..
.
"Vin gimana keadaan Nala sekarang?" Kenzo bertanya setelah dosen keluar dari kelas sekaligus menutup sesi pembelajaran hari ini yang memang hanya satu kelas saja.
"Mendingan." Yvaine membereskan barang-barangnya dan memasukkannya kedalam tas. Tidak banyak, hanya satu buku tebal juga iPad.
"Nanti sore ajak lah dia." Bastian berdiri di depan Yvaine sambil mengemut lollipopnya yang dia ambil dari kamar adiknya yang pastinya kini sedang nangis kesetanan karena permen kesayangannya hilang tanpa bekas.
"Gak janji." Yvaine beranjak dari kursinya lalu mulai melangkahkan kakinya untuk keluar dari kelas diikuti ketiga temannya.
"Pokoknya harus." Bastian mengekor di belakang Yvaine diikuti Kenzo dan Al.
"Ck, iya." Yvaine mengambil ponselnya dari lalu melihat ada panggilan tidak terjawab dari Nala membuatnya segera menghubungi balik. Tapi Nala tidak menjawabnya membuat Yvaine khawatir. Dia tidak sengaja men silent ponselnya karena mata kuliah tadi cukup serius untuk dia ikuti.
"Aku duluan." Yvaine melangkahkan kakinya lebar-lebar tidak memperdulikan temannya yang heran dengan dirinya. Biar nanti saja dia jelaskannya.
Yvaine mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi hingga lima belas menit berlalu sudah sampai di apartemennya. Dengan cepat, Yvaine menekan lift menuju lantai tiga belas dimana tempat huniannya berada.
Saat sudah berada di apartemen, Yvaine tidak menemukan keberadaan Nala di manapun. Sepertinya gadis itu sudah pulang. Yvaine keluar untuk ke rumah Nala. Dia belum tenang sebelum melihat gadis itu secara langsung sekaligus memastikannya dalam keadaan baik-baik saja.
Lagi-lagi Yvaine melajukan motornya dengan kencang, tidak memperdulikan jika dirinya melanggar lalu lintas. Saat sedikit lagi mencapai rumah Nala, Yvaine melihat gadis itu berjalan tidak jauh darinya dengan kakinya yang di hentakkan kuat-kuat. How cute.
Yvaine menghentikan motornya tepat di samping Nala, tapi sepertinya itu keputusan yang kurang tepat karena gadis itu terlihat kaget setengah mati lalu tiba-tiba memukul punggungnya kuat membuatnya meringis. Pukulannya sungguh sakit.
"KAMU, ngagetin tau ga!" Nala berteriak hingga terlihat urat dilehernya, bahkan tangannya yang mengepal kuat dia angkat tingi-tinggi. Yvaine meringis ngeri melihatnya. Sepertinya kesalahannya benar-benar tingkat tinggi.
"Sakit Nal." Yvaine mengelus punggungnya yang panas.
"Ya itu salah kamu" sungut Nala yang tidak merasa bersalah sedikit pun, salah siapa juga yang mengagetkannya, itu resikonya. Lagian keputusan yang tidak tepat mengganggu Nala yang dalam mode kesal alias senggol bacok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen FictionKeras kepala? Aku bisa lebih dari itu 🚫W A R N I N G CERITA INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR, JADI AMBIL SISI BAIKNYA DAN BUANG SISI BURUKNYA BANYAK ADEGAN YANG TIDAK LAYAK UNTUK DITIRU __________ I W I L L A L W A Y S T A K E C A...