19. BRYAN.

57 12 0
                                    

Bacanya sambil dengerin lagu multimedia ya ;) . Ost this part dipersembahkan oleh Gummy - I Wanna be with you ost. Doom at Your Service kdrama.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Pada hari keempat setelah aku sadar, di rumah sakit, aku sudah mulai bisa berjalan. Hari kelima, dokter dan perawat datang, memberitahuku kalau terapi ku akan segera di mulai. Kemudian keesokan harinya aku bertanya pada William kapan bisa menemui Rara atau ayahnya. Dia terus saja menyuruhku untuk bersabar, membuatku merasa aneh. Kecurigaan ku semakin bertambah saat aku menanyakan ruangan paman Shitosu di rawat dan dia tak mau menjawab pertanyaan ku. Tapi aku masih terus bersabar.

Lalu genap 12 hari aku berada di rumah sakit, dokter fisioterapi ku berkata kondisiku semakin membaik, meski beberapa tulang ligamen masih patah tapi secara fisik dan mental aku sudah lebih kuat. Aku juga sudah bisa berjalan tanpa bantuan tongkat atau semacamnya. Kemudian, saat aku kembali ke ruangan ku, di sanalah aku bertemu beliau.

Bibi Arisa.

Aku sampai lupa kalau wanita ini sudah berada di Indonesia sejak hari penculikan terjadi, dan rupanya selama ini dia terus ikut berjaga di rumah sakit?.

Wajah cantiknya tampak kalut, ekspresinya cemas. Setelah meminta maaf berkali-kali dan memastikan situasi ku, wanita itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya lantas memberikannya padaku.

*"Rara memintaku memberikan ini padamu di hari kamu sadar. Serta memastikan kondisi ayahnya juga sudah stabil"* tukas bibi Arisa memakai bahasa Inggris.

Jantungku berdebar cepat. Tanganku sedikit gemetar sewaktu menerima surat darinya.

*"Dia pulang ke Jepang sebelum bisa dicegah oleh siapapun. Kondisi fisiknya baik tapi tidak dengan mentalnya. Dan ayahnya juga sudah menyusulnya dua hari lalu. Kakak ipar ku itu kesulitan menghadapi mu karena untuk pertama kalinya dia merasa malu. Setelah semua kebaikan yang kamu perbuat, putrinya justru kabur begitu saja. Mewakili keluargaku, aku minta maaf"* bibi Arisa membungkuk dalam-dalam. Membuatku tak enak hati.

Buru-buru aku berdiri dari duduk, lantas memegang lembut lengannya. *"Cukup bibi, anda sendiri tidak tahu apa yang dipikirkan Rara bukan? Dia pasti sangat kalut. Dan setelah semua kejadian yang menimpanya aku bisa paham kenapa dia jadi begitu. Aku tak sepenuhnya menyalahkan Rara"*.

Bibi Arisa kini menegakkan tubuh. Menatapku dalam-dalam tepat di kedua mata lalu berkata. *"Kamu anak yang baik Bryan, jauh berbeda dari semua rumor tentang dirimu. Bibi rasa, Rara juga sudah tahu soal itu. Namun setelah membaca surat darinya kamu akan paham alasannya pergi tanpa pamit. Bibi hanya bisa berdoa kalau jika kelak kalian memang benar-benar berjodoh, semoga Yang Maha Kuasa mempermudah garis takdir di antara kalian"*. Tukas wanita itu tulus.

Ada rasa haru merayapi hatiku. Aku mengangguk satu kali, mengucapkan terima kasih.

Selanjutnya bibi Arisa berpamitan padaku. Pesawatnya akan take off pukul empat sore ini. Dia akan pergi ke New York karena harus mengurus beberapa hal terkait perusahaan di sana. Aku mengantarkannya sampai ke luar kamar meski beliau melarang ku. Bibi Arisa lantas merangkul ku satu kali sambil berbisik. *"Good luck, Bryan"*. 

Kemudian melepaskan rangkulannya, memutar badan dan berjalan menjauh tanpa menoleh lagi. Aku kembali ke dalam kamar rawat inap ku, menatap surat Rara yang masih teronggok di atas ranjang. Dengan sedikit terburu meraih benda itu, merobeknya secara hati-hati bagian atas amplopnya. Duduk di tepian kasur pasien lalu mulai membaca. Ngomong-ngomong tulisannya sangat bagus.

Teruntuk : Bryan Contramande.

Aku tahu kamu pasti merasa kesal dan marah karena aku pergi begitu saja tanpa menemui mu lebih dulu, percayalah aku punya alasan kuat untuk itu.

[COMPLETED] CONTRAMANDE FIGHT! :#03.CONTRAMANDE SERIES(BRYAN STORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang