16. BRYAN.

48 7 0
                                    


Aku sendiri tidak tahu harus dari mana memulainya, segalanya berlalu sangat cepat.

Seseorang atau mungkin sekelompok sosok misterius tengah mengintai rumahku, ketika aku dan petugas keamanan berusaha mengejarnya mereka kabur dengan cepat. Kemudian Bibi Arisa menelponku, rupanya beliau sedang dalam perjalanan menuju Indonesia, Jakarta. Sesuatu telah terjadi.

"Ini perbuatan Higashi dan orang-orangnya. Seorang Detektif swasta mantan Agen internasional yang ku sewa menemukan bukti kecurangan mereka selama belasan tahun pada perusahaan, tidak hanya itu mereka berusaha menjual perusahaan serta ilmuwan berbakat kami kepada organisasi lain. Sepertinya merekalah mata-mata MOON di dalam tubuh kami selama ini. Aku sudah memberikan Ishiido pelajaran namun anaknya berhasil kabur. Petunjuk mengatakan dia membeli tiket penerbangan ke Jakarta. Dia berhasil melacak kalian Bryan!"

Wanita itu bicara sangat cepat seperti kereta api Shinkansen, ditambah aksen Jepang kental diikuti suara menahan amarah juga pastinya panik sekali.

"Bibi tenanglah, Rara aman bersamaku. Akan kupastikan itu. Aku akan menjemput anda di bandara" tukasku. Berusaha menenangkannya.

"Kami akan tiba sebelum sore. Pesawat pribadi milik kami bisa terbang hanya sekitar lima setengah jam saja. Sampai saat itu tiba tolong jaga Rara".

Panggilan lantas berakhir, namun baru beberapa detik telpon lain masuk. Lagi-lagi nomor tidak dikenal. Mengikuti insting, aku segera mengangkatnya.

"Ya, Bryan Contramande di sini".

Ada jeda waktu cukup lama hingga sosok di sana menjawab.  Bryan, ini saya suara bariton berat dan dalam itu.

Terkejut. " Tuan Aragaki. Apa ini betul-betul an..."

"Ya ini saya, saya tak punya banyak waktu. Bisa kita bertemu. Saya tahu anda bersama putri saya tapi tolong jangan ajak dia. Kita bertemu setengah jam dari sekarang di motel MST, apa bisa?".

Menelan saliva, lokasi itu cukup dekat dari rumahku.  "Tentu saja, baiklah saya akan ke sana sekarang" tukasku.

Mematikan panggilan, lantas mulai bersiap. Tepat saat itulah pandanganku tertuju pada kado yang tadinya akan kuberikan langsung pada Rara untuk makan malam spesial yang rencananya ku adakan malam ini, namun sepertinya hal tersebut tidak bisa kulakukan sekarang.

Membuka kotaknya, mengeluarkan jam tangan tersebut dari dalam tempatnya. Aku duduk di depan meja kaca sambil melakukan sesuatu terhadap benda tersebut. Dan itu adalah menempelkan alat pelacak. Entah kenapa aku yakin nanti bakal sangat berguna.

Setelah menyiapkan kejutan kecilku beserta memo, lantas aku bergegas keluar dari rumah, sambil memberitahu bik Asmi agar melarang keras Rara untuk pergi sama sekali.

Aku memutuskan untuk menyetir sendiri, dan hanya butuh dua puluh menit untuk mencapai lokasi tujuan pertemuan. Letaknya di lantai lima, kamar nomor 509. Aku bahkan tidak perlu mengetuk lagi sebab benda persegi terbuat dari kayu tersebut langsung terbuka sendiri dari dalam. Akan tetapi ayah Rara rupanya bersembunyi dibalik belakang daun pintu.  

"Masuklah". suaranya bergema dari dalam sana.

Aku memasuki kamarnya hingga ke tengah ruangan, sementara ayah Rara menutup pintu. Dia membawaku untuk duduk di dekat jendela yang hanya memancarkan sedikit cahaya melalui celah-celah vertical blind . Bahkan dalam kondisi minim penerangan seperti sekarang, dapat ku lihat betapa pucat serta lelahnya wajah Shitosu Aragaki.

Beliau mempersilahkan aku duduk di sebuah bangku kayu dekat meja kecil, sementara Shitosu sendiri mengambil tempat di tepian ranjang. Ia menarik nafas berat serta dalam sebelum mulai bercerita dan sesudahnya segalanya mengalir begitu saja.

[COMPLETED] CONTRAMANDE FIGHT! :#03.CONTRAMANDE SERIES(BRYAN STORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang