Medianya nggak ada hubungannya sama isi chapter ini sih, cuma kebetulan saya lagi dengar lagu ini. Yang mau dengar juga, langsung ke Spotify aja ya. Judulnya Justin Bieber - Love Me.
Happy reading!
***
Hari berganti hari, ramadhan dan idul fitri sudah terlewati. Hanya tinggal menghitung jam karena tak sampai dua pukuh empat jam lagi, Juan dan Aya akan sah menjadi suami istri. Tidak sih, mereka sudah sah hanya tinggal mengadakan resepsi sebagai simbolis mereka sudah terikat. Urusan persiapan resepsi pernikahan mereka sudah selesai hanya tinggal pengecekan ulang dan pemasangan properti. Acara yang dihelat mulai dari jam 10 sampai jam 5 sore. Tidak usah lama-lama, capek.
Selama menghitung jam, satu per satu barang Juan dan Aya yang masih berada di rumah orangtua masing-masing mulai dipindahkan. Sampai koleksi Aya pun dipindahkan dan diletakkan di sebelah lemari pakaian mereka. Aya masih belum siap untuk tinggal bersama tapi ... yasudahlah mau bagaimana lagi? Juan suaminya, mereka pasti akan tidur dalam satu kamar dan satu ranjang. Mau nanti saat terbangun lalu kaget ketika melihat wajah Juan dan resfleks memukulnya adalah urusan belakangan. Yang penting pindahn dan resepsi dulu yang selesaikan
Sovenir pernikahan mereka adalah cokelat 2 buah yang sudah dibungkus dengan cantik. Seluruh dekorasi sesuai dengan penjaran Aya dan Juan hanya mengiyakan, bicara pada pihak vendor dan WO lalu membayar. Jika ditanya Aya maunya seperti apa, ia pun bingung. Rencana pernikahan atau target menikah saja tak ia tulis dalam tugas kuliahnya waktu itu, bagaimana mau memikirkan soal dekorasi pernikahan.
Ia baru bisa menjawab dan menjelaskan setelah melihat gambar-gambar wedding venue di Pinterest. Waktu itu Juan pun sampai berkomentar, "Kamu nentuin konsep buat resepsi kita aja bingung, Ya." begitu katanya.
Tentu saja Aya membela diri, "Ya aku mana tau bakalan nikah secepat ini, Mas? Umur buat target nikah aja nggak punya, apalagi dekorasi pernikahan impian," balasnya.
Kemudian hening, Juan sibuk dengan kotak-kotak kardusnya yang berisi seluruh pekerjaannya sambil menyortirnya ke kardus lain. Sedangkan Aya sedang mengeluarkan barang-barang koleksinya dari dalam kardus yang hendak dipindahkan ke lemari 3 susun yang sudah dibersihkan Juan tadi.
"Ya, itu jomplang banget nggak sih? Lemari pakaian kita tuh tiga pintu dan tinggu banget, tapi lemari koleksimu cuma tiga tingkat mana kecil gitu lagi. Saya belikan yang besar ya? Biar koleksi buku sama album kamu ditaruh di tempat yang lebih luas," komentar Juan sambil menilik dari atas ke bawah lemari koleksi milik Aya.
Aya menghela napas pelan, "Nggak usah, Mas. Segini aja udah cukup kok. Nggak enak loh aku kalau semuanya pakai uangmu. Bayar uang kuliahku pakai uangmua, bayar semua keperluan resepsi juga pakai uangmu. Aku kontribusinya apa?" gadis itu menatap barang-barangnya yang masih berantakan di atas lantai.
Juan tampak tak terganggu. Pemuda itu sudah kembali fokus pada pekerjaannya menyortir kertas-kertas yang entah apa isinya. "Ya emang kenapa? Kan saya kerja buat kamu juga," jawabnya enteng. "Kalau kata Justin Bieber tuh ya, you are the one for me. My money is yours. Give you little more because I love you," lanjutnya lagi tetap tidak menatap istrinya yang sudah terbengong-bengong dengan ucapannya.
Beneran bulol nih orang, cibir Aya. "Bulol banget lo, Juan anaknya Bapak Adnan. Tapi ya, Mas, masalahnya tuh aku nggak bantu apa-apa. Niatnya emang kalau mau nikah, aku akan jual semua koleksiku ini," Aya menunjuk semua koleksinya. Photocard koleksinya sudah berbinder-binder dan jika dijual pasti sudah bisa untuk membayar lunas satu unit motor matic.
"Ya tapi nggak secepat ini juga, Mas! Baru beres UAS semester 4, eh malah udah dikawinin!" lanjut Aya lagi. Ia kembali marah-marah.
"Ralat, Ya, kita nikah bukan kawin. Kawin tuh kucing, emangnya kamu kucing?" sahut Juan yang meralat ucapan istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melamar ➖ Jung Jaehyun [DISCONTINUE]
Fanfiction[DISCONTINUE] Setiap pulang ke rumah, hal yang paling sering ditanyakan oleh kedua orangtua Aya adalah, "Kak, kamu di Sukabumi beneran nggak punya pacar?" Awalnya Aya menganggap itu semua hanya candaan tapi ternyata malah semakin sering ditanyakan...