005

118 16 0
                                    


.

.

.

"Jadi kamu yang namanya Nala?" suara berat seseorang terdengar dari belakangnya membuat Nala terkejut bukan main hingga hampir melompat jika saja tidak menahan dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi kamu yang namanya Nala?" suara berat seseorang terdengar dari belakangnya membuat Nala terkejut bukan main hingga hampir melompat jika saja tidak menahan dirinya.

Membalikkan badannya, Nala melihat seorang laki-laki yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Siapa dia? Kenapa orang asing tahu namanya.

Tubuhnya yang tinggi dan besar membuat Nala harus mendongak untuk menatapnya. Padahal tinggi Nala diatas rata-rata perempuan Indonesia. Oke, lupakan tentang tinggi badan. Aroma musk bercampur smoke langsung tercium kuat di hidungnya. Jaket hitam yang dikenakannya membuat laki-laki itu terlihat misterius.

"Maaf?" Nala merasa tidak punya urusan dengan orang yang ada di depannya.

"Kamu Nala?" laki-laki itu malah bertanya lagi membuat kening Nala semakin mengernyit dengan mata memicing curiga.

Orang aneh dari mana ini.

"Siapa?" bukannya menjawab Nala malah bertanya balik dengan waspada, siapa tahu laki-laki itu berniat jahat padanya.

"Yvaine itu nama aku."

"Hah?" Nala dibuat melongo setelah mendengar nama laki-laki itu. Apa katanya.

"Aku pengen kenal sama kamu." lagi, Nala dibuat terpaku dibuatnya.

Laki-laki aneh itu berkata dengan wajah datarnya dan tanpa intonasi yang tentu membuatnya kebingungan. Situasi macam apa yang sedang dia alami.

"Kamu kenal aku dari sia-"

"KAK PIN." teriakan Septia terdengar, memotong ucapan Nala.

Keduanya melihat Septia berlarian menuju kearahnya.

"Hai Tia, apa kabar?" Yvaine jongkok menyamakan tingginya dengan Septia lalu mengelus kepala anak itu ketika sudah berada di depannya. Pun kali ini terlihat senyuman diwajah sangarnya. Sedangkan Nala lagi-lagi terlihat bingung karena keduanya terlihat akrab.

"Aku baik, teman kakak yang lainnya mana kok ngga ada." Septia celingukan melihat ke belakang Yvaine untuk mencari yang di maksud.

"Kakak-kakak yang lain lagi ada keperluan, jadi ngga bisa datang." jelas Yvaine seraya tersenyum hangat. Nala yang melihatnya mendengus, tadi saja berbeda sekali ketika berbicara padanya. Benar-benar aneh.

"Oh begitu." Septia menganggukkan kepalanya dengan bibir yang dibulatkan membuatnya terlihat menggemaskan.

"Udah sore ini, kamu belum pulang?" tangan Yvaine terulur untuk merapihkan anak rambut Septia yang sedikit menutupi matanya membuat gadis kecil itu tersenyum memperlihatkan gigi depannya yang ompong.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang