Chapter 31

16 1 0
                                    

Author POV

Srraakk..

Suara robekan kertas kalender terdengar. Sekarang sudah tanggal 1 November. Nagi menatap lekat kalender itu tanpa sadar dia meneteskan air mata. Merasa dia menangis dia lari ketoilet. Melihat Nagi meringkuk mengingatkan Hiroko kepada Kousei dulu. Dia merasa gagal sebagai tutor.

"aku takut ! Padahal ini hanya acara sekolah bukan kompetisi."

"kita semua takut. Aku, Kousei juga bahkan Takeshi Aiza juga. Seluruh hidupmu akan di tentukan oleh penampilan panggung hanya beberapa menit. Tentu saja menakutkan dan juga tidak masuk akal."

"lalu kenapa bu Seto menjadi pianis ?"

"setelah kamu melaluinya, ada kalanya kritikan pedas itu akan menghilang. Kegelisan, jeritan, penderitaan, dan perjuangan berbulan-bulan akan mendapatkan penghargaan atas semua itu."

Ketika mereka terdiam dengan pikiran masing-masing terdengar alunan piano serta suara yang merdu di ruang latihan.

"bagaimana kita melihatnya ?" ajak Hiroko mengulurkan tangan kepada muridnya itu. Nagi menerima uluran tangan sang guru karena dia juga penasaran dengan suara itu. Mata Nagi terbelak tidak percaya suara itu benar-benar dari Kousei yang sedang membawakan lagu confort song. Jari-jari lincah yang menari-nari di atas tust serta suara yang keluar dari mulut laki-laki berkaca mata itu sangat selaras.

"sepertinya kamu sudah tenang." ucap Kousei dengan senyuman hangat beranjak dari kursi berjalan ke arah Nagi dan Hiroko.

"se.se.sejak kapan ? Se.se..."

Tap...

"kamu takut tampil di panggung karena sudah berlatih keras. Kamu sudah memberikan seluruh jiwa dan ragamu kedalam piano, karena itulah kamu takut. Jangan khawatir, kamu pasti bisa." ucap Kousei penuh kelembutan seraya mengelus kepala Nagi.

.........

Festival SMP Kurumigaoka di mulai, banyak sekali stand-standa dan acara yang disuguhkan.

"inikah perempuan-perempuan sekolah musik, mereka terlihat manis-manis..." ucap Watari berbinar-binar

"jaga sikapmu Watari..."ucap Kashiwagi memukul kepala Watari

"dasar..." ucap Tsubaki menghembuskan napasnya. Sedangkan Kousei dan Kaori berpandangan kemudian saling tersenyum. Sekarang mereka sudah berada di kursi penonton. Disisi lain di belakang panggung Nagi yang mengenakan dress hijau daun dengan rambut di kuncir sebelah kanan.

"Nagi bersiap-siaplah..." ucap Temannya yang menjadi panitia

Nagi perlahan berjalan ke arah panggung, menunduk hormat kemudian berjalan ke arah kursi piano hitam dan besar itu. Dia meletakkan jari-jarinya dan mulai menekan tust piano hitam putih itu dengan membawakan lagu 'Mozart Piano Sonata No.1 in C, K279: I. Allegro'. Jari-jari kecilnya sangat lincah memainkan piano hitam besar itu.

Dia sekarang benar-benar bebas tanpa ada rasa beban yang selama ini yang membuat dia tertekan, dia menikmati setiap tust yang dia tekan dengan wajah yang ceria. Seluruh penonton merasakan itu, Kousei tersenyum melihat itu.

"bagus Nagi, seharusnya begini.." puji bibi Hiroko

Takeshi mengepalkan tangannya. Walaupun sudah di beritahu Kousei, kalau Nagi sudah berkembang, tapi dia tidak percaya adiknya sudah berkembang sejauh ini. Berakhirlah permainan pianonya, Nagi menunduk hormat semua penonton bertepuk tangan sangat meriah. Terlihat wajah Nagi sangat puas, tidak ada penyesalan darinya. Dibelakang panggung dia, disambut meriah oleh kedua sahabatnya yaitu Komugi dan Satsuki

"kamu hebat Nagi. ucap Komugi memeluk Nagi di ikuti oleh Satsuki

"terima kasih semua." Nagi mengeluarkan air mata kebahagiaan.

Di audiotorium para penonton mulai keluar dari ruangan.

"huh Kousei mana ?" tanya Tsubaki ketika melihat kebelakang cuma ada Watari. Semua orang langsung melihat tempat duduk Kousei yang kosong. Kaori berinisiatif untuk menelpon, namun tidak di angkat. Di tengah kebingungan mereka terdengar suara pelantang.

"Tes...tes... Hadirin yang berbahagia, festival budaya sudah hampir berakhir, karena itu sebagai penutup acara ini kami telah mempersiapkan pertunjukan spesial di halaman depan....."

"eh ada pertunjukkan lagi ?"

"ayo kita lihat !"

Pengumumam tersebut berhasil menarik perhatian yang berhadir, tidak terkecuali Kaori, Watari, Tsubaki, Kashiwagi, Hiroko bersama Koharu. Nagi yang masih di belakang panggung itu pun pergi tanpa ganti baju dulu. Semua orang sudah berkumpul di tempat yang di sebutkan. Disana mereka melihat sebuah panggung kecil di mana ada dua buah gitar, gitar bass dan set drum. Tidak lama mereka melihat 4 orang laki-laki, 3 dari laki-laki itu Kaori dan kawan-kawan kenal naik ke atas panggung dengan masing-masing orang memegang alat musik.

"Kousei, Aiza, senior Kujyou ?" gumam Kaori.

Semua yang ada disana tertegun beberapa saat ketika Kousei dan kawan menampilkan sebuah pertunjukkan yang luar biasa, lalu di tengah-tengah pertunjukman sebagian bersorak. Karena kagum dengan permainan mereka. Para fans Takeshi semakin menjadi melihat idola mereka bermain alat musik lain, begitu juga fans Kousei yang sudah mulai muncul di sekolah lain.

Hiroko terlihat sangat syok yang baru mengetahui Kousei bisa bermain gitar sebagus ini. Tentu Kaori dan yang lain tidak kalah syok walaupun tahu Kousei bisa bermain gitar, tapi mereka tidak membayangkan akan sejago ini.

(kurang lebih seperti ini pertunjukan pertama Kousei dkk)

"pertunjukkannya sangat ramai ya. Ini adalah kenang-kenangan yang sangat berharga bagi Kiriko terutama Kazune, sebelum mereka pergi ke Amerika. Sudah lama aku tidak melihanya seperti itu sejak kejadian itu." ucap seorang wanita berpakaian kantoran yang merupakan kepala sekolah SMP Kurumihaoka kepada Asaji Koushi

"aku tidak menyangka kamu mengizinkan mereka tampil. Ya dengan kemampuan tangan kirinya yang tidak bisa pulih kembali bermain seperti itu sudah hal sangat bagus. Dan juga kedua anak itu kemampuan memainkan alat musik lain bagus juga." ucap Asaji Koushi dengan tangan kanan ke dagu.

"kamu tidak pernah berubah ya. Tapi sepertinya mereka sedikit sulit apa lagi yang memainkan gitar rit, dia sedikit berbeda. Kamu juga sudah pernah kerja sama dengannya kan ?"

"ya aku tahu." Balas Asaji Koushi singkat. Sebuah senyuman mengambang di wajah pria yang mulai keriput itu. Ternyata tebakannya tidak salah untuk menilai bakat orang.

"encore..."

"encore..."

Teriakan penonton semakin ramai meminta encore. Kousei dan teman-temannya sudah menyangka karena itu mereka sudah mempersiapkan tampilan tambahan. Para pesuruh Kazune mulai memberikan mic serta penyangga kepada keempat orang itu. Posisi Kazune berubah menjadi vocal utama karena tangan kirinya sudah tidak kuat lagi.

Mereka berempat menyanyikan lagu Wings to Fly. Mereka benar-benar terlihat seperti band yang sedang manggung.

"mereka hebat ya." ucap seorang pemuda kepada remaja laki-laki rambut merah yang sedang memakai topi, kaca mata dan masker melihat pertunjukkan dengan jarak cukup jauh.

(lagu kedua. Tentu di cerita di aransemen. semua anggota vocal dan Kazune vocal utamanya)

Starting Life in Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang