01. Mengenalmu Lebih Dekat

2.2K 191 73
                                    

"Aku tidak pernah tahu, mengagumimu akan sebahagia ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak pernah tahu, mengagumimu akan sebahagia ini." Geaㅡ

Subtittle
Mengenalmu Lebih Dekat

🌾🌾🌾🌾🌾


Kamis, 10.45 WIB

"Ge..., Pak Bandi bilang, SK Kepanitiaan harus segera dibuat biar dana yang kita ajuin cepat cair."

Ya, suara itu. Aku selalu dibuat terkejut oleh lengkingan suara itu. Menjadi seorang Sekretaris Jenderal disebuah organisasi yang cukup rumit, membuatku harus ekstra dalam mengerjakan sesuatu. Terlebih, ketuaku adalah orang terkenal seantero kampus. Mau tidak mau, aku harus mengerjakan tugas sesuai deadline yang diberikan. Disamping kegiatan kuliah yang merepotkan, akupun harus membagi waktu dengan tiga organisasi yang kuikuti. Tidak, aku tidak pernah menyalahkan keputusanku untuk mengikuti berbagai kegiatan organisasi dikampus. Hanya saja, terkadang aku sibuk sendiri memikirkan jadwal kegiatan yang tidak sesuai dengan jam kuliahku. Tetapi meskipun begitu, aku sangat menyukai aktivitasku ini.

"Dih, lo lagi ngapain, sih. Kok diam aja?"

Lagi-lagi suara cowok ini mengejutkanku. Tsk, apa dia pikir aku sedang bermain-main.

"Kenapa Jimichail? Ada apa?"

Ya, dia Fernand Jimichail Dandelion. Teman-temannya sering memanggil Fernand dengan sebutan Jim. Terkadang, akupun begitu. Tetapi, jika aku sedang kesal, aku akan memanggil nama lengkapnya agar ia tahu jika suasana hatiku sedang tidak baik.

"Gimana? Lo udah bikin SK Kepanitiaan?" tanya cowok itu.

"Astaga, Jim. Di proposal yang kita ajukan itu, ada lampiran tentang SK Kepanitiaan. Kenapa harus dibikin lagi?"

Aku mengerlingkan mataku. Ia tampak berpikir sejenak. Alisnya yang tebal tampak berkerut.

"Ya, pokoknya itu permintaan Pak Bandi. Lagipula, gue udah minta tolong sama Avie," ucap Jim. Dia berhenti sejenak lalu menghela napas pelan. "Lalu?" tanyaku seolah menuntut kelanjutan dari pembicaraan Jimichail.

"Ya, gitu. Lo tahu sendiri 'kan bocahnya kayak gimana," ucapnya terlihat pasrah.

"Lagipula, kenapa lo pilih Aviecenna, sih? Udah tahu bocahnya kulir begitu," ucapku padanya.

Mengingat wajah Aviecenna, selalu saja membuat wajahku memerah padam. Hal itu karena aku tahu betul bagaimana sikap dan perlakuannya pada Irene, sahabatku. Namun, disamping itu. Aku juga tidak dapat menampik kenyataan bahwa ia sahabat dekat Jimichail sejak masuk keperguruan tinggi ini. Jadi, meskipun aku tidak menyukainya, kami tetaplah satu kesatuan dalam organisasi yang sama.

JIMICHAIL | SeulminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang