Aku harus berterima kasih pada orang yang menelpon Pak Gara saat ini. Malaikat penyelamat!
Kalau tidak? Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi. Lagian bisa-bisa nya sih dia bertanya hal yang membuatku awkward setengah mati.
Istri dia bilang?
Semudah itu ya dia menentukan calon pasangan hidupnya? And why me? Apa dia menjalaninya dengan kesempatan dalam kesempitan?
Bukannya aku insecure dan berpikiran tidak pantas bersanding dengannya sihh.. Atau Pak Gara terlalu tinggi untuk ku gapai. Bukaan..
Malah menurutku Pak Gara itu bukan type ku. Sama sekali bukan.
Ditambah yang bikin aku gak habis pikir adalah cara dia yang terlalu percaya diri mengenalkan ku di depan para tukang sebagai calon istrinya?
Mikir apa dia?
Kok menentukan pasangan hidup sepihak sih. Mau di bawa kemana rumah tangga nya kalo keputusan yang di ambil gak di diskusikan dulu buunn ??
Vir... Kenapa sih kamu bisa ketemu orang sepertinya? Tampang sih oke, tapi kalau terlalu percaya diri kesannya kaya orang narsis ya gak sih? So ganteng! Dan aku ngga suka.
Untuk sekarang. Gak tau kalo nanti, apa aku akan jilat ludah sendiri? Who knows? Aku cuma ngga suka ya. Bukan benci. Catat itu!
"Ok Vir"
"Hah? Iya? Ok apa Pak?"
"Belum.."
Apaan deh? Ini aku yang lemot gara-gara banyak ngelamun, atau dianya aja yang gak jelas?
"Oh Ok"
Ok? Ok apa Alvira??
"Jadi Ok nih?"
"Hah?" Ucapku pelan.
Lebih tepatnya nanyain ke diri sendiri sih. Tapi karena di ruangan ini cuma 2 orang, dan kebetulan hanya terdengar suara jam dinding dan AC jadi ya mau suara apapun pasti terdengar jelas.
Pak Gara terkekeh geli, dia berjalan lebih dekat ke arahku. Tadi kan pas telpon dia agak menjauhi radar ku.
Dia tersenyum sebentar melihatku. Sebentar. Hanya sebentar. Dan aku dibuat bingung dengan ekspresinya. Tadi ia narsis, datar pas nelpon, terkekeh, dan sekarang senyum anget kaya teh manis warteg.
Dia sudah duduk lagi di depanku, dia langsung bilang hal yang bisa merubah suasana hatiku 180°.
"Sebenarnya kita perlu waktu lama untuk ngawasin perkembangan kacab disini"
Aku yang penasaran langsung bertanya "Kira-kira berapa lama Pak?"
Pak Gara melonggarkan dasinya. Memandang tembok sejenak. "1 tahun mungkin"
Okey.. cukup lama. Bukannn, lama bangeeett.. ya amphoonn.
"Tapi, ada good news"
Wahh apa tuhh. Aku masih menyimak obrolannya.
"2 hari lagi kita bisa kembali ke Kantor Pusat" ucapnya dengan wajah ramah.
Aku mengerjap pelan. Ohh? Kabar baik dong! Seharusnya aku senang kan?
Tapi tetap masih ada yang mengganjal di hati Adinda ini. Tak lain dan tak bukan adalah masalah rumor itu. Apa aku akan meninggalkan rumor itu begitu saja? Tanpa meluruskan nya? Apa Berusaha pura-pura b aja?
Tenang Alvira.. Masih ada 2 hari lagi. Yuk bisa yuk!
"Kenapa? Ngga senang?"
"Oh, senang dong Pak" ucapku di akhiri senyum Pepsodent. Lebih ke fake smile sih hee~
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything has A Reason [Slow Update]
ChickLitDi umur yang akan memasuki seperempat abad itu, seorang Alvira Amanda belum pernah mengalami yang namanya "pacaran". Dia selalu disibukkan dengan dunia kerjanya, ataupun keluarganya. Terlebih lagi ia terpaksa masuk kedalam konflik rumit sahabatnya...