"Orang bilang, cinta itu datang dari mata lalu turun kehati. Namun hal itu tidak ada di kamus hidupku. Aku cinta kamu, langsung dari hati." -Jim
ㅡSubtittleㅡ
Hal BahagiaSesampainya dikediaman Gea. Kedua sejoli itu berjalan beriringan. Rumah kasual dengan nuansa hijau tampak menarik perhatian. Hiasan bunga lili terhampar indah dihalaman rumah. Desiran kolam renang terdengar merduㅡmenambah suasana sejuk dirumah milik Gea.
Rumah kasual itu tampak ramai dikunjungi. Puluhan karangan bunga terpampang sempurna di teras rumah. Isak tangis dan bela sungkawa nyaring terdengar. Gea, si gadis cantik dengan sejuta ambisi itu meringkuk didepan jenazah sang ayah. Tubuhnya yang kurus terlihat naik turun melihat jasad sang ayah yang terbujur kaku.
"Yang sabar ya, Non Gea." Bi Ijah, pembantu yang selama ini selalu bersama keluarga Gea turut prihatin melihat kondisi putri majikannya.
"Kenapa secepat ini, Bi. Aku aja belum wisuda. Papa bilang, dia bakal datang di acara wisuda aku. Tapi, aku aja belum lulus, Bi. Masih banyak hal yang harus aku lalui bareng papa."
Bi Ijah hanya bisa menghela napas. Ia juga tidak menyangka akan terjadi peristiwa yang memang tidak dapat dihindari ini.
"Mama kemana, Bi?" tanya Gea disela tangisnya. Gadis itu menyadari, dari sekian banyak orang, disana tidak terlihat batang hidung sang mama.
"Nyonya nggak kuat lihat Tuan. Jadi, dia diam dikamar. Sebaiknya Dek Gea juga jangan seperti ini. Kasihan mama Dek Gea, dia terpuruk banget. Bibi hanya bisa berharap Dek Gea bisa menguatkan Nyonya. Apalagi, kakak Dek Gea 'kan lagi di Belanda. Jadi, gak mungkin bisa kesini sekarang."
Gea kembali terisak. Toni, kakak satu-satunya yang ia miliki adalah sosok yang tegas dan keras. Ia sedang menggapai mimpi nya di negara kincir angin. Jadi, tidak mungkin Toni akan datang mengingat perjalanan lintas benua tidaklah cepat.
"Mama udah nelepon Abang?" tanya Gea.
"Udah, Dek."
Sebisa mungkin, Gea berusaha untuk tegar menghadapi kenyataan pahit ini. Dengan kasar, Gea mengusap airmatanya yang sempat tumpah ruah. Ia menatap jenazah sang papa dengan tegar. "Gea harus kuat. Gea nggak selemah ini. Papa pergi karena Tuhan lebih sayang papa. Gea harus ngerti itu!" batin-nya berusaha memberi semangat.
"Dek Gea, itu temannya nggak diajak masuk?" tanya Bi Ijah.
Gea sampai lupa, kalau dia diantar Jim ke Jakarta. Dengan perlahan, Gea bangkit lalu berjalan menuju Jim.
"Bibi tolong jaga papa. Pemakaman akan berlangsung sebentar lagi. Tolong bilang mama." Gea memberi pesan.
Gadis itu melangkah menuju pekarangan rumah. Disana ada Jim yang sedang memainkan ponselnya. Cowok itu tampak asik hingga tidak menyadari kehadiran Gea disisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIMICHAIL | Seulmin
Teen Fiction"Kupikir, mencintaimu akan semudah menatap awan biru diatas langit. Kupikir, menjadi bagian terpenting dalam hatimu, semudah kamu tersenyum padaku. Kau melambaikan tangan seolah mengajak-ku untuk masuk kedalam duniamu. Nyatanya, aku salah memprediks...