"Hey Ga. Makasih ya udah mau nunggu, tadi jalanan lumayan padat"
Aku menyimpan slim bag hitam ku di meja, duduk dan me-lap meja caffe dengan tissu. Ini memang sudah menjadi kebiasaan ku. Kalo kata Ica si gadis Sunda aku orang nya terlalu 'apik' Padahal meja caffe sering di lap sama pegawai caffe katanya.
Yaa mau gimana lagi, udah kebiasaan dari SMA.
"Di banding minta maaf, Lo lebih milih bilang makasih untuk nge hargain waktu gue nunggu 15 menit ya, Vir"
Melipat tissu dan memasukannya ke slim bag ku aku melirik Arga yang sedang menopang dagu. Mungkin dari tadi dia perhatiin aku kali ya. Feeling aja ini mah.
Aku tersenyum padanya sekilas. Lalu melihat kondisi sekitar caffe yang mulai ramai pengunjung.
"Karna aku prefer bilang makasih dari pada maaf yang konotasi nya jadi sedih dan bikin keadaan canggung karena salah, Ga"
Dia tersenyum sebentar dan menyeruput kopinya. "Mau di pesenin apa?"
"Oh iya, aku kesana deh" tunjukku ke arah kasir.
Arga tiba-tiba berdiri, "Gue aja, kan gue yang ngajak"
Duh jadi enak. Eh ngga enak. "Gapapa nih?"
Dia mengangguk, masih berdiri dan menatapku. Kalau di perhatikan dia rapih banget style nya. Wangi lagi. Dia beneran se-niat itu ya ketemuan sama aku? Padahal jika di pikir-pikir style yang kemarin-kemarin ngga se-rapih ini.
"Asik... Di traktir nih ceritanya. Red Velvet aja ya"
"Ok, tunggu bentar ya" Dia berlalu menuju kasir.
Aku melihat penampilanku sekilas. Jika dibandingkan dengan penampilan Arga yang cassual dan santai, penampilan ku seperti mau meeting dengan client. Ishh formal banget. Haduh, aku jadi engga enak sama Arga.
Tapi engga papa deh, yang penting kan quality time nya. Dan karena ini malam terakhir ku di Padang, aku sekalian mau pamit juga sama dia.
Arga sudah kembali, duduk di hadapanku dan mengecek ponsel nya. "Pas di Jogja kenapa buru-buru banget pulang, Vir?"
"Ahh.. ituu biasa panggilan dadakan"
Pelayan caffe datang membawa red Velvet pesananku. "Makasih ya Kak"
"Resiko anak korporat emang gitu ya" ucapnya sambil terkekeh.
Aku tertawa ringan kemudian meminum red Velvet pesananku. "Kamu disini.. kerja, Ga?"
Dia menggeleng. "Pengen kesini aja"
Aku mengangguk-anggukan kepala. Mungkin Arga lagi ada job atau emang dia lagi liburan. Tapi kenapa kebetulan gini sih? Apa emang takdir?
Hadeuuh.. kebanyakan drama nih otak ku, sampai mikir ngelantur gitu.
"Ehh, btw kenapa share-loc nya jadi ke sini? Kita ngga bakal ke taman kota?"
Arga menengok ke arah luar sebentar. Keadaan disana memang ramai, dan jalanan juga padat. Padahal ini malam Rabu.
"Disini aja deh. Kayanya di taman kota banyak orang"
Oke. Disini lebih baik.
Setelahnya kami sibuk dengan pikiran masing-masing. Arga dengan matanya yang terus menerawang ke sekitar dan aku yang cemas melihat isi pesan dari mamah.
Mamah
Ternyata cowok yg pake mobil kamu itu anak nya temen mama loh, Kak..
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything has A Reason [Slow Update]
ChickLitDi umur yang akan memasuki seperempat abad itu, seorang Alvira Amanda belum pernah mengalami yang namanya "pacaran". Dia selalu disibukkan dengan dunia kerjanya, ataupun keluarganya. Terlebih lagi ia terpaksa masuk kedalam konflik rumit sahabatnya...