..
.
"Nal udah dong marahnya." sudah setengah jam berlalu Yvaine berusaha membujuk Nala yang masih mendiamkannya akibat candaannya yang dikira perempuan itu benar akan dilakukannya. Ya meskipun Yvaine tidak akan melewatkan kesempatannya jika Nala tidak menolaknya. Sayang, perempuan di sampingnya malah marah hingga tidak membuka mulutnya lagi.
Nala sibuk dengan ponselnya, tidak memperdulikan Yvaine yang sedari tadi membujuknya untuk berbicara. Dia masih kesal dengan perkataan laki-laki itu tadi yang berbohong padanya. Sungguh, Nala tadi sulit mengartikan perkataan Yvaine antara benar atau bohong karena wajahnya yang menunjukkan keseriusan yang begitu kentara.
Luka ditangan Nala telah diobati setengah jam yang lalu. Untungnya tangannya tidak perlu dijahit karena lukanya tidak begitu dalam hanya saja cukup panjang. Dan saat ini Nala tertahan di apartemen laki-laki di sampingnya yang tidak berniat untuk memulangkannya padahal hari sudah dini hari.
"Nala," Yvaine menekan-nekan lengan atas Nala dengan telunjuknya di tangannya yang tidak terluka.
"Apa sih?" Nala terpaksa membuka mulutnya kemudian menjauhkan dirinya tapi Yvaine malah mendekatinya kembali membuat perempuan itu menatapnya dengan risih lalu mendorongnya sekuat tenaga yang sialnya tidak berpindah sedikitpun.
"Udahan keselnya." saat jari Yvaine akan menyentuhnya kembali, Nala terlebih dahulu menahannya lalu tangan laki-laki itu dia hempaskan dengan kasar.
"Jangan sentuh-sentuh."
"Oke-oke, mau makan?" Yvaine mengangkat kedua tangannya keatas seraya melihat jam di dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul satu lebih dua puluh dini hari.
Tanpa pikir panjang Nala menganggukkan kepalanya, "Boleh," kebetulan perutnya juga minta diisi, ada kesempatan kenapa juga harus dia lewatkan.
"Kamu mau makan apa?" Yvaine mengambil ponselnya yang ada di meja lalu membuka aplikasi untuk memesan makanan.
"Mau sate ayam." jawab Nala tanpa pikir panjang. Kalau soal makanan dia tidak akan berpikir lama, jika tengah lapar pikiran Nala akan langsung memikirkan apa yang dinginkan mulut dan perutnya.
"Oke."
Nala menunggu Yvaine yang sedang mengambil makanan di bawah seraya berkeliling untuk melihat seisi apartemen laki-laki itu dengan seksama. Apartemen ini sangat luas tapi terkesan monoton. Tidak ada hal yang menarik perhatiannya. Melihat furniture-furniture yang ada disini membuat Nala hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sekali lihat saja sudah bisa dipastikan harganya yang bukan main. Berbeda jauh dengan barang-barang yang berada dirumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen FictionKeras kepala? Aku bisa lebih dari itu 🚫W A R N I N G CERITA INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR, JADI AMBIL SISI BAIKNYA DAN BUANG SISI BURUKNYA BANYAK ADEGAN YANG TIDAK LAYAK UNTUK DITIRU __________ I W I L L A L W A Y S T A K E C A...