Presentasi divisi pemasaran kelompoknya sudah berlalu sejak 3 minggu lalu, sekarang sudah memasuki divisi pengolahan dan sedang sibuk-sibuknya membetulkan maket bangunan yang rusak. Selain itu, divisi pemasaran masih dibutihkan untuk cross check data yang sudah disusun sejak awal. Tak dapat dihindarkan untuk perombakan jumlah benih yang dibutuhkan serta budget yang sekiranya dibutuhkan untuk media promosi. Hampir setiap minggu ada saja yang harus diubah, itulah mengapa Aya selalu pulang malam karena perannya pun penting dalam kelompok.
Apalagi sudah dekat-dekat dengan temu bisnis, data-data serta presentasi harus sudah rampung. Berhubung acara temu bisnis semakin dekat, Aya kembali pulang malam. Untuk kali ini Juan sudah diberi tahu jika istrinya akan pulang malam. Sejak pukul 9, Juan sudah berada di lapangan parkir kost yang pernah dijadikan tenpat kerja kelompok Aya dulu.
Selama menunggu, Juan hanya duduk di dalam mobil sambil mendengarkan lagu-lagu yang diputar di radio. Terkadang ia juga mampir ke warung seberang untuk membeli minum dan beberapa cemilan. Jangan lupakan fakta bahwa Juan itu suka makan makanya ia memiliki tubuh yang tinggi besar dan pipi gembil. Juan selalu ingat pada istrinya, ia membeli cemilan sebangak yang bisa ia masukkan ke dalam kantung plastik dan akan membaginya nanti di dalam mobil.
Soal pernikahan dirinya dan Aya, sepertinya belum ada teman-teman Aya yang tahu, kecuali teman-temannya saat di Sukabumi dulu. Sebetulnya Aya sendiri tidak pernah membuat peraturan agar merahasiakan pernikahannya. Toh gadis itu tetap memakai cincin kawin mereka saat pergi ke kampus. Aya juga tidak pernah bercerita soal tanggapan teman-temannya dari kampus Bogor soal cincin yang dipakai di jari manis tangan kanannya.
Tetapi malam ini Juan tidak ingin overthinking, ia memilih untuk menepis jauh-jauh apa yang ia pikirkan dan kembali menuju mobilnya yang berada di halaman parkir kost seberang. Saat ia kembali ke dalam mobil, matanya sengaja melirik ke arah jam di pergelangan tangannya. Sudah pukul 10 malam dan Aya belum juga selesai. Karena gerah dan tidak nyaman menunggu di mobil, Juan memutuskan untuk keluar dan melihat sendiri apa yang tengah dilakukan oleh gadisnya.
Ia mengintip sedikit dari balik dinding yang membatasi antara area kost dengan halaman. Juan dapat mellihat gadisnya sedang sibuk menggunting sesuatu bersama dengan seorang laki-laki tinggi berhoodie hitam. Mereka berdiri berdampingan dengan jarak yang sangat dekat, kalau Juan bilang sudah tidak ada jarak. Kening Juan mengerut lalu memilih untuk mundur. Dengan sabar ia menunggu hingga gadis itu akhirnya keluar dari dalam kost temannya.
Matanya menatap perawakan istrinya yang tampak sedang berpamitan dengan beberapa temannya termasuk si laki-laki tinggi berhoodie hitam itu. Masih sempat-sempatnya ketawa-tawa pada di depan muka udah ada suami begini?! Batin Juan kesal.
"Mas!" sapa Aya dengan senyum lebar. Awalnya gadis itu berpikir ingin memeluk Juan tetapi setelah dipikir-pikir lagi, mana mungkin ia melakukan itu. Sudah jelas ia pasti malu dan ekspresi Juan sedang tidak bersahabat.
Juan menatap gadisnya dengan pandangan tajam sebelum akhirnya mengomel seperti ibu-ibu. "Kamu tuh bisa nggak sih jangan pulang malam terus?!" Juan memulai sesi marah-marahnya dengan suara yang tak terlalu keras.
"Ya nggak bisa, Mas. Tuntutan kerjaanku," jawab Aya dengan mata yang menatap suaminya.
"Kamu tuh punya suami, Ya. Suamimu di rumah, kadang saya udah pulang tapi kamu belum!" lanjut Juan lagi. Rupanya tidak sampai di situ saja omelan Juan. "Emang nggak bisa apa bilang ke teman-temanmu kalau kamu itu bersuami? Ada suami di rumah yang khawatir gitu?! Saya tuh khawatir setiap hari kamu pulang jam 9, jam 10. Kalau nggak dijemput, saya khawatir kamu sampai rumah jam 11 malam!"
Aya memilih untuk menarik suaminya agar masuk ke dalam mobil karena sudah mulai memancing perhatian teman-temannya. Gadis itu membuka kursi kemudi dan memaksa Juan untuk masuk, begitu pula dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melamar ➖ Jung Jaehyun [DISCONTINUE]
Fanfiction[DISCONTINUE] Setiap pulang ke rumah, hal yang paling sering ditanyakan oleh kedua orangtua Aya adalah, "Kak, kamu di Sukabumi beneran nggak punya pacar?" Awalnya Aya menganggap itu semua hanya candaan tapi ternyata malah semakin sering ditanyakan...