19. What's Happen?

336 62 26
                                    

Jika tak sanggup lagi, maka biarkan aku melepasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika tak sanggup lagi, maka biarkan aku melepasnya. -Jim

***

Seperti janji Gea, keduanya kini telah sampai di depan bangunan ber cat biru langit. Suara gesekan pagar besi terdengar nyaring kala gadis itu mendorongnya perlahan.

"Sepi banget, pada kemana?"

Gea mengangkat bahunya, tanda tidak tahu.

"Ayo masuk."

Jim mengangguk lalu membuka sneaker putih yang ia kenakan. Seperti biasa, Jim terduduk di kursi kecil yang ada di kos Gea. Cowok itu menghirup udara perlahan. Entah apa yang ada di pikiran Jim, pria itu tetap gelisah meski ia berada di sisi kekasihnya.

"Tunggu ya, aku masak air dulu."

Gea tersenyum seraya mengangkat panci ditangannya. Melihat itu, Jim tertawa lalu mengangguk. "Iya, hati-hati."

Sementara Gea memanaskan air, Jim membuka ponsel kesayangannya. Dilihatnya beberapa pesan masuk dari berbagai manusia yang ia kenal. Jim berdecak bosan, ia lalu berbaring di kasur Gea yang sangat bersih dan rapi.

"Eh, kamu sering dimarahin nggak sih? kalo misal bawa aku kedalam gini?"

Gea yang mendengar itu, cepat-cepat menjawab. "Nggak 'kok, paling omongan tetangga doang."

"Kamu nggak risih gitu?"

Gea mendelik, tidak biasanya Jim bertanya hal seperti itu. Toh, sudah hampir setengah tahun, Jim sering datang ke kosannya. Lalu, mengapa cowok itu baru bertanya sekarang?

"Tumben nanya gitu. Biasanya juga sering main."

Jim lagi-lagi hanya tertawa. Entahlah, mungkin pikirannya sedang tidak sinkron sehingga tampak sekalo bahwa ia sedang berbasa-basi.

"Nanya aja."

Jim kembali membuka ponselnya. Sembari berbaring, fokus Jim tertuju pada satu pesan yang baru saja masuk.

Na 🌸

Tanpa pikir panjang, Jim membuka pesan itu. Perlu diketahui, Jim memang tidak berani jika harus memberi pesan terlebih dahulu pada Nana. Jim sengaja menunggu cewek itu untuk menghubunginya.

Jim ada sesuatu yang harus aku obrolin sama kamu. Maaf, waktu itu aku belum punya keberanian buat ungkapin apa yang selama ini jadi keresahan aku.

Berdebar.

Itulah yang dirasakan Jim. Keringat dingin barusaja mengalir dari pelipisnya. Jim benar-benar gugup setengah mati.

Kamu mau kapan?
Aku siap kapan aja.

Na🌸
Besok ?

JIMICHAIL | SeulminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang