001

702 33 4
                                    


.

.

.

Halo semuanya, cerita ini aku revisi ulang untuk membuat pembaca lebih menikmati tulisannya.
Aku kasih warning karena kali ini akan banyak adegan-adegan yang tidak layak untuk ditiru!

Jadi,

Selamat membaca!

Disebuah rumah tepatnya didepan sebuah kamar dengan pintu yang terkunci dari dalam seorang wanita berusia hampir setengah abad beberapa kali mengetuk pintu tengah berusaha membangunkan anak sang majikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disebuah rumah tepatnya didepan sebuah kamar dengan pintu yang terkunci dari dalam seorang wanita berusia hampir setengah abad beberapa kali mengetuk pintu tengah berusaha membangunkan anak sang majikan.

Setelah beberapa waktu akhirnya terdengar juga teriakan dari dalam menunjukkan bahwa orang yang dipanggil sudah membuka matanya.

"Jangan tidur lagi, bibi kebawah dulu." Wanita itu berjalan menjauhi kamar untuk meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda.

Didalam kamar dengan nuansa monokrom itu terlihat seorang laki-laki yang tengah meregangkan tubuhnya sambil menguap lebar-lebar. Menggaruk kepalanya lalu melihat langit yang sudah cerah dari balik jendela kamarnya, dengan mata yang menyipit laki-laki itu beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi.

Setelah selesai dengan segala urusannya, laki-laki tadi segera menuruni tangga dengan menggunakan pakaian yang sudah rapi. Sweater abu-abu dan celana hitam terpasang di badannya, tidak lupa menenteng Clutch bag berwarna hitam di tangan kirinya.

"Pagi." sapanya kepada seorang laki-laki berusia jauh diatasnya yang sudah menunggu di meja makan sambil sibuk dengan iPad ditangannya. Tidak lupa juga kacamata yang hampir melorot dari hidungnya.

"Sudah dari tadi ayah tunggu, kenapa lama?" tanya laki-laki yang menyebut dirinya ayah itu seraya menyerahkan iPad-nya pada seseorang laki-laki yang sigap menunggu dengan berdiri di belakangnya.

"Maaf."

Keduanya pun sibuk dengan makanan yang sudah tersaji di depan masing-masing. Tidak membahas lagi perkara tadi.

"Aku sudah selesai." Laki-laki yang lebih muda itu menyeka bibirnya dengan tisu untuk membersihkan siapa tahu ada noda yang tersisa.

"Oke."

"Ayah jangan sampai kecapean." Seperti biasa, sebelum berangkat sang anak selalu memperingati ayahnya terlebih dahulu. Mengingat jika ayahnya selalu lupa waktu jika menyangkut pekerjaan.

"Iya, sana katanya mau berangkat." Sang ayah mendorong bahu anaknya agar segera pergi dan menghentikan ocehannya.

"Awas ya." Laki-laki yang leih muda itu memicingkan matanya membuat sang ayah berdecak malas.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang