Juan dan Aya sudah meninggalkan kediaman Limardhani, orangtua Joni. Saatnya kembali ke rumah yang asli. Selama perjalanan, tak ada yang membuka suara. Hanya ada oantunan takbir di radio yang sedang menyala, Juan fokus menyetir sedangkan Aya memperhatikan ke arah luar. Banyak anak-anak yang berkumpul di luar untuk melakukan pawai obor sambil takbiran. Bibirnya mengulas esem tipis, satu lagi ramadhan telah terlewati. Entah tahun depan ia masih bisa melewati bulan suci ini atau tidak.
"Saya drop kamu di rumah ya? Ngobrol sama Ayah," ujar Juan yang akhirnya membuka suaranya.
Aya yang sejak tadi memperhatikan barisan anak-anak yang sedang melakukan pawai obor, segera menoleh. "Biasanya kalau habis magrib kaya gini Ayah ada di mushola, Mas," jawab Aya.
Juan mengangguk, "Kita turun di rumah kalau gitu. Nanti box kuenya kamu bawa satu ya, terus kasih ke Ayah. Saya nanti mau beresin rumah dulu takut besok ada yang bertamu," Juan membalas yang malah membuat Aya terdiam.
"Memangnya siapa yang mau bertamu ke rumah kita, Mas? Kan cuma RT dan RW setempat aja yang tau kita udah nikah, warga blok G aja. G Al-Fath, G Yohana, terus mana lagi?" Aya mengerjap keheranan.
"Ya kita kan pasti di rumah dulu, rumah harus rapi dan bersih. Kita nggak mungkin langsung pisah gitu aja. Kamu di rumah orangtuamu, aku di rumah orangtuaku. Kita nggak tau gimana pikiran orang lain terhadap kita," jawab Juan sambil memutar stir mobilnya.
Aya mengangguk paham, "Benar juga sih. Yaudah kalau gitu, nanti aku bawa hampers buat Ayah sama Ibu. Nanti kamu kan di rumah tuh, bawa masuk box punya kita terus nanti bawa box punya orangtuamu. Mas Agam sama Mbak Kalila kapan datang?"
"Besok kayanya."
Kemudian keduanya kembali terdiam. Cukup banyak kemajuan yang terjadi antara Aya dan Juan. Aya masih tetap ketus seperti biasa, gadis itu memang menuruni sifat ibunya, Wendy. Judes, ketus tetapi jika tertawa bisa menggelegar dan lupa kalau dia adalah perempuan. Sedangkan Juan, walaupun dia adalah anak bontot tetapi sifat dewasanya justru sangat mendominasi. Kata maaf, tolong dan terima kasih itu tak pernah lepas dari ucapannya. Murah senyum walau terkadang receh. Ia juga sangat lembut, sama seperti ibunyaㅡArumiㅡjangan lupakan sifat perhatiannya, sama seperti ayahnyaㅡAdnan. Juan dan Aya dasarnya memang bertolak belakang tetapi mereka berdua bisa saling melengkapi.
Ketika Aya marah, Juan bisa meredamnya. Ketika Juan sedih, Aya bisa jadi penghiburnya.
Sudah dibilang jika jarak dari rumah eyang menuju rumahnya itu sangat dekat sekali, tidak sampai 15 menit pun sampai. Mobil Juan sudah memasuki area pemukiman blok G Al-Fath, maksudnya rumah-rumah di blok G yang dekat dengan mushola Al-Fath. Dari ujung jalan, mobil Juan hanya tinggal lurus saja sampai jalan buntu karena rumah mereka ada di dekat sana. Rumah yang masih bagus dan besar di antara beberapa rumah besar lainnya.
"Nah udah sampai. Turun gih," titah Juan kemudian menarik tuas rem lalu mematikan mesin mobilnya.
Aya tak banyak bicara kemudian segera turun dari dalam mobil. Setelah turun, ia beralih pada pintu belakang untuk mengambil box hampers milik keluarganya. "Mas, box-boxnya tolong dikeluarin dulu dong. Aku mau langsung ke mushola aja, kayanya ada Ayah," ujar Aya dengan setengah berteriak.
"Iya, sayang! Kamu pergi aja, nanti saya keluarin box-boxnya!" jawab Juan yang juga berteriak sambil memasukkan kunci ke lubangnya.
Setelah mendapat izin dari Juan, Aya menutup pintu belakang mobil kemudian terdiam. Matanya menatap ragu ke arah box yang berada di tangannya. Ia harus bertemu dengan sang ayah demi menyelesaikan perasaan tak terima yang ia rasa masih terus bercokol di hatinya. Hari ini harus selesai, Aya. Lo harus bisa memaafkan semua orang yang udah bikin lo jadi istri Juan. Lo bisa maafin Juan, tapi kenapa lo nggak bisa maafin ayah lo sendiri?
![](https://img.wattpad.com/cover/183635964-288-k729340.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Melamar ➖ Jung Jaehyun [DISCONTINUE]
Фанфик[DISCONTINUE] Setiap pulang ke rumah, hal yang paling sering ditanyakan oleh kedua orangtua Aya adalah, "Kak, kamu di Sukabumi beneran nggak punya pacar?" Awalnya Aya menganggap itu semua hanya candaan tapi ternyata malah semakin sering ditanyakan...