Hai!
Mohon maaf atas keterlambatannya, soalnya ada banyak hal yang harus dikerjakan dan diselesaikan.
Oh iya, medianya bisa diplay atau bisa langsung ke Spotify saja. Judul lagunya Will Gittens - A Day With You
Happy reading!
***
Baru 2 hari ditinggal Aya pergiㅡpadahal hanya pergi ke rumah neneknya dan sudah pasti saya bisa menyusulnyaㅡrasanya separuh jiwa saya hilang. Terlalu berlebihan? Ah, tapi menurut saya itu tidak berlebihan. Saya pikir memang Aya yang cocok menjadi separuh jiwa seorang Juan.
Kami berdua tidak menghabiskan banyak waktu itu saling memberikan afeksi bahkan berbincang. Ia tidur di rumah orangtuanya, begitu pula dengan saya. Tetapi itu semua tak membuat saya merasa tidak lengkap, selama ada Aya itu semua sudah lebih dari cukup.
Aya itu gadis yang menarik. Ia gadis yang kuat, ketus, judes sekali pada saya saat pertama kali bertemu namun di satu sisi, ia juga rapuh dan butuh ditopang. Tiba-tiba saja saya merindukan teriakannya yang luar biasa keras. Kami ini tetangga dan rumah yang saling membelakangi, sudah jelas saya sering sekali mendengar teriakannya.
Mulai dari memanggil kedua adiknya, membentak kedua adiknya, berteriak frustasi karena saya lamar waktu itu.
Posisinya itu benar-benar berada di pondasi terkuat dalam hati saya. Tidak ada yang bisa mendepak gadis itu, mau mereka lebih cantik, lebih pintar, lebih tinggi atau lebih langsing sekalipun saya tidak peduli. Juan hanya mencintai Aya karena dia Aya. Manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihan, dan saya menerima kekurangan serta kelebihan istri saya.
Jika kalian bertanya bagaimana bisa saya menyukai gadis selebor seperti Aya? Jawabannya adalah love at first sight. Dia yang begitu ekspresif membuat saya tertarik. Karena ... jujur saja, semua ekspresi yang ia buat begitu lucu. Aya itu seperti buku yang terbuka. Ia mudah sekali dibaca perasaannya, termasuk ketidaksukaannya pada saya. Sudah lama saya tahu itu, tapi kalian pikir saya akan menyerah? Hahaha tidak akan sama sekali.
Semakin susah didapat, semakin saya pantang menyerah untuk mengejarnya.
Aya meminta izin pada saya untuk pergi menenangkan diri. Saya tahu ini berat untuknya, apalagi semuanya terlalu tiba-tiba. Saya juga tidak mungkin mengizinkannya untuk bercerai dengan saya, sampai titik darah penghabisan akan saya pertahankan rumah tangga yang baru seumur jagung ini.
Namun, kata-katanya waktu itu masih terus terngiang di kepala saya.
"Aku tau kamu itu orang baik, bisa bimbing aku tapi aku nggak bisa."
"Aku belum bisa terima kalau aku sudah diikat. Pernikahan ini bukan karena aku mau, aku pikir ini sebuah pemaksaan. Semuanya terjadi tanpa aku tau dan tanpa pendapatku. Mungkin semuanya akan berjalan dengan lancar seandainya kamu dan orangtuaku bicara juga denganku."
Maafkan saya, Ya. Saya terlalu menyepelekan kehadiran kamu dalam pengambilan keputusan. Jika saja waktu itu saya bicara dulu denganmu, pasti saat ini kamu masih ada di samping saya. Tak ada acara izin untuk menenangkan diri.
Kamu boleh ambil waktu sebanyak yang kamu mau untuk berpikir, tapi jangan pernah tinggalin saya. Kata-kata itu tak pernah sampai untuk terucap. Rasanya lidah terlalu kelu untuk berucap dan otak tak bisa diajak bekerja sama.
And I know it gets hard distance is the worst part
And I hate that you're far from me now
I would travel the world
Just to see you smile girl
KAMU SEDANG MEMBACA
Melamar ➖ Jung Jaehyun [DISCONTINUE]
Fanfic[DISCONTINUE] Setiap pulang ke rumah, hal yang paling sering ditanyakan oleh kedua orangtua Aya adalah, "Kak, kamu di Sukabumi beneran nggak punya pacar?" Awalnya Aya menganggap itu semua hanya candaan tapi ternyata malah semakin sering ditanyakan...