24. BRYAN.

147 14 0
                                    

Judul lagu multimedia.
Hang on a little longer - by. Unsecret ft. Ruelle.

❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️

Warna putih dan abu-abu. Aroma pembersih lantai dan antibiotik lagi. Orang-orang berbaju putih menyalakan senter dan mengarahkannga ke mataku. Lalu di antara semua keributan yang merenggut tidur panjang dan lamaku, aku bisa melihat mereka.

Satu persatu.

William Contramande bersama istrinya Kania.

Dan....
Aku juga mengenali sosoknya. Masih tetap cantik seperti dalam ingatan. Hanya saja wajahnya begitu pucat. Kyurara Aragaki tampak begitu kurus.

"Tuan Bryan anda bisa mendengar saya kan? Bagaimana perasaan anda?" tanya seorang dokter laki-laki separuh baya yang kini mencoba menghalangi pandanganku darinya.

Aku tidak menjawab pertanyaan dokter tersebut, alih-alih justru mengulurkan lengan kanan, jemari telunjukku menuding ke arah bahu kiri si dokter. Semua pasang netra segera mengikuti ke mana arah jariku bergerak.

"Dia".

"Maaf?". Dokter tersebut terdengar bingung.

"Aku hanya ingin bicara dengan nona Aragaki" kataku tegas.

William mendadak tertawa. Maju dua langkah, menepuk lembut bahu istrinya seraya berkata. "Yah. Dia memang sudah sadar. Bryan baik-baik saja".

Atensi tersebut bergantian memandangiku dan William kemudian Rara yang berdiri tepat di belakangnya. Kantung matanya terlihat bengkak, aku jadi merasa bersalah padanya.

"Baiklah. Kalau begitu kami akan memberikan kesempatan bagi anda berdua untuk berbicara lebih dulu setelah itu saya harus menyelesaikan pemeriksaan pada anda" kata dokter bernama dada Bambang tersebut, bijaksana.

Saat semua orang meninggalkan kamar, hanya menyisakan kami berdua. Rara awalnya tampak bergerak-gerak gelisah di tempatnya. Beberapa detik kemudian.

"Kemari lah" bisik ku lirih. Sambil berusaha merentangkan kedua lengan selebar ku bisa. Mengingat betapa sakitnya bagian tengkorak bahu kananku.

Rara menggigit bibir bawahnya. Setetes air bening turun dari sudut mata, membasahi pipinya. Lalu dia berlari ke tempatku. Merangkul ku, kemudian memelukku dengan sangat erat dan kuat. Seakan tak mau melepaskannya lagi untuk selamanya.

"Sudahlah, tidak apa-apa. Aku sudah ada di sini. Masih hidup. Bersamamu" kataku. Seraya menepuk-nepuk lembut punggungnya.

Tangisan Rara justru semakin menjadi. Membenamkan wajah mungilnya ke atas dadaku. Dia lantas memaki diriku karena sudah membuatnya menunggu selama dua bulan.

Dua bulan?!.

Jadi selama itulah aku jatuh ke dalam koma?.

Pantas saja tubuhku seperti remukan tulang dan organ yang coba disatukan lagi oleh Sang Pencipta.

Dia melepaskan pelukan pertama kali. Tangannya kini berpindah, merangkum wajahku.  Sepasang netra cantik itu tertawa di dalam sana, menatapku teduh dan juga lembut.

"Jangan bertindak bodoh lagi".

"Aku tidak janji" jawabku cepat.

"Lain kali kalau ada hal buruk, ajak aku juga".

"Terlebih yang ini".

"Bryan Contramande, berhentilah membantah!".

"Dan nona Aragaki berhentilah memerintah" aku membalasnya.

Detik berikutnya kami berdua sama-sama tertawa. Tapi dengan cepat juga ekspresinya kembali berganti. Kali ini terlihat begitu serius.

"Kamu tahu apa yang kupikirkan di malam nahas itu. Juga apa yang terus menghantui hatiku selama dua bulan ini. Kalau kamu pergi lebih dulu tanpa aku belum sempat mengungkapkan isi hatiku. Aku ketakutan setengah mati sekaligus merasa begitu bodoh".

Aku terpaku. "Tapi sekarang aku di sini bukan".

"Oleh sebab itu" Rara memberi isyarat melalui kedua matanya agar aku jangan memotong ucapannya dulu, jadi akhirnya aku memilih diam.

"Oleh sebab itu....Bryan Contramande. Mari kita hidup bersama".

Aku tersenyum, mengangguk, lalu menatapnya lagi. Mataku pasti melotot.

Apa? Barusan aku tidak salah dengar kan?.

"Tidak kok, kamu tidak salah dengar. Aku sedang menyatakan perasaanku sekaligus melamar mu" ucapnya tegas.

Hah?
Apa?.
Apa aku melewatkan sesuatu selama koma? Apa Rara sekarang jadi punya kemampuan super membaca pikiran orang lain.

"Aku tidak bisa membaca pikiranmu, hanya menebak melalui mimik muka saja" Rara semakin menambahkan.

Aku mematung. Jantungku dalam rongga berdebar tidak karuan. Sepanjang hidup aku tak pernah bermimpi bakal dilamar oleh seseorang. Plus, sosok tersebut adalah orang yang harusnya ku lamar balik.

Tapi ini.....

Kyurara Aragaki selalu tahu cara mengejutkan orang lain.

"Bryan. Mari kita menikah" ucapnya lagi. Air mukanya dipenuhi tekad.

Dan belum hilang efek kejut yang membuat ku terdiam. Tak berkutik tanpa daya. Rara melakukan hal lain.

Mencondongkan wajahnya, ia lantas mencium ku. Tepat di bibir.

Atau bisa kubilang, sebuah kecupan manis.

Rara melepaskan diri. Kedua matanya mencoba mencari jawaban melalui sepasang netra ku. Ketika iris kami beradu, sihir yang membuatku membeku lenyap seketika.

Saat itu jugalah kedua tanganku refleks melingkari pinggangnya, menariknya lebih mendekat ke arahku kemudian, aku balas menciumnya.

Rara awalnya terkejut, tapi detik berikutnya dia tertawa dalam ciuman kami. Kedua tangannya dikalungkan ke leherku. Dan dia membalas ciuman ku makin dalam. Membuat gairah dalam diriku yang ikut koma selama dua bulan mendadak meledak bagai lahar gunung berapi.

Kami menjauhkan wajah hanya sesaat untuk mengambil nafas. Saling menempelkan dahi. Satu tanganku kini berada pada wajahnya, membelainya lembut.

"I do...itulah jawabanku dari dulu. Bahkan kamu tidak perlu bertanya, aku akan melakukannya untuk kita".

Rara tertawa geli. Pipinya merona. Dan itu terlihat amat menggemaskan di mataku.

Kemudian untuk kesekian kalinya, kami kembali berciuman.

Tanpa memedulikan situasi kami.

Atau sejak tadi beberapa pasang mata diam-diam mengintip dari celah jendela sambil tertawa geli.

THE END .

.

EPILOG AKAN MENYUSUL DI IKUTI PENGUMUMAN. :).

[COMPLETED] CONTRAMANDE FIGHT! :#03.CONTRAMANDE SERIES(BRYAN STORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang