Dua minggu berada di kediaman Limardhani tidak membuat Aya menjadi perempuan yang pemalas. Justru karena ia perempuan, eyangnya sangat bawel sekali. Menceramahinya soal kehidupan rumah tangga, jadi istri yang baik dan penurut, harus rajin dan sebagainya. Aya yang masih awam dengan hal tersebut hanya iya-iya saja. Terlalu banyak hal yang belum ia ketahui tentang dunia pernikahan. Selama kuliah, ia hanya memikirkan tugas, main dengan teman-temannya, haha hihi, tau-tau ujian.
Dua minggu berada di kediaman Limardhani, rasanya seperti neraka. Ia banyak belajar memasak dan membuat kue. Untung saja ada Citra yang ikut belajar membuat kue bersamanya, jadi ada teman ngobrol. Sudah sejak 3 hari yang lalu, Aya pergi berbelanja kebutuhan membuat kue bersama dengan bindanya. Mereka berencana untuk membuat hampers lebaran berisi kue-kue lebaran dengan 5 jenis yang berbeda dan dibungkus dengan cantik.
Kebetulan binda Desi itu pernah kursus roti dan pastry di Bogasari. Kemampuannya di sini sudah sangat baik sekali. Hasil kue, roti dan pastrynya enak sekali. Aya sudah mencobanya dan patut diacungi dua jempol.
"Kamu dijemput Juan kapan, Ya?" tanya Desi pada keponakannya yang sedang sibuk mengisi adonan nastar dengan selai nanas.
"Nanti malam kayanya, habis maghrib mungkin. Aku nggak tau sih, Bin. Lagian Mas Juan nggak ngabarin aku sedikitpun," jawab Aya tanpa menatap yang lebih tua.
"Ngabarin kali, Kak. Cuma HP Kakak nggak tau kemana. Kan Kakak kerjaannya di dapur mulu nih, mana belum mandi lagi," celetuk Citra yang diselingi dengan ejekan pada kakak sepupunya. Tak lupa seringai jahil menyebalkan itu tersemat di bibirnya.
"Pengen banget deh aku ngelempar kamu pakai adonan nastar," balas Aya yang sudah gemas sekali pada Citra. Anak itu hobi sekali mengejeknya. Citra hanya tertawa saja kemudian ia melanjutkan acara membulatkan adonan nastar yang sudah ia isikan dengan selai nanas.
Loyang milik Aya sudah penuh, saatnya menaburkan keju parut pada bagian atas nastar yang sudah dioleskan kuning telur agar mengkilap. Sedang fokus-fokusnya mengerjakan pekerjaannya, Farhan berteriak dari luar.
"KAK AYA! SUAMINYA DATANG!" sumpah! Suara Farhan itu sudah berat dan ditambah ia berteriak, jadinya ... astaga, berisik sekali!
"Hah? Suami?" bukannya segera keluar untuk menghampiri Farhan, tetapi gadis itu malah bengong keheranan.
"Om Juan, Kakaaaaak!" ujar Citra dengan gemas lalu menyenggol lengan yang lebih tua. "Sana keluar!" titahnya.
Aya menatap sepupunya masih dengan tatapan bodohnya. Ia sedikit sulit untuk mencerna apa yang sedang terjadi saat ini, "Mas Juan datang? Emang udah buka puasa gitu? Bukannya mau jemput pas malam takbiran?" gumamnya masih dengan ekspresi kebingungan.
"Udah sanaaaaa! Keluar! Cuma keluar doang aja kok susah!" Citra meneriaki kakak sepupunya dengan gemas. Kenapa lemot sekali?! Binda Desi hanya tertawa saja melihat interaksi anaknya dengan keponakannya.
"Tapi aku belum mandi, Cit."
"Nggak usah mandi, muka Kakak juga gitu-gitu aja!"
"Ya Allah, nyelekit banget tuh omongan."
"Ya lagian!"
Mau tak mau Aya bangkit sambil membaya dua loyang nastar miliknya yang akan dimasukkan ke dalam oven. Baru beberapa langkah menuju kompor, sosok Juan sudah muncul di dekat perbatasan antara area belakang rumah dengan ruang tengah serta ruang makan. Ia melihat Aya yang keadaannya sedikit berantakan, tanpa menggunakan kerudung, rambutnya hanya diikat cepol dan kedua tangannya membawa loyang kue.
"Ya," sapanya yang membuat gadis itu berhenti berjalan tetapi tidak menatap Juan sama sekali.
Gadis itu tak menjawab kemudian melanjutkan langkahnya menuju dapur untuk memasukkan loyang nastarnya ke dalam oven sekaligus mengeluarkan yang sudah matang. Juan menghampiri binda dan Citra yang masih sibuk dengan adonan kue kering mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melamar ➖ Jung Jaehyun [DISCONTINUE]
Fanfiction[DISCONTINUE] Setiap pulang ke rumah, hal yang paling sering ditanyakan oleh kedua orangtua Aya adalah, "Kak, kamu di Sukabumi beneran nggak punya pacar?" Awalnya Aya menganggap itu semua hanya candaan tapi ternyata malah semakin sering ditanyakan...