📎 31

2.3K 475 33
                                    

"Mas, saya mau tanya satu hal lagi," Aya membuka percakapan mereka ketika dalam perjalanan pulang. Titipan semua orang sudah dibelikan, tidak lupa dengan beberapa belanjaan lainnya.

"Soal?" balas Juan yang masih fokus pada jalan di depannya.

"Pas kamu minta aku dari kedua orangtuaku, kamu tau kondisi ayah?" tanya Aya yang membuat Juan terdiam sebentar.

Keningnya terlihat berkerut samar tetapi kemudian ia menjawab, "Ya ... saya tau kondisi keluargamu. Saya minta kedua orangtua saya untuk lamar kamu, awalnya memang orangtuamu nggak setuju tapi pas dibicarakan lagi dan menyinggung soal kondisi keuangan keluarga kalian, ayah ngasih kamu ke saya."

Aya semakin bingung, dari mana mereka tahu jika kondisi keuangan keluarganya saat itu tidak stabil?

"Dari mana ... keluarga Mas tau kalau kondisi keuangan keluargaku lagi nggak stabil?" tanya Aya lagi.

"Umi Nana. Ayah kan juga dekat sama Umi Nana dan suaminya terus ayahmu juga suka bersihin mushola juga. Dari situ sih, Papa dan Mama cari informasi lewat orang-orang terdekat keluarga kamu dulu. Umi Nana dan suaminya udah informan paling akurat, habis itu baru orangtua saya ngelamarin kamu buat saya," jelas Jaehyun yang membuat Aya terdiam.

Oh selama ini ternyata keluarga Juan mencari seluk-beluk tentang dia dan keluarganya. Ia benar-benar merasa kecolongan dan tidak tahu apa-apa. Tahu-tahu sudah jadi istri orang saja, namun di sisi lain ia juga merasa beruntung mendapatkan Juan.

"Saya maksudnya baik, biar ayah kamu fokus dengan dua adikmu aja dan kamu bisa jadi tanggungan saya. Nggak pernah nyangka juga kalau kamu akan marah banget sama ayahmu dan juga saya. Walaupun kelihatannya kamu kaya biasa aja tapi matamu itu nggak bisa bohong. Masih ada perasaan nggak rela hakmu direnggut begitu aja."

Aya berdeham. "Iya memang, Mas. Hakku direnggut tanpa aku tau. Siapa yang nggak marah?" kali ini Aya menoleh untuk menatap Juan dengan nyalang.

"Iya, Aya. Saya paham."

Aya mengalihkan kembali pandangannya. Ia menatap ke arah luar dengan tatapan frustasi. "Kenapa ya aku belum bisa nerima semuanya?" lirihnya.

"Ya kamu belum ikhlas, belum bisa damai sama hal-hal yang udah terjadi. Mungkin kamu perlu ngobrol sama ayah, berdua aja. Kaya saya dan kamu gini, siapa tau permasalahan kalian bisa selesai. Ayah juga merasa bersalah sama kamu, Ya," balas Juan dengan tenang. Tangannya memutar stir mobil saat melewati tikungan. Sebentar lagi mereka sampai di tujuan, rumah eyang.

"Perasaan kamu setelah ngobrol sama saya gimana? Lega atau masih ada yang ganjel?" tanya Juan lagi.

"Ya ... gimana ya? Biasa aja sih, aku udah mulai nerima bukan nyoba untuk nerima lagi. Kamu suamiku dan ya kenyataannya seperti itu. Lantas aku harus apa?" jawab Aya dengan mengangkat kedua tangannya di samping bahu.

"Yaudah, berarti kamu memang butuh bicara sama ayah. Nanti pas pulang, silahkan bicara sama ayah biar hubungan kalian balik lagi kaya dulu."

Aya membalasnya dengan dehaman. Mungkin memang ia perlu bicara dengan Joni. Mau bagaimanapun juga, Joni tetap ayah satu-satunya, ayahnya yang terbaik sepanjang masa terlepas dari segala kebrengsekan yang lelaki itu pernah buat. Aya sudah besar, ia cukup banyak tahu tentang masa lalu ayahnya yang kelam tetapi di sini bukan saatnya untuk membuka berbagai macam aib Joni.

Mobil Juan berhenti di sebuah gerbang hitam besar, laki-laki itu turun dari mobil untuk membuka pagar karena ia tahu jika Aya sedang dalam kondisi tidak baik. Pembicaraan mereka yang menyangkut alasan pernikahan serta Joni, selalu membuat perempuan itu agaknya sedikit unmood. Juan paham akan hal itu.

Melamar ➖ Jung Jaehyun [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang