..
.
"KAKAK, KAK SANA!" teriak Nala setelah memasuki rumah, tidak mengingat jika waktu sudah menunjukkan dini hari. Sangat tidak pantas untuknya berteriak-teriak.
"Apasih teriak-teriak." Sana keluar dari kamarnya dengan wajah yang hitam.
"KAKAK KENAPA KO ITEM?" lagi, Nala berteriak dengan heboh membuah Sana panik lalu segera memukul tangan Nala yang membuat gadis itu meringis.
"Berisik monyet, kakak lagi pake masker ini," jengah Sana mendengar teriakan Nala. "Lagian kamu ngga liat apa ini udah malem, teriak-teriak kaya monyet begitu." lanjutnya dengan jengkel.
"Iya juga ya ini kan udah jam satu." ujar Nala setelah melihat jam yang berada di dinding tidak lupa juga dengan cengiran diwajahnya membuat Sana menjitak kepalanya dengan gemas.
"Tuh tau." Sana memutar bola matanya malas mendengar perkataan sang adik yang sangat bodoh sekali.
"Terus kenapa kakak masih pake item-item gitu di wajah." Nala menunjuk wajah Sana yang hitam entah apa yang dipakainya.
"Gak bisa tidur, jadinya nungguin kamu pulang." jawab Sana dengan penuh penekanan seraya mengorek hidungnya yang kemasukan masker.
"Ya maaf, tadi aku ada keperluan dulu." Nala meringis seraya menggaruk lehernya yang tidak gatal sama sekali.
"Iya-iya."
Nala menarik satu tangan Sana dan menggiringnya untuk duduk di sofa. "Kakak inget gak sama laki-laki yang aku ceritain." Nala bicara dengan wajah seriusnya membuat Sana menatap sang adik dengan bingung.
"Inget." jawab Sana dengan tangan yang mengipasi wajahnya.
Wajah Nala semakin serius dengan suara yang dibuat seyakin mungkin, "Tadi tuh masa ya dia bilang mau izin milikin aku, kan aneh."
"Apa lo bilang?" Sana menganga mendengar Nala yang berkata dengan polosnya, tidak ada aba-aba sama sekali.
"Ish izin milikin aku kak." wajah Nala merenggut ketika melihat reaksi Sana yang menyebalkan.
"Gak salah tuh cowo bilang kaya begitu sama kamu, katarak kali matanya." Sana menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir. Bukannya bermaksud buruk, Sana hanya bercanda saja. Dia suka sekali menggoda adiknya yang meski rada bego tapi dia sayangi.
"Kenapa jadi bahas penyakit mata sih." untungnya Nala tidak terlalu memusingkan perkataan Sana yang mengejeknya.
"Emang ya kamu tuh bego kalau masalah beginian." keluh Sana dengan pikiran Nala yang lemot. Untung saja adiknya, kalau tidak habis Nala ditangannya.
"Enak aja." sentak Nala tidak terima.
"Kakak tanya, kamu ngerti ngga maksud dia mau milikin kamu?" gelengan Nala membuat Sana menepuk jidatnya sendiri. Astaga, dia benar-benar tidak habis pikir. Lagian tadi setelah Yvaine berkata seperti itu Nala hanya menatapnya aneh lalu setelahnya dia langsung pulang tanpa menunggu laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen FictionKeras kepala? Aku bisa lebih dari itu 🚫W A R N I N G CERITA INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR, JADI AMBIL SISI BAIKNYA DAN BUANG SISI BURUKNYA BANYAK ADEGAN YANG TIDAK LAYAK UNTUK DITIRU __________ I W I L L A L W A Y S T A K E C A...