012

60 15 0
                                    

.

.

.

Hari ini Nala sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, dan saat ini gadis itu menunggu Sana yang tengah membereskan perlengkapannya yang sebenarnya tidak terlalu banyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Nala sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, dan saat ini gadis itu menunggu Sana yang tengah membereskan perlengkapannya yang sebenarnya tidak terlalu banyak.

"Yuk pulang, udah beres."

Nala berdiri dari kursi yang ada didepan ruangan begitu Sana berdiri didepannya. Sana membantu Nala untuk berjalan mengingat kondisi kakinya yang belum pulih. Sebenarnya Nala bisa berjalan sendiri tapi Sana bersikeras untuk membantunya.

Keluar dari kawasan rumah sakit, Nala mendapati keberadaan Yvaine berdiri di depan mobilnya. Begitu pandangan keduanya bertemu, Yvaine langsung berjalan menghampirinya membuat langkah Nala terhenti.

"Aku anterin pulang." ujar Yvaine saat sudah didepan keduanya membuat Nala mengernyitkan keningnya. Sebelumnya tidak ada pembahasan jika laki-laki itu akan mengantarkannya pulang.

"Ngga perlu repot-repot, aku bisa naik taksi." tolak Nala dengan cepat.

"Ngga repot sama sekali, orang aku yang mau." mendengar itu membuat Nala berdecak pelan.

"Beneran deh, aku bisa naik taksi." ujar Nala kekeh dengan keinginannya.

"Aku juga beneran mau anterin kamu."

Nala memandang Yvaine dengan sengit sedangkan yang ditatap tetap tenang, tapi tatapannya yang dalam membuat Nala menghela nafas. Sepertinya akan percuma berdebat. Matahari yang semakin terik juga membuat Nala ingin cepat-cepat pulang kerumah dan merebahkan dirinya di kasur yang sudah begitu dia rindukan.

"Sebentar." perkataan Sana menghentikan Nala yang akan masuk kedalam mobil.

"Ada apa kak?" tanya Nala berjalan dengan pincang menghampiri Sana yang sedang menerima telpon.

"Kakak bilang bentar." Sana menutup ponselnya ketika bicara dengan Nala lalu setelahnya meneruskan kembali panggilannya. Nala sempat mengerjapkan matanya perlahan ketika sang kakak berkata dengan tegasnya. Tapi sepertinya itu adalah hal yang penting membuat Nala maklum, mungkin kakaknya sedang dalam mode serius saat ini.

Tujuh menit berlalu Sana selesai juga dengan urusannya dan berjalan menghampiri Nala yang sudah memasang wajah cemberutnya.

"Nal-"

"Iya, aku tau pasti kakak mau pergi kan?" Sela Nala yang sudah tahu apa yang akan dikatakan Sana. Nala sudah tahu jika Sana izin dari pekerjaannya hanya untuk menemaninya. Nala sudah beberapa kali mengatakan jika dirinya bisa sendiri tapi Sana kekeh ingin menemaninya sampai dia keluar dari rumah sakit.

"Iya," Sana merasa bersalah karena tidak bisa terus menjaga Nala, bagaimana pun pekerjaannya sudah menunggu saat ini dan dia harus segera pergi.

"Kamu pulang sama dia aja ya." Sana menatap Yvaine dengan serius membuat laki-laki itu terlihat bingung karena jarak hingga dia tidak mendengar apa yang kakak dan adik itu bicarakan.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang