12. KYURARA.

68 13 0
                                    

Sedan import hitam mewah yang kami kendarai berhenti cukup lama di depan sebuah rumah makan sederhana dan terletak cukup jauh dari rumah Bryan. Sejujurnya aku terkejut sebab lelaki ini membawaku ke tempat biasa alih-alih restauran mahal dalam sekali makan sama dengan dua kali gaji PNS ke-13. Bukannya aku tidak suka, justru sebaliknya ini lebih kepada gayaku.

"Ayo" tukasnya. Memberi isyarat memakai leher.

Dia turun lebih dulu. Setelah aku membuka sabuk pengaman baru sadar kalau rupanya dia membukakan pintu untukku.

Hari ini dia ingin mengajakku berkeliling sebelum membawaku ke labolatorium tempat tes padaku akan dilaksanakan. Bryan berjanji akan memberikan pengalaman tidak biasa untukku. Sejujurnya aku menganggapnya sejenis kencan, terlebih sejak pagi dia ngotot untuk menyetir sendiri alih-alih membiarkan Supirnya melakukannya.

Beruntung pakaian yang ku kenakan hari ini sesuai. Halter neck lengan panjang merah jambu, jeans ketat hitam, serta boots coklat. Ku putuskan mengikat rambutku menjadi ekor kuda di atas kepala agar penampilanku lebih nyaman.

Sewaktu memasuki latar rumah makan tersebut, aroma sedap bumbu dapur serta ayam digoreng seketika merebak dalam hidungku. Mengirimkan rangsangan pada kepala yang berakhir dengan perutku keroncongan. Aku baru sadar kalau terakhir kali makan adalah kemarin sore pukul lima. Setelah itu aku lebih memilih meringkuk di dalam kamar. Berpikir hingga kelelahan dan terlelap.

Tidak ada Pelayan disini, kami memilih menu yang tertempel di dinding, memesan di meja kasir, langsung membayar dan pesanan akan diantarkan ke meja kami.

Selama menunggu pesanan, Bryan dan aku membicarakan soal perusahaan keluargaku. Tentang farmasi. Apa saja yang dikerjakan oleh ayahku selama ini, serta baru kusadari aku tidak tahu apapun soal ayah serta pekerjaannya sama sekali.

Bahkan bisa dibilang, aku tidak tahu apapun soal urusan perusahaan.

Nol. Zero.

Bryan seakan sudah tahu apa yang terjadi, dia mengeluarkan ponselnya lalu berkata. "Aku akan mengirimkan semua data tentang Farmasi Aragaki selama 5 tahun terakhir, juga hasil 'karya' ayahmu. Semoga ada sesuatu dan bermanfaat untukmu" tukasnya yang duduk berhadapan denganku.

Kami kebetulan memilih meja dekat pagar teras depan. Bisa langsung melihat jalanan dari tempatku duduk.

Tak lama kemudian puluhan file masuk ke dalam surel ku. Aku mulai mengecek satu persatu. Dan...

"Sepertinya aku tahu soal ini. Ini jenis obat penghambat sel kanker bukan?" tanganku terulur ke depan, menghadapkan layar ponselku pada Bryan.

Lelaki itu mengangguk. "Ya. Masa itu sedang trend. Sepertinya ayahmu berusaha melakukan upgrade pada obat tersebut".

"Ibuku dan nenek dari pihak ayahku meninggal karena penyakit sialan ini, itu sebabnya ayah menjadi terobsesi untuk menjadi penemu obat penyembuh berbagai macam penyakit. Dia telah mencoba segala hal. Mulai dari tradisional hingga paling modern".

"Dan mengalihkan 43% keuntungan perusahaan untuk Farmasi nya. Tunggu dulu, kamu bilang ayahmu sempat membahas soal diincar oleh seseorang bukan? Apa kamu masih ingat siapa dan kenapa?".

Aku menggeleng. "Ayah memergokiku jadi aku tidak sempat menanyakan apapun. Aku hanya dengar dirinya diincar dan sesuatu bergerak" aku berjuang keras mengingat isi percakapan ayah dengan orang-orang kepercayaannya, beberapa jam sebelum insiden itu terjadi. "Sesuatu seperti...Moon?".

Kemudian ku perhatikan raut wajah Bryan berubah. Syaraf-syaraf di area dahinya mengeras.

"Ada apa? Apa kamu tahu sesuatu soal ini?" tanyaku memajukan badan ke depan. Jelas penasaran melihat ekspresi aneh Bryan.

[COMPLETED] CONTRAMANDE FIGHT! :#03.CONTRAMANDE SERIES(BRYAN STORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang