Cerita lama yang tak mungkin terulang kembali.
Disebuah kafe, di sudut kota BandungㅡGea dan Mourena bertemu secara terencana. Setelah menunggu hampir satu jam, Gea tersenyum kecil saat sosok Mourena muncul dalam netranya. Gadis dengan pakaian serba hitam itu ditemani seorang pria paruh baya, "mungkin sopirnya," tebak Gea.
"Hi, kamu pasti Geanova?"
Mourena tersenyum manis lalu menjabat tangan Gea dan Darin.
"Eh, gue di temenin Darin nggak apa ya?" Gea memastikan agar Mourena tidak salah paham.
"Its okay, santai aja. Aku juga ditemani sama sopir." Mourena tersenyum lalu mendudukkan dirinya di bangku kosong, tepat di depan Gea.
"Maaf ya tempatnya sederhana." Balas Gea tetap tersenyum.
"Ya ampun, nggak papa banget. Dulu aku sering main ketempat ini juga ko." Balas Mourena berusaha meyakinkan pada Gea dan Darin.
"Oke, mungkin kita langsung ke inti aja kali ya? Eum ...," Gea menghentikan perkataannya saat ia mendadak lupa dengan panggilan Mourena. Dengan gestur mengingat, Gea berusaha memberi kode pada gadis dihadapannya.
"Panggil aja Nana."
Gea tertawa pelan, "sorri, gue orangnya pelupa."
"Heh, gak papa si." Balas Mourena.
"Oke jadi kenapa ya, Nana?"
Mourena menghela napas pelan, ia berusaha mengatur detak jantungnya sebelum akhirnya berbicara dengan sangat lembut.
"Gea, sebelumnya aku mau bilang terima kasih banyak karna udah menemani Jim disaat masa sulitnya."
Gea tersenyum menanggapi perkataan Mourena. Tanpa sadar, pesanan Gea dan Darin telah sampai di meja tempat mereka duduk.
"Eh, maaf motong pembicaraan. Btw, lo mau pesan apa? Tadi gue nggak sempat mesenin karna takut lo nggak suka. Sebagai gantinya, gue cuman pesan dessert, semoga lo suka ya. Mungkin bapak itu boleh dikasih juga."
Mourena tersenyum cerah, ia sangat senang melihat dessert menggoda yang kini berjajar rapi diatas meja.
"Terima kasih banyak, aku suka ko. Oiya, Pak Andika udah aku suruh cari makan diluar, jadi mungkin dia sekarang lagi keliling."
Gea mengangguk, lalu kembali membuka obrolan terkait pertemuan mereka. Darin? Gadis itu itu baru saja pergi, setelah ia mendapat telepon dari Wonu, pacarnya.
"Oke, back to topic. Aku pengen jujur sama kamu, Gea."
Mourena kembali menghela napas.
"Sebenarnya aku dan Jim itu saudara kandung se-ayah."
Gea hampir tersedak oleh ludahnya sendiri. Ia berusaha memfokuskan pikirannya pada Mourena sedetik sebelum ingatannya buyar dan mulai berkeliaran entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIMICHAIL | Seulmin
Ficção Adolescente"Kupikir, mencintaimu akan semudah menatap awan biru diatas langit. Kupikir, menjadi bagian terpenting dalam hatimu, semudah kamu tersenyum padaku. Kau melambaikan tangan seolah mengajak-ku untuk masuk kedalam duniamu. Nyatanya, aku salah memprediks...