"Kupikir, mencintaimu akan semudah menatap awan biru diatas langit. Kupikir, menjadi bagian terpenting dalam hatimu, semudah kamu tersenyum padaku. Kau melambaikan tangan seolah mengajak-ku untuk masuk kedalam duniamu. Nyatanya, aku salah memprediks...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Andai perasaan cinta cepat menghilang, mungkin aku akan hidup dengan tenang. Kamu tetaplah kamu, meski ada oranglain yang mulai menggeser posisi dirimu dihatiku." ㅡJimichail
Subtittle Rencana
🌾🌾🌾🌾🌾
Jim berlari dengan kencang saat ia mengetahui sebuah fakta tentang organisasi yang kini ia pimpin. Tetes peluh sedikit membasahi kening mulusnya. Derap langkah kaki terdengar nyaring dihalaman kampus yang terhampar luas. Beberapa menit kemudian, Jim sedikit membenarkan kemeja kusutnya saat ia telah sampai di tempat yang ia tuju.
"Bro! Akhirnya lo datang juga!"
Jefri yang barusaja melihat batang hidung Jim, seketika memekik kencang. Cowok bertubuh tinggi itu tampak tidak bergeming saat Jim datang dengan napas terengah-engah.
"Mon, jadi apa masalahnya?!" ujar Jim seraya meneguk sebotol minuman yang ia rampas dari Jefri.
"Tenang dulu, Bro. Lo duduk aja dulu," jawab Ramon dengan santai. Berbeda dengan Jim yang super teliti dan realistis, Ramon adalah sosok wakil yang tenang dan tidak terlalu ambil pusing.
Jim hanya mendelik seraya menatap keberbagai arah. Disana, terdapat beberapa anggota lain yang juga berwajah suram. Jim berani menebak, wajah-wajah ini adalah wajah lelah dengan seribu masalah.
"Dimana Gea?" tanya Jim begitu ia menyadari bahwa Gea tidak sedang bersama mereka.
"Motokopi proposal bareng Wendy," jawab Agus sang Ketua Menteri Seni dan Olahraga. Mendengar hal itu, Jim hanya mengangguk lalu duduk disamping Jefri.
"Jadi gini, Jim." Ramon mulai membuka suara.
"Kemarin gue ketemu langsung sama pihak Rektorat...," ujar Ramon menatap kearah teman-temannya. "Pak Kusnadi selaku Kepala Rektor tidak mengizinkan adanya perkeloncoan dalam kegiatan pengenalan kampus kita kali ini."
Jim tampak heran. "Lah, bukannya kita emang nggak masukin niat itu dari awal?" tanya Jim.
"Nah itu dia. Sepertinya kita kurang komunikasi dengan pihak BEM Fakultas. Jadi, pihak Rektorat itu sempat baca proposal anak-anak BEM Fakultas. Jadi, Rektorat menyarankan untuk kita kembali meninjau rencana kegiatan ini, begitu Jim."
Jim tampak menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Lalu? Apa yang harus kita lakuin?" tanya Jim.
"Kalau menurut gue pribadi, lebih baik kita bicarakan langsung dengan pihak BEM Fakultas. Karena ini masalah urgen. Ini menyangkut nasib Maba kedepannya," jawab Jefri selaku Ketua Pelaksana MPK.
"Kalau menurut gue, berhubung waktu MPK masih lama. Kenapa kita nggak fokus aja ke program lain. Kalian bayangin aja, kita aja masih semester lima. Gila aja kita urusin dari sekarang," ujar Joy dengan wajah juteknya.