"terluka?"
"Lengannya tertembak"
"Apa!?"
Jennie menghampiri Jimin dan melihat lukanya.
"Pelurunya belum di keluarkan" ujar Jennie. "Aku akan mengobatimu"
"Dimana kotak obatnya nyonya?"
"Kau benar bisa mengobatinya?" Tanya Rose ragu.
"Aku bisa nyonya. Dulu aku sempat kuliah kedokteran" ujar Jennie.
"Tunggu sebentar aku akan mengambilkan kotak obatnya" ujar Rose
"Di mana Taehyung?" Tanya Jimin. "Dia ada di kamar. Dia sudah tidur karena kelelahan mencarimu"
"Apa ada yang terjadi saat aku pergi?" Jennie mengangguk.
"Ros--
"Ini kotak obatnya" Rose kembali membawa kotak obat. Jennie mengambilnya. Dan mulai mengobati luka Jimin. Jennie cukup sulit untuk mengeluarkan pelurunya karena tidak adaalatnya yang bisa di gunakannya. Dan dengan susah payah, Jennie berhasil mengeluarkan peluru itu di lengan Jimin dan Jennie segera mengoleskan obat di luka itu agar darahnya berhenti mengalir. Setelah itu Jennie membalut luka Jimin dengan perban.
"Sudah selesai"
"Terima kasih Jennie"
Jennie mengangguk. Kemudian pamit pada Jirose.
"aku sudah berpesan agar menjaga dirimu"
"Bagaimana? Apa kau mendapatkan pelaku pembunuh Angga?"
"Awal iya, tapi kami kehilangannya" ujar Jimin. "Dia tewas tertembak saat kami ingin membawanya"
"Saat ini kita sudah kehilangan kesempatan untuk memenjarakan Alfin "
"Sudah cukup" ujar Rose saat Jimin ingin melanjutkan perkataannya. "Aku tidak peduli dengan orang yang kau kejar itu. Dia hidup atau mati itu tidak penting lagi. Yang penting saat ini kau kembali dalam keadaan selamat itu sudah cukup untukku"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
..
..
..

.
.
.
.
.

OKE SGTU DLU YA JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN KALIAN SEMUA DAN SAYA GA PERNAH BOSEN UNTUK MENGINGATKAN KAN KALIAN BUAT VOTE NYA BYEE 💌💗💌💗💘💝💓🤡😻

REVENGE AND LOVE || Jirose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang