"jadi ini hasil penjualan lagu debut mereka, selama 2 bulan ini ?" ucapku seraya melihat grafik hasil dari layar monitor.
"benar, Pak"
"lumayan juga. Dimana mereka sekarang ?"
"sekarang mereka sedang rekaman dengan lagu bapak buat."
"baiklah, kamu boleh keluar ."
Setelah menyelesaikan pekerjaan yang ada, aku keluar menuju studio rekaman. Sekarang aku seorang direktur eksekutif di sebuah perusahaan entertainment di London. Aku juga aktif dalam pembuatan lagu-lagu untuk para penyanyi perusahaan kami, baik solo maupun grup. Tentu saja aku masih seorang pianis yang tampil di panggung dan mengadakan konser.
"akh Pak direktur" sapa salah satu staf ketika aku masuk ke tempat rekaman. Aku hanya mengangguk lalu meminta melanjutkan rekaman mereka. Selama rekaman itu berlangsung aku mengamati dan menilai penampilan mereka. AM Entertaiment adalah salah sebuah agensi besar di London yang melahirkan para penyanyi yang berkualitas. Pemilik perusahaan ini adalah Richard Leamington dan aku menepati posisi kedua sebagai orang penting di perusahaan ini.
"bagaimana Pak Direktur ?" tanya salah satu staf.
"bagian gitar utama sekaligus vocal dua kurang. Coba kamu mainkan lagi di bagian C dgn ........." pintaku kepada salah satu anggota band yang bernama Knight yang baru debut 2 bulan yang lalu. Dia pun memainkan sesuai arahan, namun aku masih merasa kurang. Aku pun masuk untuk memberi contoh apa yang aku inginkan. Aku mengembalikan gitar yang ku pinjam tadi dan memintanya untuk mencoba lagi.
"bagus seperti itu." pujiku.
Terlihat sekali dia sangat senang ketika aku puji.
.......
Aku sedang menikmati pemandangan kota London dari atap perusahaan. Sudah kebiasaanku jika jenuh di ruangan aku berada disini. Hingga ketenanganku mulai hilang ketika mendengar beberapa orang yang sedang berbicara. Mereka tidak melihatku karena terhalang dinding.
"Pak Direktur sangat hebat ya. Dia benar-benar musisi yang luar biasa."
"benar. Permainan gitar tadi sangat luar biasa, tapi sayang beliau tidak bisa bernyanyi lagi."
"walaupun beliau tidak bisa bernyanyi lagi, beliau masih bisa bermain instrumen dan juga lagu-lagu beliau ciptakan sangat keren."
"iya aku tahu, tapi jika pita suara beliau tidak rusak itu akan menjadi sempurna. Aku masih menyimpan lagu-lagu band dan solo beliau. Aku sangat menyukainya ! "
Aku termenung mendengar pembicaraan mereka. Benar, jika pita suaraku tidak rusak, sekarang aku tidak hanya seorang pianis dan komposer tapi juga seorang penyanyi. Tapi itu hanyalah sebuah penyesalan yang tidak bisa di ubah lagi. Aku sendiri yang merusak pita suaraku.
........
Author POV
Flashback
10 Tahun lalu, setelah kehilangan orang di cintai untuk kedua kalinya Kousei kembali terpuruk, namun tidak berlangsung lama ketika dia menerima sebuah surat dari perempuan yang dicintainya. Perempuan itu meminta agar Kousei selalu bermain piano, tentu saja Kousei menuruti permintaan terakhir perempuan itu. Dia tetap melanjutkan SMA Swasta Musik Okutsu. Kousei pun perlahan mulai berubah, dia membuka dirinya ke orang-orang. Mendekati kenaikkan kelas, ketika dia hendak mengambil tasnya di kelas Kousei mendengar suara gitar yang di mainkan oleh perempuan bersuarai hitam panjang dengan mata merah delima.
"kalau ingin mengambil tas, ambil saja jangan mematung di situ !" ucap perempuan itu melihat Kousei terdiam di depan pintu kelasnya.
"ternyata Igawa bisa bermain gitar ya." balas Kousei mulai melangkahkan kaki menuju mejanya.
"ini hanya untuk kesenangan." jawab perempuan itu dingin seperti biasa.
"tapi itu keren daripada aku yang hanya bisa bermain piano." jawab Kousei menunduk.
"kamu kesini !" pinta Emi dengan tatapan menyeramkan. Kousei pun mau tidak mau menuruti permintaan Emi. Dia duduk di sebelah perempuan itu, lalu Emi menyerahkan gitar yang dia pangku ke Kousei.
"bermainlah !" perintah Emi
"eee... Tapikan aku tidak bisa bermain gitar !" jawab Kousei panik.
"aku yang akan mengajarimu !" jawab Emi cepat. Emi pun mulai membantu Kousei bermain gitar mulai nada dasar. 1 jam mereka berlatih dasar.
"sepertinya kamu sudah mulai bisa dengan kunci-kuncinya. Bagaimana kamu coba lagu ini." ucap Emi menyerahkan sebuah buku yang berisi kunci gitar lagu-lagu terkenal dari yang sangat mudah sampai sangat susah. Kousei menelan ludahnya, karena Emi terlihat sangat menyeramkan.
"akanku coba."
Kousei memainkan dengan baik.
"sepertinya itu terlalu mudah. Coba yang ini !" perintah Emi, Kousei hanya menuruti perintah perempuan itu.
"hemm... Kamu benar-benar pertama kali main gitar ?" tanya Emi dengan tampang menyeramkan.
"i..i..iya.. Kan kamu sudah lihat aku belajar dari awal." jawab Kousei dengan tubuh bergetar.
"mustahil. Jika kamu benar-benar pemula, kamu tidak bisa bermain sebagus itu !"
Kousei sendiri pun tidak mengerti, ini pertama kalinya dia bermain gitar tapi entah kenapa jari-jarinya seperti sudah terbiasa. Apa yang ini di namakan bakat dari lahir ?
"tapi ini gitar siapa ?" tanya Kousei bingung darimana Emi bisa dapat gitar dan membawa ke kelas mereka.
"akh.. Ini aku menemukannya dalam keadaan rusak, terus aku perbaiki." jawab Emi dengan enteng.
"kamu boleh memainkannya karena ini jadi milik kelas kita. Kalau begitu aku pergi lebih dulu." lanjut Emi mengambil tas dari mejanya dan pergi meninggalkan Kousei begitu saja.
Kousei pun baru sadar kalau hari semakin gelap dengan benda putih mulai kembali berjatuhan. Di sepanjang jalan Kousei selalu melihat jari-jari kirinya. Entah kenapa selalu teringat ketika dia bermain gitar, rasanya sangat berbeda dengan bermain piano. Tanpa sengaja dia melihat sebuah toko yang menjual berbagai macam jenis gitar.
Di dalam dirinya ada sesuatu yang mendorong untuk masuk ke toko itu. Akhirnya dia menuruti intuisinya untuk masuk ke toko, hingga ada sebuah gitar yang menarik perhatiannya. Semakin dia menatap semakin dia ingin memiliki gitar tersebut, namun dia tidak membawa uang, pada akhirnya Kousei meminta pelayan toko untuk menyimpan gitar tersebut untuk dia beli besok hari. Sesuai janji Kousei kembali ke toko tersebut dan membeli gitar dengan uang tabungannya. Ada perasaan senang menyelimuti hati Kousei. Dia pun selalu menyempatkan memainkam gitar yang dia beli di sela-sela rutinitas dia sebagai seorang pianis.
.......
Liburan tahun ajaran baru di mulai, namun Kousei memutuskan untuk tidak kembali ke rumah, walaupun Tsubaki memaksa Kousei untuk kembali. Ya Tsubaki bersekolah di dekat sekolah Kousei, bahkan apartemen mereka bersebelahan. Kousei tahu dengan perasaan Tsubaki yang menganggap dia sebagai seorang laki-laki, tapi sampai sekarang Kousei hanya menganggap Tsubaki sebagai saudara. Bagi Kousei perempuan yang ada di hatinya hanyalah Kaori Miyazono. Di liburan tahun ajaran baru, Kousei hanya berlatih bermain piano dan gitar yang baru dia pelajari, kadang dia belajar di sekolah kalau dia jenuh di apartemennya. Walaupun libur tahun ajaran baru, banyak siswa yang masih bertahan dan memilih ke sekolah untuk mengisi waktu mereka atau melakukan pekerjaan mereka.
SMA Swasta Okutsu adalah sekolah musik ternama di Jepang. Sekolah ini milik Asaji Koushi yang juga pemilik sebuah agensi besar di Jepang, yaitu WP Entertainment. Jadi siswa-siswa yang sangat menonjol akan di beri kesempatan untuk masuk ke agensi besar itu.
Setelah berlatih piano di ruang kelasnya, mata Kousei tertuju ke sebuah gitar milik bersama kelas piano. Kousei meraih gitar tersebut dan mulai memainkannya. Angin musim semi yang mulai datang berhembus mengibarkan tirai-tirai jendela.
"hehh... Ternyata dari kelas piano." terdengar suara laki-laki di balik pintu kelas. Laki-laki berambut merah dengan mata cokelatnya bersandar di pintu dengan kedua tangan di masukkan ke dalam saku celana.
"kamu tidak mungkin, tidak kenal aku kan ?" tanya laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starting Life in Another World
Fiksi PenggemarSinopsis : Di London banyak orang mempercayai adanya roh yang bisa mengabulkan apa saja. Roh itu bisa berubah wujud sesuai keinginannya. Namun tidak seorang pun yang berjumpa dengan roh itu, sehingga itu hanya sebuah kepercayaan lokal saja. Namun be...