Chapter 12

27 2 0
                                    

Kousei POV

"ternyata kamu datang lebih dulu ya." sapaku melihat Kaori sudah berada di ruang musik melihat latihan klub olahraga.

"akh aku hanya terlalu bersemangat jadi datang lebih awal." jawabnya dengan malu-malu.

"bagaimana lagunya ? Apa kamu kesusahan ?"

"tidak terlalu. Lagunya sangat keren, kamu menyesuaikan lagunya dengan karakterku. Jika kamu menjadi komposer pasti lagu-lagumu akan sangat terkenal." ucapnya penuh semangat.

"begitukah ? Menurutmu aku cocok jadi komposer ?"

"tentu. Akh tapi aku ingin kamu tetap menjadi seorang pianis." jawabnya memainkan kedua jari telunjuknya. Dia benar-benar manis jika seperti ini.

"kalau begitu. Bagaimana kita coba mainkan ?" ajakku dan dia langsung setuju begitu saja.

Kami pun memainkan lagu yangku buat. Akhirnya lagu ini bisa ku selesaikan setelah aku sempat berhenti membuat lagunya. Lagu ini memang diciptakan untuk kami berdua. Promise, itulah judulnya. Janji di mana kami akan bermain bersama di panggung yang sama, saat Kaori sembuh. Tapi janji itu tidak bisa di tepati. Itu sebabnya aku berhenti mengerjakannnya, tapi kali ini beda.

"wah benar-benar menyenangkan."

"syukurlah."

"huh ? Kenapa kamu membawa banyak buku partitur ?" tanyanya melihat tumpukkan buku di atas tasku.

"oh aku sedang memilih lagu yang akanku bawakan di kompetisi Maihou."

"akh kamu ikut ya ?"

"tentu. Bukankah kamu yang menginginkan aku kembali bermain piano ?"

"akh sudah memilih lagu yang mana ?"

Tiba-tiba saja dia mengalihkan pembicaraan. Ternyata dia malu mengakuinya.

"belum. Karena itu aku ingin kamu pilihkan."

"heh aku ? Kamu yakin ?"

Aku menggangguk. Dia sedang berpikir keras. Tiba-tiba saja dia mencari sesuatu di tasnya.

"pensil ? Buahhaaha..." aku tidak bisa menahan tawa mengetahui apa yang akan dia lakukan.

"kenapa ketawa ?"

"bukan apa-apa." aku mencoba berhenti tertawa kalau tidak dia akan merajut, terlihat wajahnya yang mulai cemberut.

"jadi apa yang kamu lakukan dengan pensil itu ?"

Dengan tersenyum lebar dia mulai menjelaskan. Walaupun aku sudah tahu, tapi aku tetap memperhatikan penjelasannya. Aku menebak-nebak akankah lagu yang aku bawakan sama seperti waktu itu ? Dan ternyata benar aku akan membawakan Chopin Etude Op 25. No 5 (Wrong Note).

"kamu yang meminta jadi tidak boleh protes."

"iya-iya. Terima kasih. Jadi bagaimana kalau kita pulang ?"

Kami memang sering pulang bersama jika tidak ada kegiatan masing-masing.

"wah kayaknya seru !" serunya ketika melihat anak kecil bermain engklek. Dia pun bermain bersama anak-anak itu hingga orang tua mereka menjemput.

"kakak nanti main lagi ya."

"iya. Sampai jumpa nanti."

"tadi menyenangkan ?"

"iya, sangat menyenangkan."

"kamu suka anak-anak ya ?"

"hmm..karena setiap di rumah sakit aku berteman dengan anak, jadi tanpa sadar aku menyukai mereka. Ngomong-ngomong bagaimana kita lompat jembatan ini ?"

"airnya dingin lo."

"tidak masalah. Aku memang ingin melakukan ini sejak lama !"

Burrr...

Dia sudah menjatuhkan diri saja. Dia tertawa dengan tubuh terombang-ambing di air sungai yang dingin itu.

"Kousei.. Ayo ikut juga ! Ini menyenangkan lo."

Ya memang sudah sangat lama tidak melakukan ini. Aku juga butuh bersenang-senang di kehidupan keduaku ini. Aku meletakan tasku, lalu ikut menceburkan diri.

"menyenangkan bukan ?"

"ya. Lebih menyenangkan lagi kalau begini !" aku pun mencipratkan air ke arahnya, dia tentu membalas.

Setelah cukup bersenang-senang. Aku mengajak Kaori ke rumahku untuk mengeringkan diri. Karena jarak dari sini lebih dekat kerumahku.

Hacciiss..

"cepatlah ganti pakaianmu." ucapku meletakan handuk kecil di kepalanya dan baju ganti.

Selama menunggu dia ganti baju aku membuatkan cokelat hangat.

"sudah selesai ? Aku akan mengeringkan pakaianmu. Oh ya, aku sudah membuat cokelat hangat di ruang tamu."

"terima kasih."

"apa kamu lapar ? Aku akan membuatkan sesuatu." tanyaku setelah selesai menjemur pakaian.

"kamu bisa masak ?"

"ya begitulah."

"hehh...aku tidak tahu. Kalau begitu baiklah, aku akan mencoba masakanmu."

"kalau begitu mohon tunggu ya."

Dia mengamatiku memasak. Kali ini aku akan membuat mizutaki. Sangat cocok untuk menghangatkan diri setelah bercebur di sungai tadi.

"wah aromanya enak sekali." ucapnya ketika aku mengantar makanan di meja makan.

"ayo kita makan." ajakku melihat dia tidak sabar untuk mencicipi.

"selamat makan. Wah enak sekali."

Entah sudah itu kebiasaan atau apa dia akan selalu mengeluarkan energi terhadap apa yang dia suka.

"akh kenyang. Aku benar-benar tidak menyangka masakanmu seenak ini."

"terima kasih."

"nee.. Ruang latihamu ada dimana ?"

"ada di lantai dua."

Tanpa bicara dia langsung naik ke lantai dua. Mencari ruang latihan dengan membuka satu-satu.

"ada disini." ucapku membuka ruang latihan yang sudah ada sejak lama.

"nee.. Bagaimana kamu mainkan piano dengan lagu yang di pilih tadi !"

"baiklah aku akan memainkannya lagu yang sudah di pilihkan oleh pacarku." godaku.

Terlihat wajahnya memerah dan mulai salah tingkah.

"nee..aku buka jendelanya ya."

"terserah kamu." Jawabku memainkan Chopin Etude Op 25. No 5 (Wrong Note). Terlihat dia sangat menikmatinya yang duduk di sampingku.

Starting Life in Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang