12. Lembur

325 30 0
                                    

Harusnya malam Sabtu ini aku ke taman kota. Menikmati kerlap kerlip nya malam hari sambil makan cilor dekat caffe langganan Mbak Nana, Ica dan Geri. Nongki nongki cantik sambil liatin mas mas ganteng yang maskulin. Siapa tau ada yang ikut duduk disamping, ngajakin ngobrol, tukeran nomor hp, dan berakhir ke jenjang yang lebih serius.

Nyatanya, dunia tidak se indah itu boss!

Lihatlah sederet angka yang masih aku liatin dari tadi. Ketikan mouse dan keyword yang menjadi teman ku saat ini. Jam dinding yang terus bekerja sampai jarum jam menunjukan pukul 9.00. Hhhhhhh Rasanya aku pengen teriak teriak melihat diriku yang tidak berdaya ini.

Katanya Pak Gara akan nemenin, BIG NO! nemenin tapi beda Ruangan mah sama aja bukan nemenin. Ini mah ceritanya aku berjuang sendiri dong.

Huhhhh Malam Sabtu kelabuuu...
Kerja lembur bagai quda.

Its okay, demi masa depan yang cemerlang Alvira! Semangat !!!

Suara radio lawas terdengar pelan disamping ruanganku. Mang Tono, ia kebagian sip malam ini. Dan syukurlah, setidaknya aku tidak merasa sepi sepi amat.

Pesan WhatsApp web muncul di laptopku dengan suara khasnya. Aku yang tadinya terantuk antuk jadi melotot melihat WhatsApp dari Pak Gara.

Pak Gara
Ke ruangan saya. Mau saya review laporannya. Sekalian buatkan kopi ya, Alvira.

Bujukbuneng!!!

Buat kopi juga jadi jobdesk gue ya sekarang?

Me
Baik Pak

Nurut gak nurut ya harus nurut. Siapa tau habis ini aku boleh pulang kan? Huhhhh aku sudah ingin rebahan sekarang. Yaa meskipun hanya duduk didepan komputer, tapi rasanya rontok sekali badanku ini.

Saat sedang membuat kopi, Mang Tono datang dengan gelas kotor, mungkin bekasnya minum kopi tadi.

"Ehh, neng Vira. Kebagian lembur ya malam ini?"

"Iya nih Mang" ucapku sambil menuangkan kopi kedalam cangkir  kecil.

Mang Tono memperhatikanku yang sedang menyeduh kopi, dia mengernyitkan dahi "Neng Vira suka kopi juga ya? Ini kopi pait banget loh neng. Gak ada gulanya" ucapnya dengan nada pelan.

Aku hanya terkekeh membalas ucapannya. Biarin saja lah, mau pahit mau manis, toh bukan aku yang minum. 

"Saya duluan ya Mang. Mari"

Setelah berpamitan pada Mang Tono, ku langkahkan kaki menuju ruangan Pak Gara. Lagi lagi pintu tidak sepenuhnya tertutup, dan aku sama sekali tidak mendengar aktifitas manusia didalam sana.

"Permisi Pak..."

Masih belum ada tanda tanda manusia didalam sini. Sampai aku mendengar suara gemercik air di sudut ruangan. Ohh rupanya Pak Gara sedang di toilet.

Aku meletakkan secangkir kopi di mejanya. Sambil menunggu nya keluar dari kamar mandi, aku mengecek ulang laporannya. Rasanya laporan ini sudah sangat betul sekali. Mungkin karena sudah di cek beberapa kali. Semoga saja ini yang terakhir.

"Sudah selesai?" Tanyanya yang  membuatku sedikit terkejut.

Rambut Pak Gara sedikit basah dan terlihat acak acakan tapi malah semakin berkarisma cuyyy. Duelahhh, lelaki matang ini sudah punya pacar belum sihh? Eh atau sudah punya anak istri? Aishh kenapa kok jadi ngomongin personal nya sih Vir! Fokus Alvira, sebentar lagi pulang!

"Ditanya malah pukul pukul kepala sendiri" cibirnya.

"Ehh, sudah Pak"

Kuletakkan laporan itu di meja nya. Pak Gara masih sibuk memeriksa laporannya, sampai aku melihat alis kirinya terangkat. Sumpah! Demi David Beckham, pergerakan alisnya ituuu sexy banget Ya Tuhan...

Everything has A Reason [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang