21. Klarifikasi

348 36 3
                                    

~oooOooo~

Dari tadi Gladis menatapku dengan senyuman geli sambil menopang dagu yang membuatku jengkel.

"Apa Gladiiisss???" Aku langsung menyeruput habis es teh manis hingga terdengar bunyi es batu yang bertubrukan dengan sedotan.

"Jadi bener rumor itu Kak?" Dia masih memasang senyuman geli.

Ya ampuuunn. Kayanya udah tersebar luas deh. Pantesan aja tadi pas aku berpapasan dengan beberapa karyawan, mereka banyak tersenyum aneh padaku. Lebih ke senyuman sungkan sih. Pokoknya beda dari biasanya deh.

Aku bersandar sambil melipat tangan "Jadi udah kesebar luas?" Gladis mengangguk.

Aku berdecak sebal. Biar apa sih Pak Gara bilang kalau aku ini calon istrinya atau bahkan istrinya? Gak mikirin perasaanku apa? Dia mah enak sebagai bos yang bisa bodo amatan. Lah aku apa kabar?

Ck! Ada ada saja.

Gladis terkekeh "Dari pertama datang kesini juga kami udah curiga lah Kak"

Aku menatap Gladis lama. Sudah seminggu kami bekerja, dan kami sudah mulai akrab. Gladis emang anak yang easy going, tidak sungkan-an meskipun aku atasannya dan dia suka bertanya. Lebih tepatnya dia kepo-an. Contohnya yaa ini, seperti sekarang ini.

"Curiga? Curiga apanya?"

"Emang kakak ngga nyadar? Sama perlakuan Pak Gara ke kakak?"

Aku semakin dibuat bingung. Emangnya seperti apa? Special? Special darimana nya sih! Yang ada aku selalu ketat ketir kalo berhadapan dengan Pak Gara.

Oh ada sih, yang waktu kemarin dia bilang tentang keluh kesah. Yaa mungkin dia ingin lebih welcome dengan karyawannya kali ya. Aku sih sebenernya kurang setuju. Tapi mau bagaimana lagi kannn. Tapi menurutku itu ngga special. Yang ada aku malah dibuat pusing plus bingung tujuh keliling.

"Biasa aja. Malah aku akhir-akhir ini agak tertekan"

Gladis menggeleng seperti tidak percaya akan kejujuran ku. "Tatapan" ucapnya yang membuatku mengernyit.

"Tatapan nya itu loh, kalo lagi liatin Kak Vir.." pupil matanya membesar, Gladis seolah meyakinkanku dari raut mukanya.

"aaaaa gemess" dia salting sendiri.

"Apa deh, yang jelas dong Dis" aku jengkel sendiri melihatnya yang berbicara sepotong-sepotong.

"Ehhh ini aku udah ngomong blak-blakan loh" Gladis menyeruput es teh manisnya, lalu kembali berceloteh,

"Pas kak Vir lagi presentasi pas launching kacab, tatapan Pak Gara gak beralih sedikit pun tuh selain natap Kak Vir"

"Yeeee itu mah jelas dong, kan emang sambil evaluasi juga"

Gladis ini menurutku terlalu berlebihan. Masa gitu aja dia gak tau sih?

"Ya udah, jangan pas presentasi. Pas beres presentasi. Itu kan kita ngobrol-ngobrol ya Kak di Deket lobi. Nah aku perhatiin, Pak Gara sering curi-curi pandang loh, ke arah kak Vir" Gladis kembali tersenyum menggodaku.

Aku hanya memutar bola mata. Jengah. Mana mungkin itu terjadi. Jikapun terjadi, aku pastikan kalau Pak Gara memang tidak bermaksud apa-apa. Siapa tau dia selalu mengawasi ku karena takut aku akan kabur, yakan? Bisa jadi kan???

Aku melirik jam tangan. Sudah jam 1. Rencananya sekarang aku mau meeting dengan Pak Anto dan Pak Gara juga. Recovery Project Perumahan Citra Lestari yang delay membuat kami sibuk dua kali lipat.

"Udah ah.. yuk udah jam 1 nih" aku bangkit dan membawa gelas untuk kusimpan ke pantry.

Gladis berjalan di belakangku. Kami langsung mencuci gelas bekas minum kami. Karna sudah menjadi kebiasaan , baik di kacab ataupun kantor pusat, gelas bekas minum sendiri harus selalu di cuci dan disimpan ke tempatnya kembali.

Everything has A Reason [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang