Gue akhirnya sampai di kontrakan jam 8, hehe nggak teraweh lagi kan gue. Padahal waktu kemarin udah skip teraweh gara-gara bukber bareng anak-anak, sekarang skip lagi gara-gara bukber sama suami.
"Temen-temen kamu mana? Ini ayamnya saya taro di meja ya," ujar Mas Juan sambil meletakkanya plastik putih di meja makan.
Gue mengangguk sambil sibuk memeriksa hasil jilidan spiral, itu sebenarnya diambil besok tapi gue maksa abangnya biar jadinya hari itu juga.
"Isinya laporan apa sih?" tanya Mas Juan sambil melongokkan wajahnya pada laporan yang gue baca.
"Ini macam-macam sih isinya. Aku kemarin ngerjain tentang elektroforesis dan kualitas DNA tanaman. Terus ada yang ngerjain pengenalan alat bioteknologi, radiasi benih kacang hijau 100 sampai 500 gray, benih sintetis, isolasi DNA tanaman in vitro, Polymer Chain Reaction atau PCR, sama elektroforesis hasil PCR," jelas gue pada Mas Juan yang gue yakin nggak bakalan ngerti sama apa yang gue jelasin.
Gue akhirnya menoleh ke arah Mas Juan sambil menutup laporan Bioteknologi kelompok gue. Gue tersenyum tipis saat melihat wajah bingungnya, "Bingung ya?" tanya gue iseng.
Dengan polosnya dia mengangguk lalu menarik kursi makan di sebelah gue, "Iya, saya bingung. Itu apa sih?" tanyanya heran.
"Ini tuh mata kuliah yang ngajarin gimana caranya memperbanyak tanaman tanpa tanah, jadi bisa dilakukan pada media lain. Bisa pakai media agar atau MS. Terus juga bisa bikin rekayasa genetika," jelas gue. Gue masih yakin kalau Si Gembul di depan gue ini nggak akan paham.
"Oh ... Apaan sih itu? Aku nggak paham juga," Mas Juan masih mengerenyit bingung sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Yaudah, nggak usah ngerti. Nggak bakalan ada juga di kehidupan rumah tangga," jawab gue asal.
Tadi bingung, sekarang udah berubah lagi ekspresi wajahnya. Dia sok malu-malu gitu terus nelungkupin wajahnya ke meja makan.
"Aduh! Rumah tangga, nggak nyangka saya udah jadi suami orang," ujarnya yang teredam meja makan.
Gue memutar mata malas, "Harusnya akulah yang bilang gitu. Aduh saya nggak nyangka udah jadi istri orang padahal belum 21 tahun," cibir gue kemudian berdecih pelan.
Gue bisa mendengar kalau Mas Juan ketawa. Please atuhlah, gue kesel banget dengarnya. Gue memutuskan untuk tidak peduli dengan suara tawa Mas Juan, geli banget kayanya dia.
"Maaf ya, abisnya kalau diliatin terus dari jauh sama aja dosa sayanya. Jadi mending langsung tarik gas aja."
"EH?! YA ALLAH, BAPAK ANDA NGAPAIN?!"
Gue panik karena Mas Juan ngelingkarin tangan kanannya di pinggang gue terus kursi yang gue dudukin ditarik lebih dekat ke arah dia pakai kaki. Bibirnya yang nyium gue cuma waktu pertama dia datang, kini nyentuh kening gue lagi.
Hadeh, Pak! Ini hati saya kok diacak-acak?! Nggak sopan banget! 😠😠😠
"Ups! Sorry guys, anggap aja gue nggak liat apapun. Anggap aja gue cuma angin," celetuk Jasmine yang tampaknya kaget banget liat gue sama Mas Juan sedeket itu.
Sial! Kena gap kan gue 😃👍
Bukannya dilepasin pelukannya, dia malah makin dekat. Heran, gue udah risih gini ditempelin sama dia. Berasa tokek nempel di dinding. Sayangnya Mas Juan nggak peka atau peka tapi pura-pura nggak tau.
Jasmine juga lagi sibuk sama cucian piring bekas makannya dan membiarkan gue dengan Mas Juan, seolah nggak ada apapun yang terjadi.
"Jasmine, ini gue beliin ayam buat nanti sahur ya. Jadi nggak usah masak," ujar gue yang berusaha memecah keheningan sekalian ngedorong kepala Mas Juan supaya menjauh.
Jasmine berbalik disaat gue udah berhasil nyingkirin tangan Mas Juan dan kepalanya serta badannya dari gue.
"Bikin minum aja ya kalau gitu? Oke deh, eh tapi kopi kayanya habis deh. Kak Juan dikasih minum apa nanti?" tanya Jasmine pada gue.
"Dia dikasih air keran juga diminum," celetuk gue asal karena terlanjur kesal dengan tingkahnya.
"Tega banget lo sama suami sendiri. Hukum aja si Aya, Kak Juan!" kompor Jasmine yang disahuti oleh Mas Jaehyun.
"Iya nanti dihukumnya kalau udah di rumah sendiri."
AKU NGGAK DENGER, MATAKU GESER!!!
***
Habis senang-senang, saatnya belajar. Gue duduk di atas kasur gue yang cuma muat satu orang dengan segala macam kertas bertebaran di atas kasur. Gue mulai memisahkan mana materi kuliah dan mana materi praktikum. Sedangkan Mas Juan mulai sibuk mengepak buku-buku serta modul-modul kuliah gue.
Mas Juan udah berganti pakaian jadi celana pendek dan kaus putih yang ia bawa dan gue menggunakan celana training hitam, kaus ungu lengan panjang dan jilbab putih. Entah kenapa gue masih belum terbiasa dengan adanya Mas Juan di sekitar gue terlebih lagi tanpa jilbab.
"Pakianmu mau dipacking sekarang atau nanti aja?" tanya Mas Juan pada gue yang masih sibuk membaca materi kuliah.
"Yang digantung dulu aja. Di lemari pintu sebelah kiri, yang sebelah kanan jangan dibuka," ujar gue tanpa melihat Mas Juan.
"Emang di sebelah kanan ada apa?"
Gue mendongak. Kenapa pertanyaannya bikin sewot ya?
"Ada pakaian dalam akulah! Jangan dibuka pokoknya!" omel gue pada Mas Juan yang sedang duduk di atas karpet.
"Kenapa? Emangnya saya nggak boleh lihat? Toh nanti akhirnya saya ngeliat juga, ngelepasin malah."
TAK!
"ADUH! KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA!"
Mas Juan berguling-guling di atas karpet sambil memegangi kepalanya yang kena lemparan pulpen dari gue. Semakin gue kenal, semakin gue jengkel juga sama mulutnya dia yang asal ceplos aja.
Yaiya sih...YA TAPI KAN NGGAK USAH DIOMONGIN JUGA DONG 😭
"Pulpen aku siniin, cepet!" titah gue pas Mas Juan yang masih menelungkupkan wajahnya di atas karpet. Ngapain sih dia pose kaya batu Malin Kundang?
"Mas, buru! Aku lagi belajar nih!" omel gue lagi.
Akhirnya Mas Juan bangkit dari pose Batu Malin Kundangnya terus ngambil pulpen yang kebetulan berada di dekat dia.
"Nih pulpennya."
Baik banget deh dia langsung ngasih gitu aja terus duduk tepat di sebelah gue.
"Tinggal baju kamu aja yang belum saya beresin. Besok aja abis kamu pulang ujian ya," ujar Mas Juan yang hanya gue angguki sebagai jawaban.
"Yaudah kalau gitu saya balik ke kamar dulu ya. Semangat belajarnya, istriku!" lanjutnya yang diakhiri dengan kalimat menyemangati. Hiks, jadi ini rasanya disemangatin sama pacar pas lagi ujian? Kaya ada yang berbunga gitu 😍
Gue mendongak pas dia mau pergi. Refleks gue nahan tangannya dan nyuruh dia duduk lagi.
"Nggak usah balik ke kamar, di sini aja temenin aku belajar. Aku pasti begadang ini, jadi temenin biar aku nggak ketiduran," ujar gue, yang sialnya, sambil malu-malu. Baru kali ini gue malu-malu di depan cowok, biasanya malu-maluin.
Mas Juan ngegenggam tangan gue kemudian menepuk punggung tangan gue, "Yaudah nanti saya balik lagi. Mau ngambil HP sama chargernya di kamar."
Gue mengangguk dan melepaskan tangan gue dari genggaman Mas Juan. Gue biarin dia keluar dari kamar gue.
Hening...
"DOH ANJIR!!! APA-APAAN INI?! MALU BANGET GUE!!! KOK BISA-BISANYA GUE MENDADAK SOFT BEGINI?!!"
Gue berteriak kencang yang diredam oleh bantal. Gue frustasi dengan sikap gue sendiri. Malu anjir.
Apa ini salah satu efek karena udah jadi istri orang ya?
Ah yang benul?
***
A/N:
Jangan kupa vote and commentnya ya!
See you in next chapter 😍👍
KAMU SEDANG MEMBACA
Melamar ➖ Jung Jaehyun [DISCONTINUE]
Fanfiction[DISCONTINUE] Setiap pulang ke rumah, hal yang paling sering ditanyakan oleh kedua orangtua Aya adalah, "Kak, kamu di Sukabumi beneran nggak punya pacar?" Awalnya Aya menganggap itu semua hanya candaan tapi ternyata malah semakin sering ditanyakan...