Minggu.
Hari dimana aku bisa bermalas-malasan sepuasnya.
Setelah sholat shubuh dan membersihkan apartemen aku kembali meringkuk didalam selimut tebal berwarna abu muda yang sangat harum ini.
Sungguh nikmat sekali.
Setelah 3 jam aku tertidur. Aku bangun, dan berniat membersihkan diri. Ku cek handphone masih belum ada notifikasi apapun.
Baguslah. Mungkin setelah mandi dan makan, aku perlu nonton Drakor. Sudah lama banget gak ketemu oppa oppa. Aaaa, gak sabarnyaa...
Apalagi kata Icha, ada drama Vincenzo yang sangat recommended menurutnya. Ceritanya seru katanya.
Setelah selesai mandi, makan dan beberes di dapur aku kembali ke kamar. Tentu saja untuk menonton Vincenzo. Tapi, sayup-sayup kudengar handphone ku berdering.
Tumben?
Kantor - Pak Anggara is calling
Pak Gara? Seriusan banget ini telpon? Di pagi buta ini?
"Hallo pak? Ada apa pak?"
"Pagi Vira,"
Aku sedikit berdehem mendengar sapaan hangatnya. "Pa..pagi pak"
"Hari ini kamu ada acara?"
Aku menatap sekeliling kamar.
Semangkok Popcorn dan Coca cola sudah siap didepan tv. Tak lupa gorden apartemen yang sudah ku tutup. Suasana kamar ini sudah ku sulap jadi bioskop dadakan. Tentunya untuk metime ku, acara ku maraton drakor Vincenzo.
"Ngga ada sih pak, gimana pak?"
Ya begitulah. Si kacung ini tidak bisa untuk tidak bicara apa adanya kalau ditelpon sama bos meskipun weekend begini.
"Saya mau ajak kamu jalan, kebetulan sekarang saya sudah ada di gerbang apartemen kamu"
~oooOooo~
"Vir?"
"Ya pak?"
Aku yang sedang membenarkan seatbelt merasakan aura tidak enak. Sepertinya Pak Gara akan memulai pembicaraan beratnya kali ini.
"Sebelum kita jalan, boleh saya bicara sebentar?" Dia menatapku, lebih tepatnya mengunci tatapanku.
Duh, pagi-pagi gini udah ditatap manusia setampan ini.
Meleleh akutuh.
Ku perhatikan outfitnya. Kaos abu muda panjang yang bagian lengan nya ia tarik, serta celana bahan berwarna abu tua membuat penampilannya terlihat santai namun tetap berkharisma. Typical Pak Gara.
Kali ini ku perhatikan, potongan rambutnya, agak berbeda. Gaya rambut quiff haircut yang membuat dia semakin menawan.
Jangan lupakan wangi cologne nya. Yang aku tau betul harga parfum limited edition yang di pakai olehnya.
Jika dibandingkan dengan diriku yang hanya pakai celana kulot dan blouse olshop-an Shopee tentu lah sangat jauh berbeda.
Semua yang dipakai oleh Pak Gara dari atas sampai bawah, dari baju, celana, jam tangan, parfum sampai sepatu sangat membuat jiwa kismin ku meronta-ronta.
Bermerk semua. Gila.
"Vira..."
"saya tidak mencari apapun ketika saya bertemu kamu,"
Aku masih diam, menunggu ucapan Pak Gara yang terdengar menggantung itu. Sembari ku siapkan mental kalau-kalau aku dikasih pertanyaan diluar nalar.
"sebenarnya, saya tidak berencana jatuh cinta pada siapapun secepat ini,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything has A Reason [Slow Update]
ChickLitDi umur yang akan memasuki seperempat abad itu, seorang Alvira Amanda belum pernah mengalami yang namanya "pacaran". Dia selalu disibukkan dengan dunia kerjanya, ataupun keluarganya. Terlebih lagi ia terpaksa masuk kedalam konflik rumit sahabatnya...