25 comment dulu yuk, nanti saya lanjut lagi. Soalnya udah 2 hari nggak update!
Happy reading!
***
"Hayo! Ceritain tadi cerita Mas Agam! Aku mau tau kenapa kok bisa sih suka sama aku?" todong Aya saat ia dan Juan duduk di teras rumah. Rumah orangtua Juan itu sederhana sekali, semuanya dominan putih, tak memiliki pagar tetapi di depannya ada pohon jeruk bali apel yang cukup besar. Keduanya duduk berdampingan di kursi plastik sambil menatap jalanan berbatu di depan mereka.
Juan mendesah pelan, "Saya bingung sih, ini termasuk aib atau bukan tapi saya sebetulnya pernah lihat kamu nggak pakai kerudung. Tadinya saya mau istighfar tapi karena yang saya pandang dengan nggak sengaja tuh cantik akhirnya nggak jadi istighfar. Lihatin terus sampai puas baru istighfar," ujar Juan setengah meringis
Aya menatap suaminya dengan pandangan tak percaya, mau dua bulan menikah ternyata ia baru tahu jika suaminya sama saja seperti kebanyakan lelaki. Jika dipikir-pikir lagi, nata Juan keranjang juga.
"Dasar mata keranjang!" hardik gadis itu tanpa perasaan.
"Nggak gitu! Tapi memang kamu menarik banget, cuma saya juga nggak bisa nahan sih. Jadi gini, Yaㅡ"
Juan mulai menceritakan kejadian lima tahun lalu, ketika Aya baru pertama kali menginjakkan kaki di blok G.
Pukul 10 malam sudah ditunjukkan jam dinding di rumah Juan. Laki-laki itu tak ada niat untuk tidur, matanya masih terbuka lebar, ia juga masih duduk di teras rumahnya sambil menatap jalanan berbatu padahal besok pagi ada kuliah dan pekerjaan yang menumpuk.
Saat sedang asyiknya memperhatikan jalan berbatu, terdengar suara deru mobil dari arah kanannya. Tak lama kemudian ia melihat 2 buah mobil melewati depan rumahnya. Satu mobil pribadi dan satu lagi mobil bak terbuka. Sepertinya ada yang baru saja pindahan.
Setelah dua mobil itu menghilang dari pandangannya, entah dapat jiwa ingin tahu dari mana, Juan bangkit dari duduknya. Biarlah ia mengenakan kaus putih dan celana pendek untuk mencari tahu siapa yang akan menjadi tetangga barunya. Lagi pula siapa juga yang akan melihatnya berpakaian seperti itu saat jam menunjukkan pukul sepuluh malam?
Juan mengikuti kemana berhentinya mobil itu, ternyata tepat di rumah yang berada di belakang rumahnya. Ia terus mengintip di balik pohon-pohon singkong, untung malam sudah pasti ia tak ketahuan. Matanya terus memperhatikan orang-orang yang keluar dari dalam mobil. Ada beberapa laki-laki dewasa, ada dua anak laki-laki, satu perempuan dewasa dan satu perempuan yang sepertinya masih remaja.
Bersyukurlah di sana masih terang dan Juan bisa melihat sedikit wajah gadis si tetangga barunya. Sisi samping gadis itu saja sudah Juan akui jika gadis itu manis. Rambutnya terurai lurus hingga bahu. Ya Allah, cantiknya ciptaan-Mu, batin Juan memuji tetangga barunya. Dengan jantung yang berdebar cepat, ia melangkah mundur lalu berlari meninggalkan tikungan kembali menuju rumahnya.
"Heh Juan! Dari mana kamu?! Kenapa ngos-ngosan begitu?!" baru juga Juan sampai di depan rumah, ia sudah mendapat teriakan dari kakaknya, Agam. Mata Agam menilik penampilan Juan dari atas sampai ke bawah, "Yang bener aja, Juan! Astagfirullah, masa pakai kaus tipis sama celana pendek gitu?! Nanti kalau ada yang lihat gimana?!" omel Agam sambil berkacak pinggang.
Waktu itu Agam belum menikah dan Juan juga masih bujangan usianya masih 21 tahun, sedang sibuk-sibuknya dengan skripsi.
Juan yang sudah tertangkap basah oleh kakaknya hanya bisa tersenyum lebar, "Juan habis lihat tetangga baru, ada yang pindahan ke rumah belakang nih. Anaknya cewek, Mas. Cantik, Juan deg-degan," jelas Juan dengan napas yang masih terengah-engah, ia juga memegangi dada kirinya, tidak lupa menyertakan esem berbunga di bibirnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/183635964-288-k729340.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Melamar ➖ Jung Jaehyun [DISCONTINUE]
Fanfiction[DISCONTINUE] Setiap pulang ke rumah, hal yang paling sering ditanyakan oleh kedua orangtua Aya adalah, "Kak, kamu di Sukabumi beneran nggak punya pacar?" Awalnya Aya menganggap itu semua hanya candaan tapi ternyata malah semakin sering ditanyakan...