014

67 12 0
                                    


.

.

.

Sudah beberapa jam berlalu sejak Yviane pergi setelah dirinya menghadiahkan sebuah pukulan keras di pipinya dari rumahnya dan Nala belum juga beranjak dari sofa padahal hari sudah malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah beberapa jam berlalu sejak Yviane pergi setelah dirinya menghadiahkan sebuah pukulan keras di pipinya dari rumahnya dan Nala belum juga beranjak dari sofa padahal hari sudah malam. Sialan sekali, adegan tadi terus berputar-putar di kepalanya layaknya benang kusut.

Bahkan rasanya Nala sudah tidak waras karena masih merasakan jejak-jejak basah dibibirnya. Apalagi dengan begonya tadi bukannya langsung mengindar, Nala malah terpaku beberapa saat sebelum dia tersadar dengan apa yang tengah terjadi padanya. Wajah Yvaine yang tidak menunjukkan penyesalan sedikit pun membuat Nala kesal dibuatnya.

Nala tersadar dari lamunannya ketika perutnya berbunyi minta diisi. Untung saja dia masih punya stok mie instan dan juga telur jadi tidak perlu repot untuk memasak yang ribet.

Saat melewati ruang tengah Nala berhenti melangkah ketika dia melihat belanjaan yang Yvaine belikan. Hanya sekilas dia melihatnya sebelum melanjutkan lagi langkahnya. Tidak berniat untuk memeriksanya. Perasaannya sungguh masih dongkol.

Nala menunggu air mendidih dengan menekan-menekan kakinya yang tidak sakit ke lantai. Terdengar bunyi air mendidih membuatnya segera memasukkan mie ke dalam panci tidak lupa juga dengan dua telur dan sayuran hijau. Dan jangan lupakan juga beberapa cabe rawit yang tidak bisa dia lewatkan.

Karena malas menambah cucian Nala memutuskan untuk memakan mienya langsung. Kemudian membawanya ke ruang tengah. Nala meniup-niup mie lalu memasukannya kedalam mulut, dia mengunyah dengan mata yang terpejam untuk merasakan rasanya. Begitu nikmat.  Membuatnya melupakan hal tadi.

Setelah mienya habis, Nala beranjak dan segera mencucinya panci kotornya. Sebelum tidur, Nala memilih untuk mandi dulu karena badannya sudah tidak nyaman. Meskipun Nala pernah mendengar bahwa hal itu tidak baik tapi tetap dilakukannya. Padahal seharian ini dia tidak melakukan pekerjaan berat apapun bahkan untuk sekedar mengepel lantai saja dia tidak kerjakan.

"Kak Sana sebenarnya kerja apa sih?" saat ini Nala sedang menyisir rambutnya yang basah dan bertanya pada dirinya sendiri di hadapan cermin. Meneliti bayangan wajahnya yang dilihat-lihat lagi sebenarnya apa yang membuat laki-laki dari kalangan atas sampai-sampai menyukainya. Padahal tampangnya biasa saja, tidak ada yang menarik.

"Tau ah pusing." Nala menjatuhkan tubuhnya ke kasur dengan posisi tengkurap lalu memejamkan matanya.

•••

Dua minggu berlalu, kondisi kaki Nala berangsur pulih. Tapi Nala belum bisa melakukan pekerjaannya karena kakinya akan terasa sakit jika berdiri terlalu lama dan hal itu sangat menyiksanya. Nala berdiam diri itu sungguh bencana yang begitu besar. Jadi yang bisa dilakukannya hanya beres-beres rumah sampai-sampai Nala mengubah layout rumahnya tiga hari sekali karena saking bingungnya apa yang harus dia lakukan.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang