(78.) Di tabrak?

12.2K 1.2K 1.3K
                                    

Saya janji akan vote!•

__________

Daffa melempar tas sekolahnya ke sofa lalu ia duduk bersandar di sofa itu dan memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak.

Aletta ikut duduk di sebelah Daffa.

"Berarti, disini cuma ada kita, Jay sama pembantu, ya?" ucap Aletta sambil menatap sekeliling rumah besar milik keluarga Alberic itu.

Dengan mata terpejam, Daffa mengangguk.

Diam-diam, Aletta tersenyum senang dengan situasi saat ini. Kalau begitu, ia bebas berduaan dengan Daffa disini.

Gadis itu menatap pria di sampingnya. Kelihatannya, pria itu sangat lelah dan masih marah dengan kejadian tadi.

Mengingat kejadian itu, Aletta jadi merasa tidak enak dan tidak tega pada Chaca. Gadis polos itu sudah terluka karena nya. Tapi ... apa boleh buat, semua demi menjalankan rencananya.

"Eum ... Daf, lo mau minum gak? Nanti gue ambilin, sekalian gue mau ke dapur," ucap Aletta.

"Air dingin aja," jawab Daffa singkat.

Aletta mengangguk lalu gadis itu segera pergi ke dapur.

Daffa membuka kedua matanya lalu menghela nafas. Ia masih di landa rasa marah, kecewa dan ... tidak tega menjadi satu.

Ia marah karena ia tidak menyangka kalau Chaca akan berbuat jahat seperti itu. Ia kecewa, karena Chaca sudah melakukan tindakan yang bahaya hanya untuk masalah spele. Dan ia merasa .... tidak tega. Ya, tidak bisa di pungkiri, Kalau ia merasa kasihan saat melihat gadis itu terus menangis dan mengelak kalau dirinya tidak melakukan itu. Ia tidak tega melihat kacaunya gadis itu.

Ia merasa kasihan saat gadis itu tersiksa karena dirinya. Ia juga tidak tahu kenapa ia bisa lepas kontrol tadi.

Kalau kalian tanya kenapa Daffa bisa tau mereka ada di gudang. Jadi ceritanya seperti ini, saat Daffa sedang nongkrong di warung belakang sekolah. Ia mendapat pesan dari nomor tak di kenal.

Isi pesan tersebut mengatakan kalau Chaca sedang menyekap Aletta di gudang. Dan di pesan tersebut juga ada foto Chaca yang sedang jongkok di depan Aletta.

Daffa yang melihat itu langsung bergegas kembali ke dalam sekolah dan mengecek nya dan ternyata benar, disana, ia melihat Chaca sedang mengikat tangan Aletta dan itu membuatnya murka.

Kenapa gadis sepolos Chaca bisa melakukan hal itu?

Ia juga tidak menyangka kalau kekasihnya akan berbuat seperti itu.

Daffa memijat pelipisnya yang pening memikirkan masalah tadi.

"Nih, Daf. Di minum dulu." Aletta datang dengan dua gelas minuman dingin dan beberapa cemilan.

Gadis itu menaruh nampannya di meja lalu kembali duduk di sebelah Daffa.

Daffa mengambil air itu lalu meneguknya hingga habis. Tenggorokannya memang sudah kering karena marah-marah.

"Daf, lo ... masih marah sama Chaca?" tanya Aletta pelan.

Daffa menatap gadis itu. "Kenapa emangnya?"

"Yaa ... misal lo masih marah. Udah maafin aja. Mungkin si Chaca emang bener-bener cemburu buta sama gue karena udah deket sama lo, makannya dia ngelakuin ini. Tapi gue gak papa, kok. Gue paham sama sifatnya," ucapnya sambil tersenyum.

Daffa menghembuskan nafasnya lalu mencomot kripik di meja dan memakannya.

"Dia udah keterlaluan, Al. Cemburu sih cemburu. Tapi gak sampe segitunya juga," ucapnya malas.

Sincerity Love [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang