Hari Senin. Hari dimana semua para pekerja kembali kepada realita untuk mengumpulkan sebongkah harta yang menurut mereka, tidak ada batasnya.
Termasuk diriku. Jelas dong. Di umur yang akan memasuki 25 tahun ini cita-cita ku masih belum sepenuhnya tercapai.
Karir, planning my own business, financial independent dan termasuk traveling.
Hmmm.. ngomongin traveling, aku jadi ingat bucket list yang aku tulis zaman SMA. Di dalam nya sudah ku list beberapa tempat yang pengen aku kunjungi di setiap tahunnya.
Seperti bucket list tahun ini, jadwalnya berlibur ke Jogja. Tapi sayang, tidak sesuai rencana.
Gagal maning.
Tau kan karena apa? karena pekerjaan mendadak itu loh.. yang berakhir di mutasi ke Padang. Fyuh..
Tapi it's okay. Akhir taun ini aku akan kembali lagi ke Jogja. Dan akan ku pastikan tidak akan ada yang bisa mengganggu liburanku nanti.
Tiket kereta eksekutif sudah ku pesan. Hotel sudah di booking dan tentunya wisata yang akan ku kunjungi sudah ada dalam list notebook ku yang baru. Ah, maksudku notebook pemberian dari Pak Gara.
Gak nyangka banget, List traveling ke jogja jadi topik pertama dalam notebook navy itu.
"Masih bulan Oktober Kak Vir, udah liat-liat Traveloka aja Lo"
Si manis Geri yang tidak tau kapan datangnya tiba-tiba duduk disamping kubikel ku.
Aku langsung close layar web traveloka, dan mengklik mode sleep laptop ku. "Prepare, Ger"
"Ckckck. Nge-ganti cuti yang kemarin gagal ya, Kak?"
"Bisa dibilang gitu,"
Membereskan kerudung dan bersiap ke kantin, aku melihat sekeliling. Rupanya ruangan sudah sepi.
"Udah pada ke kantin nih?"Geri mengangguk dan berdiri sambil menyisir rambut nya. Seperti biasa, gaya cowok tebar pesona. "Emang mau tebar pesona ke siapa sih Ger.."
"Gue cuma benerin rambut loh kak" ucapnya tidak terima. Aku hanya terkikik geli saja sambil berlalu menuju kantin.
"Eh, bareng dong.."
Geri menyesuaikan langkah cepatku, "niatnya gue baik mau ngajakin Lo ke kantin bareng, eh malah ditinggalin"
"Ah bawel, cepetan udah laper nih"
"Iya, iya."
Kantin kantor memang tidak seluas rumah makan sih, tapi cukup untuk
menampung 50 orang karyawan Ahmad Group."Mas Ben,"
Sambil membawa nasi box aku melihat Geri melambai ke arah Mas Beni, Icha dan Mbak Nana. Akhirnya kami menuju ke meja mereka.
"Kapan dateng? Perasaan tadi meja Mas Ben masih kosong" tanya Geri setelah dia duduk, persis didepan Mas Beni.
"Barusan,"
Sambil membuka nasi box pikiranku malah teringat seseorang. Hubungan ku dengan dia emang baru kemarin. Tapi masa sih, hubungan diawal awal gini malah hilang kabar?
"Pak Gara belum sih" ucapan Mas Beni membuat tanganku berhenti. Oh belum rupanya.
Nasi box kali ini isinya orek tempe, capcay dan kerupuk udang. Tak lupa Snack di plastik putih yang terpisah, isinya kue lapis, dan pisang Ambon.
"Vir, kok kaya ada yang glowing nih"
Padahal kami sedang makan dalam diam, tiba-tiba mbak Nana mengangkat topik yang mengarah padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything has A Reason [Slow Update]
ChickLitDi umur yang akan memasuki seperempat abad itu, seorang Alvira Amanda belum pernah mengalami yang namanya "pacaran". Dia selalu disibukkan dengan dunia kerjanya, ataupun keluarganya. Terlebih lagi ia terpaksa masuk kedalam konflik rumit sahabatnya...