16. Nana

312 62 66
                                    

Aku harap part ini jangan di skip-skip ya bacanya. Karena disini mulai ada titik terang dari konflik cerita ini :"))

Happy reading!❤️

Happy reading!❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nana!"

"Ih, kenapa kamu manggil aku Nana? Ingat, namaku Mourena bukan Nana."

"Ngga papa biar beda."

"Kenapa harus beda? Semua orang di komplek ini manggil aku Moure, bukan Nana. Ibu kamu juga manggil aku Moure."

"Aku mau beda aja, karena aku orang yang spesial di hati kamu."

"Enggak! Kita cuman temenan aja."

"Ih kita pacaran!"

"Ih kita temenan aja, kata mama jangan dulu pacaran. Kita masih kelas 6 SD."

"Bodo, pokoknya aku mau kamu jadi pacar aku. Dan sekarang, kupanggil kamu Nana."

"Ih jangan Nana!"

"Ih nggak papa, biar aku bisa nyanyi Nanananana, karena nama kamu indah kayak lagu."

"IH JIMICHAIL NYEBELIN!"

(Percakapan bocah SD di tahun 2005)

***


Sore itu, Jim terburu-buru mengunjungi alamat rumah yang diberikan oleh ibunya. Dengan perasaan tidak tenang, Jim terus mendumal karena perjalanan Bandung-Jakarta terjebak macet. Banyak sekali kendaraan yang berlomba-lomba memadati jalanan mengingat saat ini adalah waktu para pekerja kantor, anak sekolah, dan mahasiswa pulang kerumah.

Jim terus memandangi layar yang bisa menunjukan arah perjalanannya kali ini. "Sial, kenapa macet banget?" Keluhnya. Dirinya menyesal, jika tahu seperti ini, sudah pasti Jim lebih memilih menggunakan motor daripada mobil.

Selagi menunggu jalanan normal kembali, Jim memutuskan untuk menelepon ayahnya. Namun, belum sempat tombol hijau itu ditekan, Jim kembali mengurungkan niatnya. Ia tak ingin ada rencana yang ayahnya buat hanya karena mengetahui Jim akan datang.

Akhirnya, Jim hanya bisa bernapas lelah karena molor berjam-jam di jalanan.

Setelah cukup lama menempuh perjalanan Bandung-Jakarta, akhirnya Jim sampai disebuah komplek perumahan yang cukup mewah. Disana Jim bisa melihat cluster rumah yang senada, bisa ia pastikan perumahan disini hanya dihuni oleh orang-orang elit Jakarta.

JIMICHAIL | SeulminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang