Medianya bisa diputar ya, kalau mancet pas lagi scrolling bisa langsung cari di spotify ya. Crush - Lay Your Head On Me
Happy reading!
***
Pukul setengah 1 siang Juan sudah rapi dan sudah wangi. Sejak dua hari terakhir ia tinggal di rumahnya dengan Aya. Tidur di sana, beraktivitas seperti biasa di sana, berbuka puasa dan sahur pun di sana. Juan ingin jika rumah itu hidup walaupun pemilik lainnya sedang pergi. Di atas meja tamu sudah ada beberapa bingkisan yang akan ia bawa ke rumah neneknya Aya. Ada parcel ramadhan dari Adnan serta kue brownies bakar dari Kalila.
Juan menyambar kunci mobil beserta beberapa bingkisan dari keluarganya untuk dimasukkan ke dalam mobil. Setelah meletakkan bingkisan itu dengan rapi di jok belakang, ia menutup pintu mobil kemudian terdiam sebentar. Ia berbalik untuk menatap rumahnya dari ujung ke ujung. Hasil jerih payahnya selama ini sudah berbentuk barang. Dulu ia menabung memang untuk investasi tapi lama-kelamaan tujuan investasinya berubah untuk modal pernikahan apalagi ketika ia bertemu dengan gadisnya. Makin mantap saja Juan untuk melangkah maju.
Setelah mengeluarkan mobil dari garasi, ia mengunci pagar rumahnya dan bergegas menuju rumah nenek Aya yang tak jauh dari rumahnya. Sekitar 10 menit perjalanan saja, ia sudah sampai di rumah nenek Aya.
Rumah nenek Aya itu besar sekali, apalagi halamannya yang terlampau luas pasti capek kalau lagi potong rumput. Terlihat Farhan, adik sepupu Aya, membukakan pagar untuk mobil Juan. Ia menunggu hinggal mobil Juan masuk terlebih dahulu, baru menutup kembali pintu pagarnya.
Ternyata sudah ada yang menunggu kedatangan Juan, siapa lagi kalau bukan Aya. Gadis itu berdiri di pinggir beranda rumah sambil menatap suaminya yang turun dari mobil. Jasmine, Rosi dan Jeni pun masih ada di sana, mereka sibuk mengobrol sambil sesekali bermain ponsel di teras rumah. Tak peduli jika Juan sudah datang atau belum, toh mereka tidak punya kepentingan dengan Juan.
"DUH ASIKNYA DISAMPERIN MISUA!" suara ember Farhan mulai berkumandang. Keras dan tanpa tahu batas.
Aya sampai memelototi yang lebih mudaㅡnamun lebih tinggiㅡitu dengan galak. Apa Farhan tidak bisa menahan mulut embernya itu?! Jelas-jelas ia sedang dipelototi oleh Aya, namun Farhan santai saja. Justru anak itu malah tertawa-tawa dan berdiri di sebelah kakak sepupunya.
"Tuh misua datang, sapa dong," ujar Farhan lagi sambil menyenggol lengan Aya dan tersenyum mengejek.
"Ya aku juga tau kali, kamu diam dong, Han!" balas Aya setengah berbisik. Malu juga kalau harus marah-marah di depan Juan.
"Assalammu'alaikum!" salam Juan saat kakinya menapaki tangga paling atas sebelum masuk ke beranda rumah. Kedua tangannya sibuk membawa barang-barang. Ada kunci mobil, kotak bingkisan dari Adnan serta tas kertas yang berisi brownies dari Kalila.
"Wa'alaikumsalam!" balas seluruh penghuni rumah yang sedang berada di teras.
"Loh ada Jeni, Jasmine sama Rosi juga?" sapa Juan ketika melihat ketiga teman Aya yang ternyata juga ada di sana.
Jeni melambai pada suami temannya sambil tersenyum lebar, tetapi lebih terlihat seperti ringisan. "Iya, Kak! Nginap dari kemarin," balas Jeni.
Juan tak membalas, ia hanya mengangguk sambil membulatkan bibirnya. Pandangannya beralih pada istrinya kemudian tersenyum tipis. "Han, tolong bawain kardus sama bingkisan di tangan mas Juan dong," titah Aya yang segera diangguki oleh Farhan. Anak itu mengambil alih kardus serta tas kertas yang dipegang Juan, sebelum masuk ke dalam rumah Farhan sempat menyenggol lengan kakak sepupunya kemudian berlari ke dalam sambil cekikikan.
Aya malu sekaligus merasa tak enak dengan tingkah Farhan barusan. Kasihan sekali, biasanya Aya itu malu-maluin bukan pemalu. Semenjak menikah, itensitas teriakan Aya pun mulai berkurang. Gadis itu terlihat lebih terkontrol dari biasanya. Oh jelas, sudah ada pawang begitu, masa masih mau malu-maluin?

KAMU SEDANG MEMBACA
Melamar ➖ Jung Jaehyun [DISCONTINUE]
Fanfic[DISCONTINUE] Setiap pulang ke rumah, hal yang paling sering ditanyakan oleh kedua orangtua Aya adalah, "Kak, kamu di Sukabumi beneran nggak punya pacar?" Awalnya Aya menganggap itu semua hanya candaan tapi ternyata malah semakin sering ditanyakan...