📎 36

2.4K 461 60
                                    

Hai! I'm back! 200 votes ya, biar lama. Biar saya ada space buat ngetik 😭👍

Happy reading!

***

Kalau lebaran hari pertama rasanya pasti tidak lengkap jika tidak ada acara makan bersama. Seperti itulah tradisi keluarga Abrisam dan Ghassani. Dua keluarga itu berkumpul dan mengadakan acara makan bersama, tetangga pun datang silih berganti untuk saling meminta maaf. Selain itu silih berganti juga tetangga yang mengejek pengantin baru kita, Juan dan Aya. Kasihan.

Ruang tamu rumah orangtua Juan sudah disulap menjadi ruang makan lesehan beralaskan karpet. Sofa dan meja tamu sudah di keluarkan sejak tadi pagi. Di tengah-tengah karpet ada berbagai macam hidangan yang wajib ada jika lebaran. Mulai dari rendang, opor ayam, sayur labu, ketupat yang sudah dipotong-potong, bawang goreng, sambal juga tidak boleh ketinggalan.

Sejujurnya Aya sudah kenyang sekali, ia cukup banyak makan kue serta minum air putih. Ia tak ingin makan lagi, tapi mau bagaimana lagi? Masa ia tidak makan ketika yang lainnya makan?

Aya tahu tugasnya jika sedang makan bersama seperti ini, Wenda sering melakukannya di rumah ketika keluarganya sedang makan bersama. Ia harus mengambilkan makanan untuk Juan, agak risih ketika ia diperhatikan begitu banyak pasang mata ketika berinteraksi dengan pasangannya. Ingin rasanya mencolok mata mereka semua agar berhenti memperhatikannya dan Juan. MALU.

Juan bilang ia tidak ingin makan banyak, perutnya sudah hampir meledak karena terlalu kenyang. "Jangan banyak-banyak ya. Saya capek work outnya, mana santan dan lemak semua kaya gini," ujarnya tanpa diminta.

"Iya, Mas."

Aya manut saja dan mengambilkan sesuai yang diminta Juan. Tak ada angin, tak ada hujan, bukan netizen namanya kalau tidak ikut nimbrung.

"Juan hobinya emang work out, biasanya ngegym 2 kali seminggu. Kalau hari libur suka keliling komplek atau lari di lapangan bola di blok C itu. Kadang berenang juga kalau lagi senggang," Arumi menyahut, padahal ia tidak diminta untuk berbicara. Aya dan Juan itu posisinya di dekat pintu depan, sedangkan Arumi di dekat dapur dan pintu belakang. Bisa-bisanya dengar percakapan mereka.

Aya tak menjawab, ia hanya mengangguk-angguk saja. Kalau menyahut pasti makin panjang. Toh ia masih fokus menuangkan beberapa lauk ke piring.

"Makanya badannya gede begini. Otot lengannya lebih besar dari Agam kayanya, belum lagi perutnya. Udah kaya papan gilasan, cocok buat nyuci baju," lanjut Arumi lagi.

Kali ini Aya terdiam. Ia jadi malu dan salah tingkah sendiri. Kenapa sih membicarakan yang tak harus dibicarakan di depan semua orang? Malu banget. Gadis itu bingung harus bereaksi seperti apa. Tidak mungkin dengan semangat ia meminta Juan untuk mengangkat baju kokonya. Sudah dipastikan Aya akan kabur dari rumah jika itu terjadi.

"Ma, kok soal perutku juga diomongin?!" Juan akhirnya angkat bicara. Ia malu juga jika yang dibahas itu perutnya. Memang sih ia suka work out untuk membentuk otot di tubuhnya tapi kan ... tidak harus seperti ini juga?!

"Ini baru diomongin, belum dikasih lihat fotonya," balas Arumi dengan santai.

"YA JANGANLAH! ENAK AJA!" seru Juan dengan galaknya. Tumben sekali dia galak, apa karena menyangkut privasi ya? Lagi pula wanita di situ sedikit sekali. Hanya ada 2 ibu-ibu, Kalila dan Aya.

Jika ditanya bagaimana perasaan Aya ketika harus berada di tengah-tengah orang yang membicarakan hal yang seharusnya tak ia dengar, tentu saja ia kikuk sekali. Bingung harus apa. Ia memang istri Juan tapi kan ... entah sampai kapan Aya diam dan tidak melaksanakan kewajibannya. Yang jelas ia tidak siap, mungkin tidak akan pernah siap.

Melamar ➖ Jung Jaehyun [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang