26. Pulang

151 20 4
                                    

Pamitan pada semua Staff ternyata tidak se-drama yang aku pikirkan. Mungkin karena kami, Aku dan Pak Gara memang bukan Staff tetap di kacab ini, jadi kami tidak meninggalkan banyak memori dan kenangan yang manis bagi semua Staff.

Cuma satu sih sesuatu yang mereka kenang kalau ketemu kami kembali. Yaitu tentang rumor bahwa aku calon istrinya Pak Gara. Dan sayangnya rumor itu ternyata tidak mudah untuk dihilangkan.

Setelah aku berpamitan dengan semua Staff dan kepala divisi tetap saja ada salah satu dari mereka yang keukeuh percaya kalau aku ini memang calon istri Pak Gara.

Aku hanya bisa tersenyum menanggapinya. Dan langsung berpamitan menjauhi radar mereka-mereka yang termakan rumor.

Beda halnya dengan respon Pak Gara. Waktu itu kami berpamitan pada Pak Anton yang sedang meeting dengan rekanannya.

"Pagi Pak Anto, Pak Damar, Bu Devi" sapaku setelah kami di persilakan masuk oleh Pak Feri, sekretaris Pak Anto.

Bu Devi tersenyum pada kami dan kulihat dia melirik sekilas Pak Damar seperti memberi kode. "Hai Vir, Halo Pak Gara" sapanya.

Pak Anto mempersilakan kami duduk. "Kata GA flight kalian di majukan jadi jam 10 ya?" Pak Anto melirik arlojinya.

Komunikasi Pak Gara dan Pak Anto memang terlihat seperti ayah dan anak sih. Tidak se-kaku yang ku bayangkan. Yaa meskipun Pak Gara adalah atasan Pak Anto, tapi Pak Gara tidak mau mengakui itu.

Pak Gara mengangguk. "Betul Pak, setelah dari sini kami langsung berangkat"

"Buru-buru banget Pak, ada hal urgent kah di kantor pusat?" Ucap Pak Damar.

Aku melirik Pak Gara. Ia tetap tenang dan berwibawa berhadapan dengan para senior kacab. "Lebih cepat lebih baik Pak Damar" ucapnya meng-copy ucapanku. Hiss, dasar!

Ahh iya yah, aku baru ingat. Kenapa Pak Gara ubah schedule flight kami? Seingat ku dia tidak mau ada drama.

Ck! Dia pasti sudah menduga kalau Arga akan menepati janjinya untuk menemui ku di bandara dan pulang bersama ke Jakarta.

Kenapa repot-repot sih. Jangan-jangan betul kata Andin, Pak Gara memang tidak suka jika aku berdekatan dengan Arga. Kalau memang cemburu, apa kah secepat itu?

Kurasa alasannya bukan hanya itu. Saat berbicara tentang Arga dengan Pak Gara, dia memang kentara tidak menyukai Arga dan males untuk berbicara semua tentang Arga. Padahal mereka kerabat. Kenapa tidak akur begitu?

"Rumor itu, jangan khawatir Bu Vira" Pak Anto membuyarkan lamunanku.

"Maaf, gimana Pak?" Aku menatap Pak Anto, Pak Damar dan Bu Devi yang sedang tersenyum, seperti menggodaku.

"Kamu melamun dari tadi Vir, kaya khawatir banget. Pasti tentang rumor itu kan?" Tebak Bu Devi.

"Ohh itu.." aku berdehem sebentar melirik Pak Gara yang juga sama melirikku. Lalu kami berdua mengalihkan tatapan.

Saat aku ingin buka suara, Pak Gara lebih dulu menanggapi dengan entengnya.

"Doakan saja yang terbaik untuk kami Pak, Bu."

Bu Devi membekap mulutnya, dia terkejut dengan tanggapan Pak Gara. Aku makin meringis melihatnya. Ck! Pak Gara benar-benar ya.

"Semoga langgeng ya Pak, Vir. Nanti undang-undang kita loh di nikahan kalian" jiwa ibu-ibu nya keluar. Dan aku masih tersenyum canggung.

"Pasti Bu" ucap Pak Gara dengan begitu santainya.

Pak Anto, Pak Damar dan Bu Devi tertawa mendengar ucapan Pak Gara.

Everything has A Reason [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang