Part 14

958 86 0
                                    


+++++++

Jimin menghirup nafasnya dalam dalam setelah keluar dari Jeon Company. Nafas Jimin seakan tercekat saat berada di dalam sana. Jimin kemudian mengingat perkataannya pada Alfin.
"Ku harap paman Alfin terpengaruh dengan perkataanku" gumam Jimin.
"Sebaiknya aku menelfon Devan"
Jimin kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi Devan.
"Dev, aku sudah melakukan tugasku" ujar Jimin saat Devan mengangkat panggilan telfonnya.
"Awasi paman Alfin terus, aku yakin dia akan bertindak secepat mungkin" ujar Jimin kembali yang kemudian mematikan ponselnya.
"Semoga kami bisa menemukan pelaku pembunuh Angga"
Ya, sebenarnya Jimin sama sekali belum menangkap pembunuh Angga. Dia berbohong pada Alfin untuk melihat apa tindakan paman nya itu selanjutnya.
"Ku harap kami bisa menemukannya hidup hidup"
Sementara di rumah, Rose tengah menunggu Jimin dengan khawatir. Setiap saat matanya menatap kearah pintu rumah.
"Teh nya nyonya"
Rose menatap Jennie yang membawa teh untuknya.
"Terima kasih" Rose tersenyum pada Jennie.
"Apa yang membuat anda khawatir?"
Rose kembali menatap Jennie.
"Aku mengkhawatirkan Jimin" ujar Rose. "Dia menemui Jeon Alfin"
Jennie tersenyum. "Anda pasti sangat mencintai tuan Jimin" ujar Jennie yang langsung membuat Rose terdiam.
"Aku khawatir karena dia memasuki kandang musuhnya Jennie "
Jennie terkekeh kecil kemudian pamit pada Rose. Rose menatap punggung  Jennie  yang menghilang di balik tembok.
"Cinta" gumam Rose. "Tidak mungkin"
"Apanya yang tidak mungkin"
Rose terkejut mendengar suara Jimin. "kau terkejut?"
"Tentu saja bodoh" kesal Rose. Rose menatap Jimin. "Kau baik baik saja?"
Jimin mengangguk. "Kau sedang apa di sini sendirian?"
"Menunggumu"
"Apa?"
"Aku sangat khawatir" ujar Rose. "Sudah" Jimin mengacak rambut Rose. "Aku tidak apa apa. Alfin tidak mungkin melakukan sesuatu padaku di tempat ramai"
"Aku lega mendengarnya"
"Iya, ayo kita ke kamar"
"Ke kamar? Untuk apa?"
"Membuat anak" ujar Jimin asal. "Apa!?"
Jimin tertawa melihat ekspresi Rose yang menatapnya dengan mata melotot.
"Berhenti tertawa" kesal Rose. Jimin kemudian menghentikan tawanya dan mencongdongkan kepalanya ke telinga Rose. "Ada yang ingin ku bicarakan" bisik Jimin yang kemudian mengecup pipi Rose kemudian berjalan lebih dulu menaiki tangga.
Rose terdiam sejenak saat Jimin mencium pipi nya. Ia kemudian menatap Jimin yang sudah lebih dulu menaiki tangga.
"Dasar" gumam Rose yang kemudian menyusul Jimin.

++++

"Kau ingin bicara apa?" Tanya Rose saat sudah menutup pintu kamar.
"Aku akan pergi untuk beberapa hari" ujar Jimin.
"Pergi? Kemana?"
"Aku harus menangkap pembunuh Angga. Saat ini paman Alfin pasti sudah mulai bergerak. Dia yang akan membawa kita pada pelakunya"
"Tapi Jimin ak--
"Aku akan kembali dua hari kemudian. Selama aku pergi, Taehyung dan Jennie akan menjagamu"
Rose menatap Jimin khawatir. "Kau tidak perlu khawatir, aku akan menjaga diriku" ujar Jimin
"Tapi itu sangat berbahaya"
"Bahaya adalah rintangan setiap balas dendam Rose. Kalau kita bisa melewati bahaya itu, kita akan menang"
"Jaga dirimu, aku pergi"
Rose menahan lengan Jimin. "Kau harus kembali tanpa lecet sedikitpun"
Jimin mengangguk, kemudian segera pergi karena Devan sudah menunggunya. Di pekarangan rumah, Jimin menghampiri Taehyung.
"Jaga Rose baik baik" ujar Jimin. "Dan awasi setiap penghuni rumah juga"
Taehyung mengangguk. Dan Jimin berlalu pergi dengan sepeda motornya.
"Dia mau kemana?"
Taehyung menatap Jennie yang sudah berdiri di sampingnya. "Entahlah" ujar Taehyung.
"Taehyung, aku sudah berbicara dengan J hope. Dia akan mengurus semuanya"
"Dan J hope juga berpesan, untuk memeriksa emailmu"
"Email?"
"Hm, katanya dia sudah mengirimkan dokumen tentang proyek perusahaan"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.

.
OKE SGTU DLU YA JAN BOSEN2 IYA
JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN NYA BYEEE  💌💌💗💌💌💓💘💞💞

REVENGE AND LOVE || Jirose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang