.
.
.
Yvaine mencekal tangan Nala yang akan memasang helmnya, lalu menjauhkan Nala dari motornya. Nala menatap Yvaine dengan raut tidak suka yang tidak ditutupi."Apa lagi?" tanya Nala penuh penekanan, waktunya tinggal tersisa sebentar lagi. Mengingat jarak dari panti ke tempat balapnya cukup memakan waktu.
"Jangan pergi." Yvaine menatap Nala dengan tajam dan tanpa sadar mencengkram tangan gadis itu dengan kuat.
"Aku ngga butuh per-"
"Iya aku tahu kamu ngga butuh persetujuan dari aku. Tapi Nal, kamu juga harus sadar dengan kondisi tangan yang begini, aku khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan sama kamu," potong Yvaine membuat Nala menggeram karena ucapannya dipotong.
"Jangan memikirkan hal yang belum tentu terjadi." ujar Nala balik menatap Yvaine dengan tajam.
"Aku tahu, tapi seenggaknya kita bisa mencegahnya jika, amit-amit hal itu terjadi." Yvaine frustrasi harus bagaimana menjelaskannya, Nala dan kekeraskepalaan nya itu begitu tidak bisa dipisahkan.
"Ngga bakalan terjadi apa-apa." ujar Nala dengan penuh keyakinan, lagian sudah bertahun-tahun Nala menjalani pekerjaannya itu.
"Emangnya kamu bisa menjamin?" Yvaine menaikkan sebelah alisnya.
"Dari pada buang banyak waktu mending kamu ikut aja terus liat aku tanding," putus Nala dengan cepat karena tidak lama lagi pertandingan itu akan di mulai. Akan lama kalau terus meladeni Yvaine.
"Fine, kalau itu yang kamu mau." Yvaine mengalah karena sepertinya memaksa Nala akan percuma, yang ada dia malah di jauhi oleh gadis itu dan dia tidak mau hal itu terjadi.
Saat akan menaiki motornya, ketiga temannya muncul dengan Shai yang ada di gendongan Al.
"Mau ke mana kalian?" tanya Bastian seraya mendekati Yvaine.
"Santos." ujar Yvaine seraya memakai helmnya.
"Ikut dong," sahut Kenzo yang juga sedang memakai helmnya ketika mendengar tempat yang disebutkan Yvaine.
"Yah padahal aku juga mau ikut tapi bawa ni bocah, lain kali aja lah." Bastian menenangkan Shai yang meronta ingin turun menghampiri Nala.
"Aku duluan." Nala melajukan motornya karena tidak sabar dan juga waktunya juga yang semakin mepet. Yvaine mengikuti Nala yang sudah jauh.
"Al ikut?" Kenzo melirik Al yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Ya," Al menyimpan ponselnya ke dalam saku jaketnya lalu menaiki motornya. "Duluan." pamitnya pada Bastian.
"Nasib-nasib," Bastian menggelengkan kepalanya ketika ketiga temannya sudah menghilang, "Kamu juga ah, kenapa pake ngintilin mulu sih." Shai dia naikkan ke atas motornya yang memasang wajah garang pada sang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen FictionKeras kepala? Aku bisa lebih dari itu 🚫W A R N I N G CERITA INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR, JADI AMBIL SISI BAIKNYA DAN BUANG SISI BURUKNYA BANYAK ADEGAN YANG TIDAK LAYAK UNTUK DITIRU __________ I W I L L A L W A Y S T A K E C A...