002

235 23 0
                                    


.

.

.

"NALA!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"NALA!!"

"WOY NAL!"

"TUNGGUIN!."

"AIISSH ANJING KAMU YA."

"AWAS AJA."

Teriakan yang diiringi dengan umpatan oleh seorang wanita berambut blonde itu terdengar di sebuah gang yang dimana terlihat ada dua orang wanita yang terlibat aksi kejar kejaran. Tidak peduli dengan orang-orang yang terganggu atas aksi keduanya.

"AMPUN MAK GAK SENGAJA," wanita yang dikejar itu menoleh kebelakang untuk melihat orang yang terus mengejarnya.

"UDAH DONG JANGAN KEJAR MULU CAPEK NIH."

Tidak lama kemudian keduanya berhenti berlari, mengambil posisi jongkok saling berhadapan dengan jarak lima meter, juga nafas yang sama-sama tidak beraturan.

"Damai dulu mak, damai." wanita yang lebih muda itu menyeka keringat yang mengalir di pelipisnya seraya mencoba mengatur pernafasannya dengan perlahan. Wajahnya yang memerah membuatnya terlihat begitu mencolok.

"Enak aja, ngga ada kata damai di antara kita." sungut wanita yang lebih tua itu seraya menegakkan badannya lalu menggulung lengan bajunya, memperlihatkan ototnya yang tidak seberapa.

"Elah mak jangan huh-hah huh-hah napa, kaya orang yang mau brojol aja."

"Bacot, orang capek juga." desisnya dengan tajam.

"Suruh siapa lari-larian kaya begitu." sahut wanita yang lebih muda itu dengan wajah tidak ada rasa bersalah sedikitpun.

"HEH, aku lari juga karena kamu buat masalah terus ya!" bentak seseorang yang disebut dengan Mak itu seraya memukul tangannya cukup kencang hingga terdengar bunyi yang cukup nyaring.

"Ya kan aku udah bilang kalau itu ngga sengaja, lagian suruh siapa nyimpen akuarium di samping pohon untung aja akunya ngga kenapa-napa." jelasnya dengan bersungut-sungut seraya mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.

"Iyalah ngga kenapa-napa,  orang akuariumnya ketiban sama badan kamu, dan ini bukan untuk pertama kalinya kamu pecahin kandang ikan-ikan kakak, juga stop panggil mak udah berapa kali juga dibilangin, panggil Kak Sana. Camkan itu Naladhipa." Sana mencubit pipi wanita yang memakai kaus oversize yang sudah belel dan celana training itu dengan kencang.

"Sakit ih." wanita yang di panggil Naladhipa itu mengusap-usap pipinya yang semakin merah.

"Gitu aja sakit." cibir Sana seraya menaikkan sudut bibirnya.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang