Chapter 27

19 2 0
                                    

Author POV

Kompetisi babak penyisihan ke dua dimulai. Penonton semakin bertambah di bandingkan waktu babak pertama.

"kakak ?" panggil Nagi ketika melihat Takeshi bersama Akira Takayanagi tutornya.

"Nagi, kenapa kamu ada disini ?"

"tentu saja menonton senior Arima. Aku adalah muridnya bu Seto." Jawab Nagi menggandeng tangan Hiroko.

"wah.. bu Seto, kamu mengangkat murid lain ya." Tiba-tiba Ochiai masuk pembicaraan.

"Emi, kamu juga ?"

"cih, kenapa aku harus bertemu denganmu !" ucap Emi dingin.

"Eh.. mereka itu bukannya para pianis terkenal ?"

"iya, kenapa mereka ada di kompetisi biola ?"

"sebaiknya kita pergi dari sini." Ajak Hiroko kepada teman dan muridnya, merasa mereka jadi pusat perhatian.

"kita juga." Ucap Kashiwagi kepada Tsubaki dan Watari.

Di luar gedung dua orang laki-laki baru keluar dari mobil mewah mereka. Mereka memakai topi baseball dan juga masker berjalan masuk ke gedung yang menyelanggarakan kompetisi biola. Mereka duduk paling pojok belakang.

"aku tidak menyangka kamu membawaku kekompetisi biola, Kazune."

"bukankah kamu ingin tahu rupa pembuat backsound animasiku itu ? Dia akan menjadi pengiring pacarnya."

"sepertinya dia benar-benar menarik ya, hingga seorang Kazune Kujyou yang pemilih ini meliriknya."

..........

Di belakang panggung masing-masing peserta sibuk mempersiapkan diri sendiri. Kaori yang sedang menunggu giliran terlihat sedikit tegang. Kousei meraih tangan Kaori, lalu menggambar sesuatu menggunakan telunjuknya.

"apa yang kamu lakukan ?"

"jika kita menggambar daun semanggi maka kita tidak akan gugup."

"hahaha.. Tidak menyangka kamu ternyata percaya hal itu, padahal biasanya kamu seperti tidak percaya begituan."

"kapan aku bilang ? Rasanya tidak pernah deh."

"isshh..memang tidak langsung sih, tapi..loh ?"

Kaori tersadar dia tidak tegang lagi, Kaori tersadar perlakuan Kousei tadi.

"no 6 Kaori Miyazono." panggil staf

"ayo Kousei !" ajak Kaori dengan penuh semangat yang kembali.

"loh pengiringnya berganti ?"

"tunggu rasanya kenal."

"bukankah itu Kousei Arima ? Kenapa dia jadi pengiring Kaori Miyazono ?"

Para penonton mulai heboh melihat pengiring Kaori berganti, dimana pengiring itu bukan pengiring biasa melainkan pianis jenius yang baru kembali setelah menghilang 2 tahun.

"tidak di sangka mereka saling kenal. Jadi bagaimana permainan mereka berdua kalau di sandingkan." gumam salah satu juri seperti menunggu kejutan dari double K itu.

Kaori menarik napas dalam lalu berpaling ke belakang melihat Kousei yang tersenyum hangat kepadanya. Dia mulai menggesekkan busur ke senar-senar tersusun rapi mengeluarkan melodi lagu Edward Elgar, Violin Sonata E Minor, Op 28. Kali ini Kaori bermain tanpa tekanan. Dia merasa tidak berada di kompetisi melainkan di sebuah ruang musik yang sering dikunjungi bersama Kousei. Bermain bersama setiap hari dengan suka cita.

"dia bukan hanya sebagai pengiring biasa. Dia menuntun sang violinis, namun tidak menghapus ciri khas violinisnya."bathin Ochiai.

"setelah kembali kamu tiba-tiba muncul dengan gaya permainanmu terbaru, lalu mendengar membuat backsound hanya dalam waktu 4 hari dan sekarang menjadi pengiring biola. Arima kamu..." bathin Takeshi

Suara tepuk tangan pecah ketika Kaori berhasil menyelesaikan penampilannya. Dengan senyuman yang lebar dia menatap Kousei yang masih duduk di kursi piano, di balas senyuman hangat dari Kousei. Mereka membungkuk memberi hormat lalu berjalan kembali ke belakang panggung.

.....

Kaori POV

Kami berhasil masuk babak final, tentu aku sangat senang sudah berhasil masuk sampai babak ini untuk pertama kalinya. Hari ini kami tidak latihan di rumah Kousei ketika hari libur, tapi kami akan menyewa tempat. Ini usulan Kousei ucapnya untuk mencari suasana baru. Aku melihat dia beberapa meter di depanku. Seperti biasa, dia mendengarkan musik dengan earphonenya dan tidak peduli dengan perempuan yang menatapnya ganit. Entah kenapa sikapnya yang begitu aku sangat suka. Aku berlari ke arahnya lalu mencabut salah satu earphonenya.

"maaf membuatmu menunggu, sayang." ucapku mendekatkan wajahku ke wajahnya dengan gaya imut.

Terlihat para perempuan yang menatapnya tadi mulai menjauh, sedangkan orang yang bersangkutan hanya tersenyum. Dia mengambil tas biolaku lalu menggenggam tanganku menuju tempat latihan yang kami sewa. Kami menyewa tempat selama 3 jam.

Kali ini aku memilih lagu Beethoven Romance No 2 dalam f Minor op 50 adalah salah satu kesukaanku. Sudah sejak lama aku memimpikan bermain lagu ini bersama Kousei.

Selama latihan dia benar-benar mendukungku sebagai pengiring. Dia juga memberi saran ketika aku merasa kesulitan, pengetahuannya tentang biola ternyata tidak sedikit. Jika dia benar-benar fokus pada biola, tentu aku akan kalah. Benar-benar monster dunia musik.

...........

Author POV

"Haaa...kenapa tidak asal pilih saja sih !" ucap Tsubaki meletakkan kepalanya di atas meja.

"tidak boleh ! Masih ada waktu, jadi pikirkan baik-baik." jawab Kashiwagi tegas.

"haa..mau di pikirkan bagaimana pun tetap saja. Benar juga, bagaimana aku ke SMA sama denganmu ? Jadi kita bisa bersama lagi !" ucap Tsubaki mulai ceria karena sudah menemukan solusi.

"dengan nilaimu begini, aku tidak yakin." jawaban Kashiwagi membuat Tsubaki jatuh dari tempat tinggi.

"nee.. Jangan terlalu jujur juga !"

"haaa... Mulai sekarang kamu harus mencari tahu passionmu. Selama ini kamu hanya mengikuti orang saja. Setiap orang punya passion beda-beda, jangan hanya ingin bisa dekat atau bersama kamu juga ikut padahal itu bukan passionmu" jelas Kashiwagi.

"benar ucapan Kashiwagi."

Terdengar suara laki-laki dari belakang Tsubaki yang membuatnya menoleh kebelakang.

"Kousei, kamu disini ?" tanya Tsubaki yang tentu saja kaget.

"ya, aku baru saja mengembalikan buku, tidak sengaja mendengar percakapan kalian." Jawab Kousei berjalan mendekati Kashiwagi dan Tsubaki.

"jadi Tsubaki belum menentukan melanjutkan kemana ? Kalau boleh saran bagaimana SMA Hayami. Jaraknya tidak jauh dari rumah dan SMA sana mempunyai klub bisbol yang bagus. Tsubaki, kamu kan menyukai bisbol sejak kecil. Kamu selalu bersemangat jika membicarakan bisbol. Bahkan kamu selalu memaksaku untuk bermain bisbol denganmu." jelas Kousei panjang lebar.

Tsubaki hanya terdiam. Dia berpikir, kenapa dia tidak menyadari hal itu. Malah Kousei yang memberitahunya secara jelas. Dia benar-benar tidak tahu tentang kesukaannya sendiri, bahkan sampai terlambat menyadari perasaannya yang mencintai Kousei sebagai laki-laki dan menyakiti senior yang tulus mencintainya.

"masih ada waktu untuk memikirkannya. Semangat." ucap Kousei lagi mempuk-puk kepala Tsubaki berlalu pergi.

"eh..eh..kamu lihat tidak ? Senior Arima keren sekali waktu memberi saran."

"benar ! Aku tambah ngefans dengan senior."

Srett.. Tatapan tajam dari Tsubaki mengarah ke junior satu tingkat di bawahnya itu. Kepopuleran Watari saja membuat lelah gegara banyak perempuan yang mendekatinya untuk kenalan dengan Watari. Sekarang tidak di sangka-sangka Kousei yang juga ikut populer belakangan ini, walaupun Kousei berbeda dengan Watari yang langsung menolak kalau perempuan mendekatinya.

Starting Life in Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang