..
.
Yvaine menunggu Nala yang tengah diperiksa dokter. Dia melihat kaki Nala yang dibebat karena ada tulangnya yang patah. Nala tidak akan bisa berjalan normal untuk beberapa minggu kedepan.Dua jam sudah Yvaine menunggu, tetapi Nala belum sadar juga. Yvaine terus bertanya pada suster tetapi di balas dengan nanti juga bangun dan itu membuatnya kesal bukan main.
Yvaine duduk di kursi yang berada disamping ranjang tempat Nala terlelap, tangannya menggenggam tangan Nala yang terbebas dari infus. Sesekali Yvaine bawa tangan itu kedepan wajahnya untuk dia kecup.
Lima belas menit berlalu, mata Nala mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk dimatanya, sesekali meringis mencoba mengingat dimana dia berada. Mengedarkan pandangan, Nala menemukan sesosok manusia yang sedang menggenggam tangan kanannya dengan kepala yang menunduk.
"Woy." Nala berujar dengan lirih.
Mendongakkan kepala Yvaine melihat ternyata Nala sudah sadar. "Udah sadar Nal?"
"Belom, aku setan." Nala memutar bola matanya malas dengan pertanyaan Yvaine yang menurutnya aneh, jelas-jelas dia sudah bangun seperti ini dengan mata yang terbuka lebar.
"Oh." Nala kembali memutarkan bola matanya malas mendengar perkataan Yvaine membuat laki-laki itu menyentil keningnya pelan.
"Sakit ih." Nala mengusap keningnya yang berdenyut.
"Jangan gitu matanya kalau ngga mau aku sentil." Yvaine mengambil alih untuk mengelus kening Nala.
"Lah, ya terserah aku dong. Kenapa kamu yang repot-repot." Nala menjauhkan tangan Yvaine yang sebelumnya mengelus keningnya. Tidak nyama rasanya.
"Berani kamu melawan?" Yvaine memicingkan matanya membuat Nala tersenyum sinis. Kan, terlihat juga sifat asli laki-laki itu.
"Berani, kenapa ngga?" Nala menolehkan kepalanya agar tidak menatap laki-laki menyebalkan yang ada disampingnya.
Sepersekian detik berlalu bersamaan dengan raut muka Yvaine yang kembali berubah. Guratan emosi yang sebelumnya menghiasi hilang berganti senyuman hangat.
"Mau minum?" tanya Yvaine setelah beberapa saat keduanya terdiam.
Anggukan Nala membuat Yvaine segera mengambil botol minum yang tersedia dan membantu Nala untuk meminumnya.
"Motor gue?" Nala teringat bagaimana nasib motor kesayangannya yang sudah pasti rusak akibat kecelakaan tadi. Tidak, Nala tidak bisa kehilangan motor itu, kalau iya habislah sudah dirinya.
"Udah diurus, jadi kamu tenang aja." jawaban Yvaine membuat Nala sedikit tenang. Masalah motor sudah teratasi. Meskipun dia tidak tahu bagaimana kondisinya. Ah, Nala ingin cepat-cepat keluar dari ruangan bau karbol ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen FictionKeras kepala? Aku bisa lebih dari itu 🚫W A R N I N G CERITA INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR, JADI AMBIL SISI BAIKNYA DAN BUANG SISI BURUKNYA BANYAK ADEGAN YANG TIDAK LAYAK UNTUK DITIRU __________ I W I L L A L W A Y S T A K E C A...