Hai?
Kangen nggak? Nggak dong 😁
Happy reading!
***
Juan masuk lagi ke dalam rumah, wudhunya ikut batal karena memeluk istrinya. Ya mau bagaimana lagi? Kadang tidak tahan juga kalau tidak menyentuh Aya sehari saja. Aya pun sama. Ia ikut masuk ke dalam rumah untuk mengambil wudhu lagi. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 6.30 dan sholat Ied akan dimulai pada pukul 6.45 karena di awal akan ada khotbah.
Aya akhirnya menyetop Joni yang hendak berangkat bersama dengan dua adiknya. Tanpa basa-basi, Aya mengusir dua adiknya untuk pergi bersama Juan dan teman-temannya yang lain dari pada harus bonceng tigas dengan sang ayah. Benar-benar tidak enak dilihat, mereka bertiga punya tubuh yang besar-besar.
"Hehehe maaf ya, Yah! Aku lupa, kalau sama Mas Juan suka khilaf mau megang aja gitu. Nanti batal lagi wudhuku, kita kan sholatnya bukan di dalam masjid tapi di luar masjid," ujar Aya sambil nyengir lebar kemudian ia naik ke atas jok belakang motor Joni, duduk menyamping karena menggunakan gamis.
"Dasar! Tadi maunya berangkat bareng sama Masmu," cibir Joni kemudian ia segera tancap gas menuju masjid yang berada di area dalam perumahan. Tak lupa Aya melambaikan tangan pada teman-teman, dua adiknya juga Juan. Untung saja Wenda tidak sholat, kalau sholat kan tidak mungkin ia mengusir ibunya sendiri.
Dirasa-rasa memang agaknya ini déja vu karena tahun lalu Aya pergi dan pulang dengan Joni, duduk menyamping dan di belakangnya ada motor Juan yang mengikuti. Juan memperhatikannya sambil tersenyum-senyum.
Kali ini kejadian itu terjadi dan sama persis, Juan tetap memperhatikan istrinya dengan senyum teduh sedangkan Aya pura-pura tidak melihat. Takut sekali jika ia menoleh, senyum Juan akan semakin lebar. Agak mengerikan, Aya takut.
"Piwit! Cewek!"
Sial, Juan mulai cat calling! Aya sebal sekali. Ia menoleh kemudian memelototi Juan dengan galak. "Mulutmu itu bisa diam nggak?! Aku lakban juga nih?!" ancamnya tetapi Juan semakin melebarkan senyumnya. Catra yang berada di belakang Juanㅡdiboncengㅡmenatap pasangan itu dengan aneh.
"Mau dong dilakban," balas Juan nyeleneh. Tak lupa dengan senyumnya yang kian melebar. Balasannya tak harus dengan suara keras, Aya pun dapat mendengarnya.
Gadis itu menatap Juan tak percaya. Jarak antara keduanya memang tak terlalu jauh karena hari itu banyak motor serta mobil yang masuk ke dalam komplek perumahan untuk melaksanakan sholat Ied di masjid besar. Serasa seperti konvoi.
Puk! Puk!
Catra menepuk pundak Juan, "Mas, mending jangan kaya orang gila deh! Dilihatin orang dari tadi, gue yang malu," ujarnya sambil meringis. Malu loh dia harus dibonceng Juan yang sedang dimabuk asmara.
"Iya, Tra."
"Jangan iya-iya doang lo, Mas. Stop senyum-senyum," peringat Catra lagi yang diakhiri dengan nada bicara seperti seorang youtuber.
Juan akhirnua berhenti tersenyum-senyum dan fokus pada jalanan yang sedikit macet karena banyak mobil dan motor yang menuju arah dalam komplek perumahan. Tempat parkir pun nyaris penuh apalagi motor. Juan dan Catra berpisah dengan Joni serta Aya. Biarlah, nanti juga mereka bertemu lagi ketika sholat sudah selesai.
"Bisa nggak sih nggak usah segitunya? Mas, lo alay banget kaya baru pertama kali jatuh cinta aja!" hardik Catra saat ia turun dari motor. Matanya menatap Juan dengan jengah, laki-laki itu sedang memandangi motor Joni yang membawa sang istri menjauh darinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/183635964-288-k729340.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Melamar ➖ Jung Jaehyun [DISCONTINUE]
Fanfiction[DISCONTINUE] Setiap pulang ke rumah, hal yang paling sering ditanyakan oleh kedua orangtua Aya adalah, "Kak, kamu di Sukabumi beneran nggak punya pacar?" Awalnya Aya menganggap itu semua hanya candaan tapi ternyata malah semakin sering ditanyakan...