(77.) Ini menyakitkan.

7.2K 984 1K
                                    

"Chaca yang ngelakuin ini semua, Daf."

____

Chaca menegang. Ia menatap tidak percaya pada gadis itu. Air mata nya turun semakin deras.

Kenapa? Kenapa Aletta mengatakan seperti itu? Padahal niat dia baik ingin menolongnya, tapi apa balesannya? Dia malah menuduh Chaca melakukan ini semua.

Daffa yang mendengar itu menggeram kesal. Kedua tangannya terkepal. Wajahnya sangat kentara jika pria itu tengah menahan emosi.

Chaca menggeleng cepat. "Enggak! Chaca enggak mungkin lakuin ini ke Aletta! Kenapa Aletta ngomong kaya gitu?! Aletta jangan nuduh Chaca! Niat Chaca baik, Chaca cuma mau nyelamatin Aletta!" seru Chaca sambil menangis. Gadis itu sangat merasakan sesak di dadanya. Jika begini, masalah akan semakin rumit.

Gadis itu berdiri. Menatap Daffa yang masih terdiam emosi. "Dapah ... Dapah harus percaya sama Chaca! Chaca enggak mungkin ngelakuin ini. Aletta bohong, Dapah!" seru Chaca sambil menangis histeris. Ia tidak terima saat di tuduh seperti ini.

"Lo keterlaluan, Cha," desis Daffa dengan tajam.

Chaca sesegukan. Ia menatap Daffa dengan sorot sendu dan cemas. "Dapah, Chaca berani sumpah kalo Chaca enggak ngelakuin hal ini. Jujur, Chaca emang rada kesel sama Aletta. Tapi, Chaca enggak mungkin ngelakuin hal jahat kayak gini!" ucap Chaca sesegukan sambil berusaha memegang tangan Daffa tapi Daffa menepisnya.

"Lo pikir, gue percaya?" pria itu berdecih sinis. "Aletta ada di sini, dalam kondisi di sekap. Dan lo ada di belakang Aletta. Lo lagi ngiket tangan dia biar dia gak bisa kabur, kan?" seru Daffa sambil menatap nyalang gadis malang itu.

Chaca menggeleng tegas. Gadis itu semakin menangis keras. "Kenapa Dapah enggak percaya sama Chaca, sih?! Dapah pasti tau Chaca enggak mungkin ngelakuin hal itu!"

Kemudian tatapan Chaca mengarah pada Aletta yang masih setia duduk sambil menangis.

"Aletta! kenapa Aletta tega nuduh Chaca kayak gini?! Aletta tolong jelasin yang sebenarnya!" seru gadis itu sambil menangis sesegukan.

Daffa menarik tangan gadis itu membuat Chaca tersentak dan berbalik badan menghadap pria itu.

"Lo gak usah memutar balikkan fakta!" ucap Daffa menggeram.

"Kenapa lo tega ngelakuin ini, hah? masalah lo itu sama gue! jangan bawa-bawa orang lain!" sentaknya.

"Lep-pas, Dapah ... sakiitt, hiks." Gadis itu meringis saat Daffa mencekal nya kuat.

Daffa menatap intens gadis yang sedang terisak hebat itu. Ada perasaan ngilu di hatinya saat melihat raut gadis itu.

Tanpa sadar, Daffa melonggarkan cekalannya.

Gadis itu menatap sangat kecewa pria di depannya. "Kenapa Dapah lebih percaya sama dia ketimbang Chaca?" tanyanya lirih.

"Karena gue liat pake mata kepala gue sendiri kalo lo emang mau ngiket dia biar dia gak kabur. Gitu, kan?" cemoohnya.

Chaca menggeleng tidak percaya pada pria itu. Kenapa pria itu dengan cepat mengambil kesimpulan.

"Chaca bakal ucap balik omongan Dapah waktu itu. Dapah bilang, yang lo lihat, belum tentu itu kebenarannya." Chaca menirukan ucapan Daffa tempo lalu.

"Begitu pun kondisi sekarang. Yang Dapah liat, belum tentu itu kebenarannya. Karena sebenarnya, Chaca itu lagi nyari gunting di tas Aletta. Bukan lagi ngiket tangan dia!" ucap Chaca sambil terisak. Tubuhnya bergetar seiring isakan yang keluar. Hatinya sangat hancur saat pria itu lebih percaya pada gadis lain.

Kapan masalahnya akan selesai Ya Tuhan? Chaca capek. batinnya sedih.

Daffa terdiam. Kemudian ia terkekeh sinis. "Banyak alesan!" cibirnya.

Sincerity Love [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang