"Eyang, makasih ya udah diizinin nginap di sini sehari!" pamit Jasmine sambil memegangi tangan Eyang. Ia sangat berterima kasih karena telah diizinkan menginap di sana.
"Iya, sama-sama, Jasmine. Nanti kapan-kapan datang ke sini lagi ya. Jangan sungkan, pasti disiapin banyak makanan," balas Eyang dengan ramah.
"Nanti pas Aya sama Kak Juan resepsi, kita mampir lagi ke sini deh, Yang!" sahut Jeni tiba-tiba. Kenapa juga wajah Jeni begitu girang?!
Aya yang mendengar Jeni mengungkit soal resepsinya dengan Juan yang sebentar lagi akan dihelat hanya mendengus sebal saja. Padahal ia tadi sudah lupa soal resepsi pernikahannya. "Nggak bisa banget lo bikin gue tenang buat nggak mikirin resepsi nikahan doang, Jen," cibir gadis itu dan dihadiahi dengan tawa kencang Jeni.
"Untung Juan lagi teraweh sama Farhan, kalau ada di sini, habis deh lo diledekin sama kita-kita di depan suami," Rosi menyahut sambil menyenggol lengan Aya.
"Diem, Rosiiiii!" Aya membekap mulu si cantik bernama Rosi itu kuat-kuat. Capek sekali harus meladeni mulut ember seperti Rosi, Jeni dan Jasmine.
"Yaudah deh, kita pamit pulang dulu ya. Mau nganterin Jeni dulu nih," ujar Jasmine kemudian segera masuk ke dalam mobil. Perempuan itu yang menyetir, Jeni duduk di sampi Jasmine dan Rosi duduk di belakang.
"Hati-hati!" Aya berseru sambil melambai pada ketigas temannya.
Mobil itu mulai menyala, di depan sana sudah ada Citra yang bertugas membuka dan menutup pagar. Mobil diklakson dua kali sebelum berjalan keluar dari pekarangan rumah nenek Aya yang sangat luas dan menghilang di balik tikungan. Eyang serta binda Desi sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah, sedangkan Aya menyusul Citra yang sedang menutup pagar.
Setelah pagar ditutup, Citra segera menghampiri Aya yang sedang menunggunya lalu mereka berdua berjalan masuk ke dalam rumah. Juan dan Farhan sedang tak ada di rumah, mereka memutuskan untuk pergi terawih di masjib besar perumahan yang sebetulnya sedikit jauh dari rumah. Sebelum berangkat, Citra juga sudah menitipkan kunci cadangan gembok pagar pada Farhan agar ketika mereka pulang, pagar bisa langsung digembok.
Jarum jam menunjukkan pukul 20.31, suara pagar terbuka dari luar sudah terdengar. Tandanya Farhan dan Juan sudah kembali dari masjid. Aya dan Citra masih duduk di ruang TV sambil makan keripik dengan mata yang terfokus pada tontonan.
"Assalamu'alaikum!" salam kedua pemuda itu secara bersamaan. Terdengarnya sih dari teras rumah karena pintu depan ditutup oleh Aya. Tak lama kemudian, terdengar suara dorongan pintu depan dan masuklah Farhan serta Juan yang menggunakam baju koko, sarung juga peci.
Farhan melepaskan pecinya kemudian duduk di sebelah Citra yang sedang sibuk menonton sambil makan. Bukan Farhan namanya kalau tidak mengganggu adik kesayangannya. Laki-laki itu merebut toples keripik dari tangan Citra dan terciptalah perang dunia.
Aya yang mendengar Citra mulai berteriak heboh dan berusaha merebut kembali toples keripiknya, hanya bisa meringis. Suara Citra itu melengkingnya bukan main, telinganya sampai sakit. Juan menatap kakak beradik itu sambil tertawa, mungkin menurutnya itu lucu. Padahal bagi Aya, peristiwa itu membuat telinganya sakit.
"Ya!" panggil Juan yang membuat Aya menoleh. Mau tidak mau, ia bangkit dan mengikuti Juan masuk ke dalam kamar sambil mem awa ponselnya.
Aya duduk di atas ranjang sambil memainkan ponselnya, sedangkan Juan sedang berganti pakaian. Sarungnya dilipat, baju kokonya digantung dan pecinya disimpan dalam lemari. Juan berbalik dan menemhkan istrinya yang sedang memainkan ponsel. Entah apa yang sedang ia lihat sampai sebegitu fokusnya.
"Kamu kenapa nggak mau lepas jilbab kalau di depan saya? Saya kan suami kamu," celetuk Juan yang membuatnya mendongak. Perempuan itu menatap Juan dengan pandangan polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melamar ➖ Jung Jaehyun [DISCONTINUE]
Fanfiction[DISCONTINUE] Setiap pulang ke rumah, hal yang paling sering ditanyakan oleh kedua orangtua Aya adalah, "Kak, kamu di Sukabumi beneran nggak punya pacar?" Awalnya Aya menganggap itu semua hanya candaan tapi ternyata malah semakin sering ditanyakan...